Share

Part 8

Hari senin hari yang sangat malas untuk Sebagian orang, entah itu untuk bekerja ataupun anak anak sekolah, mungkin karena masih terbawa suasana liburan weekend kemarin,  jadi membuat Sebagian orang merasa sangat malas sekali. Begitu pula dengan gadis kecil yang masih bergelung di dalam selimut meskipun kakaknya sudah mengoyang goyangkan tubuhnya.Namun dia tetaptidak terganggu sama sekali.

“ Xhaqe bangun hari sudah siang, nanti kita terlambat kesekolahnya” ucap Xavier yang tengah membangunkan tuan putri Xhaqella. Memang gadis kecil itu paling hobi banget untuk tidur. Jika hari senin ada saja dramanya supaya tidak pergi kesekolah. Ia lebih suka membantu ibunya di rumah.

Karena tidak bangun bangun, Xavier langsung menemui kakaknya yang kini sedang menyiap baju adik adiknya dan juga memeriksa tas sekolah mereka. Xaquil ini memang benar benar memainkan peran seorang ayah dari dua anak.

“ Kak Xaquil, itu adik tidak mau bangun, aku jadi malas padanya. Kenapa dia selalu saja menyusahkan dan membuat orang khawatir saja” ucap Xavier dengan cemberut, ia sangat sebal jika mendapat tugas untuk menjaga adiknya yang sedikit banyak drama.

Xaquil lagi lagi terlihat menghela napas dengan berat, seperti orang tua yang lelah menghadapi kenakalan putranya.

“ Biarkan aku yang membangunkan dia, kamu siap siap saja dulu, ini baju kamu” ucap Xaquil kemudian berjalan dengan tegap menuju ranjang adiknya. Jika seperti itu Xaquil terlihat sangat imut dengan wajah datar dan jalan yang tegap berlagak seperti orang dewasa padahal tubuhnya sama mungilnya dengan saudaranya.

Ia hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat adiknya yang masih berada di dalam selimut. “ Xhaqe, bangun! Jangan jadi pemalas, apakah kamu mau aku mengatakan pada ibu, dan membuatnya kelelahan. Jika kamu....” ucap Xaquil sambil tersenyum.

Bagai sebuah mantra, gadis kecil itu langsung bangun dan turun dari ranjangnya. “ Aku akan mandi dan bersiap siap kesekolah kak, aku kan gadis baik yang tidak merepotkan ibu” ucap Xhaqella kemudian ia berlari kekamar mandi kemudian langsung mandi.

“ Mandi yang bersih, jangan asal asalan” teriak Xaquil dari luar, yang langsung di iyakan dari dalam oleh Xhaqella.

Sementara itu El, yang sejak tadi mengintip di kamar anaknya jadi tersenyum sendiri menyaksikan kelucuan ketiga anaknya. Ada rasa bangga pada ketiga anaknya yang sudah mandiri di usia dini, ia jadi tidak perlu repot lagi dengan mereka.

El sudah menerapkan segalanya sejak mereka masih sangat kecil, karena keadaannya yang membuatnya mengambil keputusan seperti itu. Karena El juga tidak sanggup jika harus mengurus mereka semua sepanjang waktu, belum lagi dia harus membuat kue dan belanja dan lain lain.

‘ Apakah aku harus memberitahukan Sean soal keberadaan ketiga anakku? Apakah aku sanggup hidup tanpa anak anakku? Apakah aku egois jika membiarkan anak anakku tidak bertemu ayahnya? Apakah aku egois jika aku mengabaikan rengekan gadis kecilnya yang selalu ingin bertemu dengan ayahnya. Aku yakin jika Sean tahu pasti dia akan mengambil paksa’ Batin El meringis teriris sedih.

Xavier yang sudah siap dengan seragam sekolahnya, kemudian mengambil tasnya dan membawanya keluar kamar.

“ Kak, aku keluar dulu ya mau bantu ibu mungkin saja butuh bantuan aku” ucap Xavier pada Xaquil yang masih Bersiap siap.

“ Baiklah, biarkan aku yang menunggu Xhaqella” ucap Xaquil sambil mengunakan baju seragamnya. Sementara itu Xhaqella baru keluar kamar mandi dengan tubuh di balut handuk, sudah seperti penguin.

“ Kamu buruan pakai baju takut kesiangan Xhaqe” ucap Xaquil yang terkadang suka geregat dengan adik bungsunya yang memang agak lambat.

“ Iya, Kakak… tadi kan kakak bilang untuk mandi yang bersih makanya agak lama” sahut Xhaqe kemudian masuk kedalam ruangan di samping tempat tidurnya, hanya dibatasi dengan tirai. Lagi lagi Xaquil hanya bisa menghela napas dengan berat.

Di dapur Xavier membantu ibunya menata piring dan gelas di atas meja yang memang tidak terlalu tinggi, El membuat semuanya serba pendek supaya anaknya bisa mengapai jika ingin meletakan atau mengambil barang. Kecuali benda yang berbahaya yang El tempatkan di tempat yang sulit dijangkau.

Beberapa saat kemudian Xaquile dan Xhaqella ikut bergabung di meja makan yang sudah siap menu sarapan mereka. El melihat anak perempuannya yang lebih ceria dibandingkan biasanya, apalagi ia bersikap manis padanya, seperti halnya jika dia minta sesuatu pasti akan bersikap seperti ini.

‘ Apa yang harus aku lakukan jika putriku meminta untuk bertemu dengan Ayahnya, alasan apa lagi yang aku aku keluarkan? Atau haruskah aku mengalah dan menjumpai Sean dan memberitahunya jika anaknya ingin bertemu. Apakah Sean akan percaya jika aku hamil saat proses perceraian itu? atau dia akan menuduhku lagi jika ini anak dari laki laki lain seperti dia menuduhku selingkuh? Dan bagaimana dengan anak anakku jika mereka mengetahui tentang semuanya? Apakah mereka juga akan membenci aku dan memandangku ibu yang menjijikan?’ batin El terus berkecemuk.

“ Ibu…. Apakah ibu sedang sakit?” ucap Xaquil yang melihat ibunya sedikit pucat dan juga ibunya melamun.

“ Ibu…

“ Ibuku ada apa dengan ibu? Apakah ibu merasa tidak enak badan” ucap si bungsu tidak mau ketinggalan.

El tersenyum melihat ketiga anaknya yang selalu mengkhawatirkan dirinya, dan ia semakin tidak rela jika harus memberitahukan hal ini pada mantan suaminya. Karena ia tahu jika Sean mengetahui dia punya anak pasti dia akan mengambil hak asuh. Dan ia pasti akan kalah mengingat kehidupannya yang pas pasan.

“ Ibu tidak apa apa sayang, hanya sedikit tidak enak badan, nanti minum obat dan istirahat sebentar pasti akan sembuh” ucap El sambil berusaha untuk tersenyum.

“ Jika seperti itu untuk hari ini tidak perlu buka toko Bu, aku masih ada simpanan jadi tidak masalah kalaupun harus tutup satu hari saja” ucap Xaquil memberikan solosi untuk ibunya dan disetujui oleh kedua saudaranya.

El lagi lagi hanya bisa terkejut dengan anak sulungnya, yang sudah seperti seorang kepala keluarga yang selalu memberikan solusi yang di luar pemikiran anak yang belum genap lima tahun. Xaquil memang anak yang paling hemat, saat dikasih uang jajan Sebagian disimpan, belum lagi jika di sekolah ia suka menawarkan kue buatan ibunya pada anak anak lainnya. dan tentu saja El akan memberikan bonus padanya.

“ Baiklah, nanti ibu akan istirahat, buka tokonya siangan  juga tidak apa apa. Sekarang kalian habiskan dulu sarapan kalian. Sebentar lagi kalian akan dijemput oleh tante Ariana” ucap El.

Ketiganya mengangguk dan langsung menghabiskan makanannya dan juga minum susu. Setelah selesai mereka langsung membawa piring dan gelas kotor ke tempat cuci piring.

Beberapa saat kemudian terdengar klakson motor di depan rumahnya, menandakan jika jemputan sudah datang.

Tiiiinnnn!

“ Tuh, tante sudah di depan” ucap El kemudian membantu anak anaknya untuk memakai sepatu.

“ Ibu, aku berangkat sekolah ya… ibu baik baik di rumah ya, sementara istirahat terlebih dahulu” ucap Xaquil kemudian mencium ibunya diikuti kedua adiknya.

“Baiklah, kalian yang rajin di sekolah ya, dan jangan khawatir ibu akan baik baik saja” ucap El mengandeng anak anaknya ke depan rumahnya.

“ Ar, maaf ya selalu merepotkan kamu” ucap El merasa tidak enak karena setiap hari ia meminta Ariana temannya untuk mengantar jemput ketiga anaknya sekolah taman kanak kanak.

“ Apaan sih El, aku sangat suka jika direpotkan oleh tiga pinguin ini” ucapnya sambil mencubil pipi mereka kecuali Xaquil karena anak itu tidak mau jika di cubit pipinya. Yang katanya seperti anak kecil, meskipun faktanya memang dia hanyalah anak kecil mengemaskan yang belagak dewasa.

“ Ya sudah, hati hati aku nitip keselamatan ketiga anakku sama kamu ya Ar” ucap El sambil melihat ketiga anaknya pergi mengunakan motor bersama temannya. Setelah tidak terlihat baru kemudian El masuk kedalam rumah.

Entah kenapa hari ini El merasakan tidak enak badan, rasanya ia ingin beristirahat namun ia tidak bisa melakukan itu. ia masih harus berjuang keras untuk biaya ketiga anaknya yang memang tidak sedikit dia mengeluarkan uang. Ia sebisa mungkin untuk memenuhi kebutuhannya yang terkadang ia harus rela merogoh kantongnya hanya untuk sekedar membeli mainan.

“ Semangat El, demi ketiga malaikat kecil kamu” monolognya sambil menyemangati dirinya sendiri. El memang harus mengumpulkan banyak uang untuk Pendidikan anaknya yang masih Panjang. Belum lagi untuk kebutuhan sehari harinya seperti air dan juga listrik. Beruntungnya El dulu membeli sebidang tanah untuk berkebun menanam sayur dan juga buah. jadi anaknya tidak kekurangan sayur dan juga buah.

El memang sudah sejak kecil terbiasa bekerja keras, jadi sebenarnya dia tidak kaget saat dia harus menghidupi ketiga anaknya, apalagi El memang orangnya sangat visioner dan juga teliti dalam mengambil sebuah keputusan.

Tok …tok…

“Permisi”

El mengernyitkan dahinya saat mendengar ada suara orang yang berada di depan toko kuenya. “Siapa yang pagi pagi sudah mengetuk toko? Apakah orang yang ingin mengambil pesanan” monolog El penasaran karena ini masih terlalu pagi dan juga toko baru akan buka dalam waktu satu jam lagi.

Tok… tok….

“ Sebentar” Teriak El dari dalam rumahnya sambil berjalan keluar dan menuju tokonya yang memang berada di samping rumahnya.

Namun El dibuat terkejut dengan laki laki tinggi yang kini membelakanginya, karena dia sedang melihat banner yang berdiri di samping toko.

“ Ehhmm ,,Selamat pagi…” ucap El menyapa tamunya yang sepertinya ingin membeli kue.

“ Apakah saya bisa membel….

“ kamu” ucap El suaranya tercekat di tenggorokan melihat siapa yang berdiri di depannya,

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Christopher tito Setyawan
lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
Christopher tito Setyawan
bgs sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status