“ Marco apakah kamu yakin jika Sean akan mengikuti apa yang kamu inginkan. Bagaimana jika dia membawa anak buah ataupun polisi. Pastinya dia tidak akan bertindak bodoh, dia tidak mungkin mengantarkan nyawanya” ucap Ambar sambil menyetir sementara Marco duduk di sebelahnya. Allen ada di kursi belakang. Ambar hanya takut jika kejadian ini, semua rahasianya akan terbuka ke publik, dia tidak mau hidup miskin lagi. Tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi teman sosialitanya jika mereka semua mengetahui apa yang terjadi padanya. Apakah mereka tidak akan menghinanya, karena sebetulnya dia bukan keturunan orang kaya Asli. Bagaimana dia bisa mengangkat wajahnya di depan semua orang. Hal semacam itulah yang sangat ditakutkan oleh Ambar. “ Jika dia ingin Joe mati maka, Sean akan membuat ulah. Tapi aku rasa dia tidak akan membahayakan Joe” ucap Marco dengan tenang. Kali ini dia pastikan rencananya akan berhasil, Sean tidak akan bisa memilih lagi.“ Biar lebih meyakinkan, suruh anak buah kita u
Allen dan Marco terkejut saat mendengar perkataan Joe. Bagaimana bisa Joe mampu melenyapkan Thomas dan juga anak buahnya. Karena anak buahnya sangatlah kuat dan sepertinya tidak mungkin jika Joe yang melakukan hal itu. Dapat kekuatan dari mana? Tidak mungkin kan jika tiba tiba Joe memiliki kekuatan super. Ha...ha...ha... Allen langsung tertawa mendengar perkataan Joe, dia sangat tahu karena mereka berteman sudah sangat lama. Dan dia tidak melihat sedikitpun Joe pernah bertarung dengan seseorang. Jadi bagaimana mungkin Joe bisa menyingkirkan Thomas beserta anak buahnya yang bukan hanya satu ataupun dua. “ Joe! Apakah aku harus percaya padamu, melawan anjing saja tidak berani apalagi, Thomas! Jangan membual hanya karena aku kehilangan Thomas, atau jangan jangan kamu mengatakan itu supaya aku takut padamu” ucap Allen di sela tawanya dan itu membuat Marco dan Ambar ikut tertawa. Mereka semua menganggap Joe seperti anak kecil, yang mungkin terobsesi pada film yang bertema Hero. “ Mun
Ambar membawa Marco dan Allen ke rumah yang dia miliki dan tentunya tidak banyak yang tahu, sama halnya Marco yang memiliki rumah sendiri. “ Aku tidak pernah menyangka jika semua yang kita bangun bertahun tahun terancam hancur, jika akhirnya begini harusnya dulu aku bu*uh saja Sean saat masih bayi” ucap Ambar mengerutu kesal. Dengan melihat Joe yang bahkan mampu mengalahkan anak buah Marco membuat Ambar semakin tidak karuan. “ Aku juga tidak menyangka, Ambar! Selama ini semuanya aman tidak ada pergerakan sama sekali. Entahlah, siapa yang ada di belakang Sean” ucap Marco juga frustasi.“ Apa mungkin jika salah satu keluarga Hill masih ada yang hidup? Ataukah ini semua Sean yang melakukannya. Bukankah selama ini kita selalu meremehkan dia?” ucap Ambar dengan serius. “ Marco lebih baik kita sembunyi untuk sementara waktu, sambil kita melihat siapa orang yang membuat kita seperti ini. Sekaligus kamu dan Allen sembuhkan luka kalian” lanjut Ambar. Marco tampak memikirkan ucapan Ambar. M
“ Ya Tuhan Joe, bagaimana kamu bisa menjadi seperti ini, wajah kamu banyak luka lebamnya, apakah Allen dan Marco memukul kamu? Kenapa kamu tidak menghindar” ucap Sean saat masuk ke dalam ruang perawatan, dan kebetulan Joe juga dalam keadaan sadar. Joe tersenyum saat melihat Sean mengkhawatirkan dirinya, dia senang karena tidak salah pilihan. Dengan tetap setia pada Sean, Joe bisa mendapatkan teman yang mau menerima dirinya yang hanya seorang anak yatim piatu. Tapi sebenarnya bukan yatim piatu, karena ketika dia menyebut itu, ibu panti akan memarahinya. Entah apa alasannya. Mungkin orang tua Joe miskin sehingga tidak bisa merawatnya atau mungkin Joe anak yang tidak diinginkan. Hanya Tuhan dan ibu panti yang tahu. “ Saya baik baik saja Bos, jangan khawatir, ini hanya luka kecil, terkadang kita harus terluka untuk menyenangkan lawan dan supaya juga tahu seperti apa musuh kita. Namun, saya hanya tidak menyangka kenapa Allen seperti itu. Kedua orang tuanya telah merusaknya, sehingga dia
Sean masih terkejut mendengar ucapan Joe jika kemungkinan dia masih punya kerabat. Mungkinkah keluarga Hill masih ada yang tersisa? Ataukan orang yang terkadang membuntutinya itu dari keluarganya dan ingin menjaga dirinya? Banyak pertanyaan yang melintas di kepala Sean. “ Joe jangan membuatku mati penasaran, apakah kamu tahu sesuatu yang aku tidak tahu” ucap Sean saat melihat sahabat sekaligus asistennya itu sedang merenung. Joe menatap Sean, karena diapun juga baru menyadarinya sekarang. “ Bos masih ingatkan saat saya mengatakan jika Thomas sudah beres dan tidak akan muncul lagi” ucap Joe dengan serius. Sean mengangguk dengan cepat, dia mengingat akan hal itu. Bahkan saat itu dia tidak menyangka jika Joe telah menyingkirkan Thomas beserta anak buanya. “ Hum, aku masih sangat ingat, bahkan tidak percaya kamu bisa melakukan itu” Ucap Sean. “ Saat itu sebenarnya bukan saya yang melenyapkan Thomas, hingga kini saya juga tidak tahu di mana dengan Thomas dan anak buahnya. Tapi waktu
Hari terus berlalu dengan cepat, semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Setelah kepergian Sean ke kantornya, Bi Asih mulai merenungkan apa yang dia ketahui selama ini. Apalagi saat dia melihat Tuan mudanya yang sepertinya tampak kelelahan. Namun Bi Asih juga tidak bisa gegabah, karena dia juga belum tahu siapa saja orang yang menjadi musuh Sean.' Tuan muda sangat kasihan, dari kecil dia sudah menerima semua kekejaman dan kepalsuan. Andai saja dulu Tuan besar Aland tidak mengambil dua manusia sampah itu. Semuanya tidak akan berakhir seperti ini. saya juga tidak hidup dalam ketakutan, dan juga tidak kehilangan ibu' batin Bi Asih, dia masih mengingat bagaimana kejamnya Marco dan Ambar.Hingga sekarang Bi Asih masih menyimpan rasa takut yang besar, semuanya berawal dari pesan ibunya beberapa puluh tahun silam. Ibunya meminta dirinya untuk pergi ke hutan karena ibunya mendengar jika Ambar merencanakan sesuatu yang buruk pada Nyonya muda, tempat ibunya mengabdi.Ya, Bi Asih adalah anak d
Sean turun mengunakan lift dengan wajah yang berseri seri. Ini sebuah momen langka mantanistrinya mau mengunjungi dirinya di perusahaan." Apakah gengsinya nyonya Elvaretta sudah menghilang, tumben banget dia mendatangi aku. Apakah dia masih khawatir dengan aku, sehingga dia datang ke sini mau membantu aku" ucap Sean sambil terkekeh.Tidak ada yang bisa membuat Sean segembira ini, kecuali semua itu berhubungan dengan mantan istrinya dan juga anaknya.Tekad Sean sudah bulat untuk kembali mendekati mantan istrinya itu. Jika cara halus tidak bisa maka harus cara paksaan. Begitulah pikiran Sean, seolah olah dia lupa jika saat ini El memiliki prajurit terdepan yang akan menghalangi Sean menyentuh Elvaretta.Eith! Tapi Sean punya sekutu yang bisa memuluskan rencananya, siapa lagi jika bukan Xhaqella. Dia orang pertama yang akan membantu Sean.Ting!Lift berhenti di lantai Lobby, Sean langsung keluar dengan langkah yang panjang. Dia sudah tidak sabar untuk menemui mantan istrinya yang tidak
Uuhuk! ...uhuk!“ Tuan besar, apakah anda baik baik saja? Apakah membutuhkan sesuatu” ucap seorang laki laki yang biasa menjaganya. “ Hanya sesak, sepertinya saya sudah terlalu banyak berada di kamar, bawa saya keluar, saya ingin menikmati angin sore” ucapnya sambil berusaha bangun. Namun sang anak buah langsung mengendongnya dan meletakkannya di kursi roda. Lalu dia mendorongnya keluar kamarnya.“ Albert sedang ada di mana apakah dia sudah mau pulang, bukankah dia akan menjagaku hingga minggu depan?” Ucapnya. “ Tuan Albert, sedang berada di teras sepertinya dia sedang mengerjakan pekerjaannya, sejak tadi dia fokus dengan laptopnya. Apakah Tuan besar ingin ditemani oleh Tuan Albert” “ Tidak perlu kalau dia sibuk, kamu bisa menemani aku berada di taman.. uhukkk.. uhukk” ucapnya sambil terbatuk batuk. “ Tuan besar harus tetap sehat, supaya bisa bertemu dengan cucu Tuan, Tuan sudah bertahan sejauh ini, jadi tolong tetap sehat. Saya dulu sudah berjanji pada mendiang” ucapnya. “ Hum