Hari senin hari yang sangat malas untuk Sebagian orang, entah itu untuk bekerja ataupun anak anak sekolah, mungkin karena masih terbawa suasana liburan weekend kemarin, jadi membuat Sebagian orang merasa sangat malas sekali. Begitu pula dengan gadis kecil yang masih bergelung di dalam selimut meskipun kakaknya sudah mengoyang goyangkan tubuhnya.Namun dia tetaptidak terganggu sama sekali.
“ Xhaqe bangun hari sudah siang, nanti kita terlambat kesekolahnya” ucap Xavier yang tengah membangunkan tuan putri Xhaqella. Memang gadis kecil itu paling hobi banget untuk tidur. Jika hari senin ada saja dramanya supaya tidak pergi kesekolah. Ia lebih suka membantu ibunya di rumah.
Karena tidak bangun bangun, Xavier langsung menemui kakaknya yang kini sedang menyiap baju adik adiknya dan juga memeriksa tas sekolah mereka. Xaquil ini memang benar benar memainkan peran seorang ayah dari dua anak.
“ Kak Xaquil, itu adik tidak mau bangun, aku jadi malas padanya. Kenapa dia selalu saja menyusahkan dan membuat orang khawatir saja” ucap Xavier dengan cemberut, ia sangat sebal jika mendapat tugas untuk menjaga adiknya yang sedikit banyak drama.
Xaquil lagi lagi terlihat menghela napas dengan berat, seperti orang tua yang lelah menghadapi kenakalan putranya.
“ Biarkan aku yang membangunkan dia, kamu siap siap saja dulu, ini baju kamu” ucap Xaquil kemudian berjalan dengan tegap menuju ranjang adiknya. Jika seperti itu Xaquil terlihat sangat imut dengan wajah datar dan jalan yang tegap berlagak seperti orang dewasa padahal tubuhnya sama mungilnya dengan saudaranya.
Ia hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat adiknya yang masih berada di dalam selimut. “ Xhaqe, bangun! Jangan jadi pemalas, apakah kamu mau aku mengatakan pada ibu, dan membuatnya kelelahan. Jika kamu....” ucap Xaquil sambil tersenyum.
Bagai sebuah mantra, gadis kecil itu langsung bangun dan turun dari ranjangnya. “ Aku akan mandi dan bersiap siap kesekolah kak, aku kan gadis baik yang tidak merepotkan ibu” ucap Xhaqella kemudian ia berlari kekamar mandi kemudian langsung mandi.
“ Mandi yang bersih, jangan asal asalan” teriak Xaquil dari luar, yang langsung di iyakan dari dalam oleh Xhaqella.
Sementara itu El, yang sejak tadi mengintip di kamar anaknya jadi tersenyum sendiri menyaksikan kelucuan ketiga anaknya. Ada rasa bangga pada ketiga anaknya yang sudah mandiri di usia dini, ia jadi tidak perlu repot lagi dengan mereka.
El sudah menerapkan segalanya sejak mereka masih sangat kecil, karena keadaannya yang membuatnya mengambil keputusan seperti itu. Karena El juga tidak sanggup jika harus mengurus mereka semua sepanjang waktu, belum lagi dia harus membuat kue dan belanja dan lain lain.
‘ Apakah aku harus memberitahukan Sean soal keberadaan ketiga anakku? Apakah aku sanggup hidup tanpa anak anakku? Apakah aku egois jika membiarkan anak anakku tidak bertemu ayahnya? Apakah aku egois jika aku mengabaikan rengekan gadis kecilnya yang selalu ingin bertemu dengan ayahnya. Aku yakin jika Sean tahu pasti dia akan mengambil paksa’ Batin El meringis teriris sedih.
Xavier yang sudah siap dengan seragam sekolahnya, kemudian mengambil tasnya dan membawanya keluar kamar.
“ Kak, aku keluar dulu ya mau bantu ibu mungkin saja butuh bantuan aku” ucap Xavier pada Xaquil yang masih Bersiap siap.
“ Baiklah, biarkan aku yang menunggu Xhaqella” ucap Xaquil sambil mengunakan baju seragamnya. Sementara itu Xhaqella baru keluar kamar mandi dengan tubuh di balut handuk, sudah seperti penguin.
“ Kamu buruan pakai baju takut kesiangan Xhaqe” ucap Xaquil yang terkadang suka geregat dengan adik bungsunya yang memang agak lambat.
“ Iya, Kakak… tadi kan kakak bilang untuk mandi yang bersih makanya agak lama” sahut Xhaqe kemudian masuk kedalam ruangan di samping tempat tidurnya, hanya dibatasi dengan tirai. Lagi lagi Xaquil hanya bisa menghela napas dengan berat.
Di dapur Xavier membantu ibunya menata piring dan gelas di atas meja yang memang tidak terlalu tinggi, El membuat semuanya serba pendek supaya anaknya bisa mengapai jika ingin meletakan atau mengambil barang. Kecuali benda yang berbahaya yang El tempatkan di tempat yang sulit dijangkau.
Beberapa saat kemudian Xaquile dan Xhaqella ikut bergabung di meja makan yang sudah siap menu sarapan mereka. El melihat anak perempuannya yang lebih ceria dibandingkan biasanya, apalagi ia bersikap manis padanya, seperti halnya jika dia minta sesuatu pasti akan bersikap seperti ini.
‘ Apa yang harus aku lakukan jika putriku meminta untuk bertemu dengan Ayahnya, alasan apa lagi yang aku aku keluarkan? Atau haruskah aku mengalah dan menjumpai Sean dan memberitahunya jika anaknya ingin bertemu. Apakah Sean akan percaya jika aku hamil saat proses perceraian itu? atau dia akan menuduhku lagi jika ini anak dari laki laki lain seperti dia menuduhku selingkuh? Dan bagaimana dengan anak anakku jika mereka mengetahui tentang semuanya? Apakah mereka juga akan membenci aku dan memandangku ibu yang menjijikan?’ batin El terus berkecemuk.
“ Ibu…. Apakah ibu sedang sakit?” ucap Xaquil yang melihat ibunya sedikit pucat dan juga ibunya melamun.
“ Ibu…
“ Ibuku ada apa dengan ibu? Apakah ibu merasa tidak enak badan” ucap si bungsu tidak mau ketinggalan.
El tersenyum melihat ketiga anaknya yang selalu mengkhawatirkan dirinya, dan ia semakin tidak rela jika harus memberitahukan hal ini pada mantan suaminya. Karena ia tahu jika Sean mengetahui dia punya anak pasti dia akan mengambil hak asuh. Dan ia pasti akan kalah mengingat kehidupannya yang pas pasan.
“ Ibu tidak apa apa sayang, hanya sedikit tidak enak badan, nanti minum obat dan istirahat sebentar pasti akan sembuh” ucap El sambil berusaha untuk tersenyum.
“ Jika seperti itu untuk hari ini tidak perlu buka toko Bu, aku masih ada simpanan jadi tidak masalah kalaupun harus tutup satu hari saja” ucap Xaquil memberikan solosi untuk ibunya dan disetujui oleh kedua saudaranya.
El lagi lagi hanya bisa terkejut dengan anak sulungnya, yang sudah seperti seorang kepala keluarga yang selalu memberikan solusi yang di luar pemikiran anak yang belum genap lima tahun. Xaquil memang anak yang paling hemat, saat dikasih uang jajan Sebagian disimpan, belum lagi jika di sekolah ia suka menawarkan kue buatan ibunya pada anak anak lainnya. dan tentu saja El akan memberikan bonus padanya.
“ Baiklah, nanti ibu akan istirahat, buka tokonya siangan juga tidak apa apa. Sekarang kalian habiskan dulu sarapan kalian. Sebentar lagi kalian akan dijemput oleh tante Ariana” ucap El.
Ketiganya mengangguk dan langsung menghabiskan makanannya dan juga minum susu. Setelah selesai mereka langsung membawa piring dan gelas kotor ke tempat cuci piring.
Beberapa saat kemudian terdengar klakson motor di depan rumahnya, menandakan jika jemputan sudah datang.
Tiiiinnnn!
“ Tuh, tante sudah di depan” ucap El kemudian membantu anak anaknya untuk memakai sepatu.
“ Ibu, aku berangkat sekolah ya… ibu baik baik di rumah ya, sementara istirahat terlebih dahulu” ucap Xaquil kemudian mencium ibunya diikuti kedua adiknya.
“Baiklah, kalian yang rajin di sekolah ya, dan jangan khawatir ibu akan baik baik saja” ucap El mengandeng anak anaknya ke depan rumahnya.
“ Ar, maaf ya selalu merepotkan kamu” ucap El merasa tidak enak karena setiap hari ia meminta Ariana temannya untuk mengantar jemput ketiga anaknya sekolah taman kanak kanak.
“ Apaan sih El, aku sangat suka jika direpotkan oleh tiga pinguin ini” ucapnya sambil mencubil pipi mereka kecuali Xaquil karena anak itu tidak mau jika di cubit pipinya. Yang katanya seperti anak kecil, meskipun faktanya memang dia hanyalah anak kecil mengemaskan yang belagak dewasa.
“ Ya sudah, hati hati aku nitip keselamatan ketiga anakku sama kamu ya Ar” ucap El sambil melihat ketiga anaknya pergi mengunakan motor bersama temannya. Setelah tidak terlihat baru kemudian El masuk kedalam rumah.
Entah kenapa hari ini El merasakan tidak enak badan, rasanya ia ingin beristirahat namun ia tidak bisa melakukan itu. ia masih harus berjuang keras untuk biaya ketiga anaknya yang memang tidak sedikit dia mengeluarkan uang. Ia sebisa mungkin untuk memenuhi kebutuhannya yang terkadang ia harus rela merogoh kantongnya hanya untuk sekedar membeli mainan.
“ Semangat El, demi ketiga malaikat kecil kamu” monolognya sambil menyemangati dirinya sendiri. El memang harus mengumpulkan banyak uang untuk Pendidikan anaknya yang masih Panjang. Belum lagi untuk kebutuhan sehari harinya seperti air dan juga listrik. Beruntungnya El dulu membeli sebidang tanah untuk berkebun menanam sayur dan juga buah. jadi anaknya tidak kekurangan sayur dan juga buah.
El memang sudah sejak kecil terbiasa bekerja keras, jadi sebenarnya dia tidak kaget saat dia harus menghidupi ketiga anaknya, apalagi El memang orangnya sangat visioner dan juga teliti dalam mengambil sebuah keputusan.
Tok …tok…
“Permisi”
El mengernyitkan dahinya saat mendengar ada suara orang yang berada di depan toko kuenya. “Siapa yang pagi pagi sudah mengetuk toko? Apakah orang yang ingin mengambil pesanan” monolog El penasaran karena ini masih terlalu pagi dan juga toko baru akan buka dalam waktu satu jam lagi.
Tok… tok….
“ Sebentar” Teriak El dari dalam rumahnya sambil berjalan keluar dan menuju tokonya yang memang berada di samping rumahnya.
Namun El dibuat terkejut dengan laki laki tinggi yang kini membelakanginya, karena dia sedang melihat banner yang berdiri di samping toko.
“ Ehhmm ,,Selamat pagi…” ucap El menyapa tamunya yang sepertinya ingin membeli kue.
“ Apakah saya bisa membel….
“ kamu” ucap El suaranya tercekat di tenggorokan melihat siapa yang berdiri di depannya,
“ El!!” Teriak laki laki itu saat melihat El yang berdiri mematung, sama terkejutnya, kemudian langsung memeluk El dengan erat. “ Ternyata kamu ngumpet di sini, tahu tidak? aku mencarimu hingga membuat aku hampir mati” ucapnya dan tidak terasa dia menitikan air matanya. Orang yang ia cari selama ini, kini berada di dalam dekapannya. Setelah ini dia tidak akan membiarkan El pergi lagi. El kini membeku di dalam pelukan pria itu, ia sendiri masih bingung dengan pertemuan yang mendadak itu, padahal selama ini El merasa senang karena tidak ada satupun orang dari masa lalunya yag tahu keberadaanya. El sendiri sengaja untuk menghilang dari orang orang masa lalunya. Bukan karena apa? Ia hanya ingin hidup dengan lembaran baru tanpa harus mengingat lagi kebelakang, karena masa lalunya adalah kepahitan yang ia alami. El sendiri terkadang masih trauma dengan kejadian malam itu, di mana dia di hakimi oleh orang orang yang buta akan kebenaran. Meskipun El mampu mengatasi semua masalah, namun
Waktu terus berjalan dengan cepat, tidak terasa hari sudah siang, El yang masih bertukar cerita dengan Daren kini menyadari jika ia sudah harus menjemput anaknya di sekolah. Karena Ariana hanya bisa mengantar di waktu pagi saja, untuk pulangnya El sendiri yang akan menjemputnya.“ Ren, aku tinggal sebentar tidak apa apa yaa, sekalian bantu aku jaga toko. Jadi aku tidak perlu menutupnya” ucap El pada Dareen.“ Memangnya kamu mau kemana? Apa aku saja yang pergi untuk membantu kamu” ucap Daren menawarkan diri pada sahabatnya, ia merasa kasian setelah mendengar apa yang dilalui oleh sahabatnya.“ Aku harus menjemput anak anakku, sudah waktunya pulang. Anak anakku tidak akan sembarangan ikut orang yang tidak dikenalnya meskipun kamu mengatakan teman aku” ucap El tersenyum.“ Hum, baiklah aku akan jaga toko kamu, aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan anak anakmu” ucap Daren penasaran dengan anak El, sejak tadi mengobrol, namun El tidak mengatakan sedikitpun bagaimana dia menikah lagi da
“ Ibu, apakah tante Ariana sedang ada di sini? Kenapa tokonya buka atau ibu lupa untuk menutupnya” ucap Xaquil dan membuat kedua adiknya juga menengok dan langsung menganggukan kepalanya. Mereka juga penasaran kenapa tokonya buka.“ Oh itu, ada teman ibu yang dari tempat jauh datang jadi ibu minta tolong pada dia, kalian masuk dulu nanti kalian bisa kenalan dengan teman ibu” ucap El yang kemudian mendapatkan anggukan dari Xavier dan juga Xhaqella. Namun tidak dengan Xaquil yang tampak memikirkan sesuatu.‘ Teman ibu siapa? Bukankah selama ini Ibu tidak punya teman selain tante Ari, dan juga ibu tidak pernah menceritakan jika punya teman yang sangat jauh tinggalnya. Ibu hanya bercerita jika kakek dan neneknya sudah berada di surga’ batin Xaquil sambil jari jari mungilnya mengetuk dagunya berkali kali.“ Masuk dulu sayang, Ibu tahu pasti kamu penasaran kan, lebih baik masuk ganti baju dan nanti ibu kenalkan pada paman” ucap El yang sangat hapal anak sulungnya memang tidak puas dengan j
Dareen sangat senang melihat ponakan yang baru datang ini, meskipun terkesan dingin namun entah kenapa ia sangat menyukainya. Ia kemudian langsung tersenyum lebar untuk menyambut bocah mungil itu. namun ia terkejut saat melihat bocah itu terkejut saat melihat dirinya. Bahkan anak itu sampai membuka mulutnya membentuk huruf O dengan mata yang lebar menatapnya.“ Paman kamu kan yang…“ Apakah kamu pernah mengenal paman sebelumnya” ucap Daren penasaran dengan bocah itu, tidak hanya Daren tapi juga Elvaretta yang juga terkejut melihat reaksi anaknya saat melihat Daren, seperti sudah pernah bertemu sebelumnya. Begitu juga dengan kedua saudaranya.“ Xaquil,apakah kamu pernah bertemu dengan paman Daren” tanya El menuntut jawaban dari anak sulungnya.“ Oh… Eh… he..he.. belum Bu, aku hanya terkejut ternyata ibu punya teman yang keren seperti ini,Paman namaku Xaquil dan aku sangat menyukaimu” ucapnya dengan senyuman yang lebar memperlihatkan deretan giginya.El hanya bisa menghela napas dengan
Daren terkejut saat mendengarkan Xaquil telah mencari Sean Hill, dan tentunya itu tanpa sepengetahuan dari Elvaretta. Apa yang membuat anak sekecil ini mencari tahu tentang Ayah mereka? Apakah mereka merindukan kasih sayang seorang ayah? Dan bagaimana dia mengetahui tentang Sean Hill? “ Kamu mencari tahu mengenai Sean Hill untuk apa? Apakah kamu tahu siapa dia” tanya Daren dengan hati hati. Ia sangat kagum pada anak ini yang sangat pintar. “ Hum” ucap Xaquil sambil mengangguk. “ Apa yang kamu tahu tentang dia dan kenapa kamu tidak menanyakan pada ibu saja mengenai dia” “ Aku tahu semuanya dan aku tidak mau membuat ibu sedih! Awalnya aku melihat koran bekas yang ada di rumah tante Ariana, dan aku melihat berita tentang ibu yang…. yang ….. yang… Daren langsung mendekap tubuh mungil Xaquil dengan hangat, dalam hatinya ia mengutuk perbuatan Sean dulu. Saat itu Daren hanya menurunkan berita mengenai El dan juga mencoba menghapusnya. Namun ia tidak menyangka jika masih ada yang tersisa
Daren langsung tersedak ludahnya saat mendengar permintaan gadis imut yang ada dalam gendongannya. Sedih saat melihat wajah Xhaqella yang tampak serius meminang dirinya untuk menjadi ayahnya. Terdengar lucu namun ia miris mendengarnya, segitu inginkah dia memiliki seorang ayah? Daren tidak pernah tahu bagaimana rasanya tidak memiliki seorang Ayah dalah hidupnya. Sejak kecil Daren selalu diberikan kasih sayang yang melimpah karena ia memang anak tunggal. Maka dari itu ia menganggap El sebagai adiknya. Sejak kedua orang tua El meninggal.“ Sayang, paman dan ibu tidak bisa menikah karena kami adik dan kakak, tapi kalian bisa menganggap paman Ayah jika kamu membutuhkan” ucap Daren kemudian memeluk Xhaqella dengan Erat. Ingin rasanya ia menanyakan apakah Xhaqella merindukan ayahnya, namun ia tidak sanggup mendengar jawaban gadis kecil ini.Anak kecil dalam dekapannya itu hanya mengangguk kemudian mengalungkan tangannya ke leher Daren.“ Terima kasih paman” ucapnya renyah.Sementara itu, ta
Keesokan harinya, El yang mengantarkan anak anaknya kesekolah karena kepala sekolah ingin bertemu dengannya. Katanya ingin membicarakan soal ketiga anaknya. Semalam saat salah satu guru di sekolah anaknya mengirimkan pesan ia sedikit khawatir, takut jika di antara ketiganya ada yang membuat masalah. meskipun selama ini ketiganya tidak pernah membuat masalah yang mengharuskan orang tuanya untuk hadir di sekolah. Jadi El merasa benar benar khawatir. “ Ayo sayang cepat Bersiap siap supaya tidak terlambat ke sekolahnya” Ucap El saat melihat anaknya masih dengan santainya duduk duduk di halaman rumah sambil bermain tebak tebakan berapa banyak burung yang hinggap di pohon depan rumahnya. Ada ada saja jenis permainan mereka! Sederhana namun membuat mereka bahagia!Meskipun mereka terlihat mandiri namun tetap saja meraka masih anak anak yang selalu bermain hal hal yang sangat konyol. Dan mereka tumbuh di sebuah bukit jadi mereka lebih banyak berinteraksi dengan alam.“ Baik bu” Ucap Xaquil
El terus termenung memikirkan tawaran yang diberikan oleh kepala sekolah, kesempatan bagus namun ia sendiri masih takut untuk menghadapi kehidupan kedepannya, yang sepertinya tidak akan mudah. Namun tegakah dirinya memotong sayap anak anaknya yang punya kesempatan bagus untuk bisa terbang lebih tinggi, lebih dari ini. Jujur El sangat senang dan ingin mendorong anak anaknya untuk bisa lebih tinggi lagi. Tapi apakah anak anaknya akan aman jika ada yang mengetahui bagaimana kecerdasan ketiga anak anaknya? Apakah tidak ada orang jahat yang ingin memanfaatkan ketiganya? Mampukah ia melindunginya di tempat baru nanti? Apakah anak anaknya mau pindah dari sini?Banyak hal hal yang membuat El merasa takut untuk mengekpos ketiganya, apalagi ia sempat mendapatkan sesuatu yang buruk dalam hidupnya. Terkadang masih terlintas jelas bagaimana ia harus berjuang dari orang orang yang jahat padanya. El mengira jika dia akan hidup bahagia bersama anak anaknya di kota ini selamanya, meskipun kota ini ti