Daren langsung tersedak ludahnya saat mendengar permintaan gadis imut yang ada dalam gendongannya. Sedih saat melihat wajah Xhaqella yang tampak serius meminang dirinya untuk menjadi ayahnya. Terdengar lucu namun ia miris mendengarnya, segitu inginkah dia memiliki seorang ayah? Daren tidak pernah tahu bagaimana rasanya tidak memiliki seorang Ayah dalah hidupnya. Sejak kecil Daren selalu diberikan kasih sayang yang melimpah karena ia memang anak tunggal. Maka dari itu ia menganggap El sebagai adiknya. Sejak kedua orang tua El meninggal.“ Sayang, paman dan ibu tidak bisa menikah karena kami adik dan kakak, tapi kalian bisa menganggap paman Ayah jika kamu membutuhkan” ucap Daren kemudian memeluk Xhaqella dengan Erat. Ingin rasanya ia menanyakan apakah Xhaqella merindukan ayahnya, namun ia tidak sanggup mendengar jawaban gadis kecil ini.Anak kecil dalam dekapannya itu hanya mengangguk kemudian mengalungkan tangannya ke leher Daren.“ Terima kasih paman” ucapnya renyah.Sementara itu, ta
Keesokan harinya, El yang mengantarkan anak anaknya kesekolah karena kepala sekolah ingin bertemu dengannya. Katanya ingin membicarakan soal ketiga anaknya. Semalam saat salah satu guru di sekolah anaknya mengirimkan pesan ia sedikit khawatir, takut jika di antara ketiganya ada yang membuat masalah. meskipun selama ini ketiganya tidak pernah membuat masalah yang mengharuskan orang tuanya untuk hadir di sekolah. Jadi El merasa benar benar khawatir. “ Ayo sayang cepat Bersiap siap supaya tidak terlambat ke sekolahnya” Ucap El saat melihat anaknya masih dengan santainya duduk duduk di halaman rumah sambil bermain tebak tebakan berapa banyak burung yang hinggap di pohon depan rumahnya. Ada ada saja jenis permainan mereka! Sederhana namun membuat mereka bahagia!Meskipun mereka terlihat mandiri namun tetap saja meraka masih anak anak yang selalu bermain hal hal yang sangat konyol. Dan mereka tumbuh di sebuah bukit jadi mereka lebih banyak berinteraksi dengan alam.“ Baik bu” Ucap Xaquil
El terus termenung memikirkan tawaran yang diberikan oleh kepala sekolah, kesempatan bagus namun ia sendiri masih takut untuk menghadapi kehidupan kedepannya, yang sepertinya tidak akan mudah. Namun tegakah dirinya memotong sayap anak anaknya yang punya kesempatan bagus untuk bisa terbang lebih tinggi, lebih dari ini. Jujur El sangat senang dan ingin mendorong anak anaknya untuk bisa lebih tinggi lagi. Tapi apakah anak anaknya akan aman jika ada yang mengetahui bagaimana kecerdasan ketiga anak anaknya? Apakah tidak ada orang jahat yang ingin memanfaatkan ketiganya? Mampukah ia melindunginya di tempat baru nanti? Apakah anak anaknya mau pindah dari sini?Banyak hal hal yang membuat El merasa takut untuk mengekpos ketiganya, apalagi ia sempat mendapatkan sesuatu yang buruk dalam hidupnya. Terkadang masih terlintas jelas bagaimana ia harus berjuang dari orang orang yang jahat padanya. El mengira jika dia akan hidup bahagia bersama anak anaknya di kota ini selamanya, meskipun kota ini ti
“ Ibu! “ Ibu! “ Ibuuuu! Suara teriakan dari ketiga anaknya terdengar sangat merdu di telinga El yang saat ini sedang melayani beberapa pelanggan yang mengambil pesanan kue untuk ulang tahun. Hari ini anak anak dijemput Daren yang masih berada di kota ini. “ Wah, anak anak ibu sudah pulang” sapa El kemudian berjongkok dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut anak anaknya yang berlari padanya. Hap! Tawa renyah dari ketiganya saat berada dalam pelukan El, sebuah kebiasaan El yang selalu menyambut anak anaknya saat pulang sekolah. Dan tentunya para pelanggan sudah mengetahui itu jadi mereka membiarkan El meladeni anak anaknya terlebih dahulu. Paling hanya sebentar saja, anak anaknya sangat pintar dan mulai mengerti bahkan ketiganya selalu membantu saat ia sedang bersama pelanggan. “ Kalian bertiga tidak nakal kan selama di sekolah” tanya El melepaskan pelukannya dan menciumnya satu persatu anaknya. “ Tentu saja kita tidak nakal, dan juga kita belajar dengan benar” ucap Xha
“ Kakak kamu belum tidur kan?” bisik Xavier sambil ikut masuk di balik selimut tebal milik kakaknya.“ Aku tahu kakak belum tidur jadi jangan pura pura, aku tahu kakak lebih dari siapapun” bisiknya lagi saat tidak ada respon dari kakaknya.Karena diusik adiknya terus menerus, mau tidak mau Xaquil kini membuka matanya dan langsung menghadap adiknya. Ia tidak bisa tidur masih memikirkan ajakan ibunya untuk pindah ke kota lain. Dan ia sangat tahu adiknya juga tidak bisa tidur.“ Apakah Xhaqella sudah benar benar tidur” bisik Xaquil sambil melihat ke ranjang adik bungsunya.“ Sudah, itu dengkurannya sudah terdengar, makanya aku kesini” balas Xavier.“ Kamu juga masih memikirkan perkataan ibu sore tadi kan?” tanya Xaquil pada adiknya.“ Hum! Dengan pindah ke sana itu artinya hidup kita pasti akan banyak hal yang akan terjadi. Apakah kakak juga memikirkan apa yang aku pikirkan” ucap Xavier. Mereka berdua sebenarnya punya sifat yang sama hanya saja Xavier menutupinya dengan keceriaan dan ter
Sean terbelalak saat melihat postingan Daren beberapa jam yang lalu, dan yang membuatnya terkejut adalah Daren memposting sebuah foto saat bersama dengan tiga anak kecil sedang menikmati sunset. Sean tidak bisa melihat bagaiman rupa anak kecil itu karena posisinya anak anak itu memeluk Daren yang sedang tertawa melihat kamera. " Apakah dia sudah menikah dan punya anak" monolog Sean masih terus melihat wajah sahabat dekatnya yang kini juga pergi meninggalkan dirinya. Sean sangat paham jika Daren marah, itu karena memang sejak kecil Daren menganggap El adalah adiknya. Dan dia sangat menyayangi El, bahkan dulu Sean kerap kali cemburu saat melihat keakraban Daren dan juga El. " Betapa bodohnya aku dulu, satu satunya pria dewasa yang dulu dekat dengan El hanyalah Daren, El adalah orang yang introvert dan tidak punya banyak teman. dia selalu pergi, kalau tidak sama aku, ya Daren ataupun si Vio..... Aish! dasar ular betina itu! gara gara dia hidupku hancur, awas saja jika bertemu akan ku b
Waktu terus berjalan dengan begitu cepat, hari dan bulan terus berganti silih berganti, tanpa memperdulikan apa yang terjadi pada manusia dan alam sekitar. Hingga tidak terasa lima bulan telah berlalu. Satu bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai El memboyong kaluarganya ke kota yang lebih besar, ia sengaja mengambil waktu satu bulan supaya ketiga anaknya bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Sekaligus untuk melihat lihat sekolahan terlebih dahulu. El khawatir anak anaknya tidak nyaman dengan suasana sekolah di kota besar. Dan hari ini El dan kaluarga kecilnya sedang dalam perjalanan menuju kota kelahirannya, ia mengunakan pesawat pribadi milik kaluarga Daren. El merasa bersyukur Daren sangat memperhatikan kenyamanan dirinya dan juga Ketiga anaknya. “ Ibu, apakah masih lama untuk sampai di kota besar” tanya Xhaqella setelah berada di pesawat kurang lebih dua jam.“ Kita akan sampai dalam satu jam lagi princess, apakah mau makan sesuatu atau mau tidur di kamar” ucap
Daren terkekeh saat melihat pemandangan yang ia lihat dari balik jendela kaca besar yang terpapang di depannya. Sejak tadi Daren sudah menunggu El di rumah yang ia siapkan untuk kaluarga kecil El sang adik angkatnya. Namun saat mendengar kabar jika El akan kembali ke kota ini, kedua orang tua El memaksa Daren untuk ikut menyambut El dan ketiga cucunya. Daren memang tidak pernah menyembunyikan apapun pada kedua orang tuanya, ia sangat percaya pada keduanya yang akan melindungi El seperti ia melindunginya. Dan di sinilah mereka, orang tua Daren tentunya akan memarahi El yang pergi menghilang tanpa mengatakan apapun padanya secara langsung, padahal Ibu Daren sangat ingin El berlindung padanya seperti seorang anak yang akan berlindung pada ibunya. Ia tidak habis pikir Kenapa El memilih pergi meninggalkan kaluarga angkatnya hanya dengan kata maaf dan itu pun melalui pesan singkat. “ Xaquil benar benar prajurit berani mati yang akan melindungi dan mengorbankan apapun untuk El, betapa ban