“ Kakak kamu belum tidur kan?” bisik Xavier sambil ikut masuk di balik selimut tebal milik kakaknya.“ Aku tahu kakak belum tidur jadi jangan pura pura, aku tahu kakak lebih dari siapapun” bisiknya lagi saat tidak ada respon dari kakaknya.Karena diusik adiknya terus menerus, mau tidak mau Xaquil kini membuka matanya dan langsung menghadap adiknya. Ia tidak bisa tidur masih memikirkan ajakan ibunya untuk pindah ke kota lain. Dan ia sangat tahu adiknya juga tidak bisa tidur.“ Apakah Xhaqella sudah benar benar tidur” bisik Xaquil sambil melihat ke ranjang adik bungsunya.“ Sudah, itu dengkurannya sudah terdengar, makanya aku kesini” balas Xavier.“ Kamu juga masih memikirkan perkataan ibu sore tadi kan?” tanya Xaquil pada adiknya.“ Hum! Dengan pindah ke sana itu artinya hidup kita pasti akan banyak hal yang akan terjadi. Apakah kakak juga memikirkan apa yang aku pikirkan” ucap Xavier. Mereka berdua sebenarnya punya sifat yang sama hanya saja Xavier menutupinya dengan keceriaan dan ter
Sean terbelalak saat melihat postingan Daren beberapa jam yang lalu, dan yang membuatnya terkejut adalah Daren memposting sebuah foto saat bersama dengan tiga anak kecil sedang menikmati sunset. Sean tidak bisa melihat bagaiman rupa anak kecil itu karena posisinya anak anak itu memeluk Daren yang sedang tertawa melihat kamera. " Apakah dia sudah menikah dan punya anak" monolog Sean masih terus melihat wajah sahabat dekatnya yang kini juga pergi meninggalkan dirinya. Sean sangat paham jika Daren marah, itu karena memang sejak kecil Daren menganggap El adalah adiknya. Dan dia sangat menyayangi El, bahkan dulu Sean kerap kali cemburu saat melihat keakraban Daren dan juga El. " Betapa bodohnya aku dulu, satu satunya pria dewasa yang dulu dekat dengan El hanyalah Daren, El adalah orang yang introvert dan tidak punya banyak teman. dia selalu pergi, kalau tidak sama aku, ya Daren ataupun si Vio..... Aish! dasar ular betina itu! gara gara dia hidupku hancur, awas saja jika bertemu akan ku b
Waktu terus berjalan dengan begitu cepat, hari dan bulan terus berganti silih berganti, tanpa memperdulikan apa yang terjadi pada manusia dan alam sekitar. Hingga tidak terasa lima bulan telah berlalu. Satu bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai El memboyong kaluarganya ke kota yang lebih besar, ia sengaja mengambil waktu satu bulan supaya ketiga anaknya bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Sekaligus untuk melihat lihat sekolahan terlebih dahulu. El khawatir anak anaknya tidak nyaman dengan suasana sekolah di kota besar. Dan hari ini El dan kaluarga kecilnya sedang dalam perjalanan menuju kota kelahirannya, ia mengunakan pesawat pribadi milik kaluarga Daren. El merasa bersyukur Daren sangat memperhatikan kenyamanan dirinya dan juga Ketiga anaknya. “ Ibu, apakah masih lama untuk sampai di kota besar” tanya Xhaqella setelah berada di pesawat kurang lebih dua jam.“ Kita akan sampai dalam satu jam lagi princess, apakah mau makan sesuatu atau mau tidur di kamar” ucap
Daren terkekeh saat melihat pemandangan yang ia lihat dari balik jendela kaca besar yang terpapang di depannya. Sejak tadi Daren sudah menunggu El di rumah yang ia siapkan untuk kaluarga kecil El sang adik angkatnya. Namun saat mendengar kabar jika El akan kembali ke kota ini, kedua orang tua El memaksa Daren untuk ikut menyambut El dan ketiga cucunya. Daren memang tidak pernah menyembunyikan apapun pada kedua orang tuanya, ia sangat percaya pada keduanya yang akan melindungi El seperti ia melindunginya. Dan di sinilah mereka, orang tua Daren tentunya akan memarahi El yang pergi menghilang tanpa mengatakan apapun padanya secara langsung, padahal Ibu Daren sangat ingin El berlindung padanya seperti seorang anak yang akan berlindung pada ibunya. Ia tidak habis pikir Kenapa El memilih pergi meninggalkan kaluarga angkatnya hanya dengan kata maaf dan itu pun melalui pesan singkat. “ Xaquil benar benar prajurit berani mati yang akan melindungi dan mengorbankan apapun untuk El, betapa ban
Sore itu El menghabiskan waktunya dengan Ibu Sherly, ia bergelanyut manja di lengan wanita yang selalu mendekapnya saat ia berada dalam kesulitan. " Ibu kenapa aku sangat bodoh saat itu, harusnya aku berlari ke ibu dan membiarkan ibu menghajar Sean" ucap El, entah kenapa air matanya langsung meleleh turun membasahi pipinya. Seolah ia baru tersadar ternyata masih ada orang yang begitu mencintainya layaknya sebuah keluarga. Selama ini El merasa sendiri dan tidak ada yang peduli padanya. Ia berpikir semua orang telah menghakimi dirinya dengan kesalahan yang tidak pernah dia buat sama sekali. " Apakah kamu baru sadar jika kamu bodoh, Hum? Dan apakah kamu tahu, ibu terpukul saat kamu tidak ada kabar sama sekali, terakhir Daren mengatakan kamu tinggal di apartement Daren namun tiba tiba kamu menghilang tanpa jejak. Bahkan Daren tidak bisa mencarimu sama sekali. Daren hampir gila karena kehilangan kamu" ucap ibu Sherly sambil mengelus pucuk kepala El dengan lembut. " Saat itu aku kehilang
' Hoam' Tubuh kecil Xaquil langsung bangun dan duduk di ranjang besar di dalam kamar yang luas milik Daren. Ia melihat Daren yang masih tidur dengan pulas, terdengar dengkuran halus dari Daren. Semalam Xaquil ikut Daren ke rumahnya dan tidur bersamanya. Rumah Daren dan rumah El memang sangat berdekatan jadi tidak masalah jika Xaquil ikut bersama Daren. Apalagi Xaquil selalu tergiur dengan tawaran Daren untuk melihat perpustakaan yang sangat luas. Xaquil melihat kesekelilingnya yang masih remang remang, ini pertama kalinya dia tidur di tempat baru dan itu membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan dalam semalam ia sudah beberapa kali bangun untuk melihat apakah hari sudah pagi atau belum. ' Kenapa di tempat ini waktu terasa sangat lama, sepertinya aku tidur sudah lama sekali tapi kenapa masih malam saja ya' Batin Xaquil. pengen bangun namun masih sangat gelap dan juga ia tidak tahu bagaimana cara menyalakan lampunya. ' Paman Daren juga masih tidur dengan pulas, apakah pag
Xaquil masih berada di kamar mandi berusaha mengambil handuk yang letaknya di tempat tinggi, sepertinya Daren lupa jika ia mengajak Xaquil tidur di rumahnya. Memang semalam mereka pulang sudah telat, jadi mereka langsung tidur begitu selesai membersihkan diri masing masing. Daren tidak menaruh handuk di tempat yang bisa dijangkau oleh Xaquil. Jadi di sinilah Xaquil mengerutu karena tempatnya sangat tinggi. ' Kalau seperti ini terus, aku jadi ingin cepat cepat tumbuh menjadi tinggi' batinnya sambil menyerah, ia lebih baik meminta bantuan Daren dari pada ia harus berada di dalam kamar mandi dalam waktu lama hanya untuk mengambil handuk. Yang ada mukanya sudah kering duluan tanpa harus mengunakan handuk. Begitulah pemikiran Xaquil. " Paman tolong ambil..... " Lho! paman Daren kabur kemana ini, mana belum selesai merapikan spreinya dan juga selimutnya. Ckckck! tidak bisa dibiarin ini! paman harus di disiplinkan" gerutu Xaquil sambil melihat kesekelilingnya. kemudian ia berjalan mencari
Sean merasa senang dengan kehadiran bocah kecil yang kini berada dihadapannya, meskipun ia penasaran dengan anak ini. Ia seperti pernah melihat anak ini tapi di mana dia lupa. Namun itu tidak penting bagi Sean, yang ia inginkan segera menemukan keberadaan El yang selama ini ia cari. Jadi ia tidak merasa sia sia telah membuat keributan di pagi hari seperti ini. Karena dengan ini ia bisa mendapatkan informasi yang sangat penting. " Sekarang katakan pada paman, di mana Bibi El berada, kamu anak pintar" ucap Sean membujuk dengan manis Xaquil yang menurut Sean anak itu tampak sangat polos. Daren tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh ponakannya, ia tidak pernah mengerti pikiran dari bocah kecil itu. Tapi ia sangat penasar kenapa Xaquil berubah menjadi anak yang sangat polos tatapannya. ' Bukankah selama ini dia sangat membenci Sean, kenapa sekarang setelah berhadapan dengan ayahnya tatapannya menjadi polos seperti anak kecil yang sangat patuh. Apakah mungkin anak anak butuh sosok seora