Share

Bab 3 Mencari Alamat

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2023-09-13 11:42:43

“Saya akan bantu kamu mencari kebenaran tentang surat itu, Sabi." ucap seorang pria sembari menepuk-nepuk pundak Sabrina, menatap wanita itu dengan manik cokelatnya.

Pria itu adalahJaka Dirgantara, sahabat Sabrina yang selalu ada untuk Sabrina di kala dia benar-benar membutuhkan. Sabrina tak tahu pada siapa harus mengadukan masalahnya, hingga memilih bertemu Jaka di cafe biasa.

"Apa tidak mengganggu aktivitas kamu?" Sabrina memastikan. Ia duduk tepat di kursi yang berseberangan dengan Jaka.

Jaka menggelengkan kepala, “Tidak akan, Sabi. Kamu tidak perlu khawatir soal itu.”

Raut wajah pria yang berprofesi sebagai CEO salah satu perusahaan di bidang otomotif itu nampak serius dengan ucapannya. Andai mampu, mungkin sudah Jaka hapus air mata Sabi, agar wanita di hadapannya itu tenang dan tak mengeluarkan air mata.

Meskipun sebenarnya Jaka tahu, kalimat yang diucapkannya barusan adalah sebuah dusta, tapi dia tak peduli. Pria itu jelas tak akan bisa membiarkan wanita yang sempat ia cintai semasa SMA, disakiti suaminya.

"Terima kasih." Akhirnya Sabrina menghapus air matanya sendiri. Dimasukannya kembali selembar surat yang sempat ia remas ke dalam tas selempangnya.

"Saya akan membuat perhitungan jika pernikahan siri itu benar-benar nyata," sambung Sabi. Dikepalkan kedua tangannya di atas meja. Aliran darahnya seketika terasa panas.

"Tenang, Sabi. Jangan berburuk sangka dahulu. Cari fakta dan bukti dengan lengkap. Jangan gegabah mengambil kesimpulan. Apalagi, suami kamu seorang Brimob. Dia bisa dipecat dari jabatannya bila terbukti berkhianat," tutur Jaka yang berusaha menenangkan sahabatnya. Bagaimana ia tak turut bersedih, Sabi adalah sahabatnya dari dulu. Mereka sudah biasa saling berbagi tentang masalah hidup yang dialami.

"Ya, saya paham."

Setelah pertemuan dengan Jaka di cafe, mereka memutuskan akan melacak alamat yang tertera pada selembar surat pernikahan siri.

Seperti ada harapan, Sabrina menelan rasa sakitnya. Hari minggu nanti, mereka berencana akan membuktikan semua kebenaran tentang surat yang telah menghacurkan perasaan Sabrina.

" Saya akan antar kamu ke sana. Semoga saja apa yang tertera dalam surat itu, tidak benar adanya. Saya berharap tak ada hal yang membuat perasaanmu sedih, Sabi." tutur Jaka, berusaha menetralkan perasaan sahabatnya.

Namun apa daya, hati Sabrina yang rapuh seperti tak bisa diperbaiki lagi saat mulai terasa retak, tak peduli betapa pria di hadapannya itu sangat khawatir kepadanya.

Dua hari menunggu datangnya hari minggu, terasa satu bulan. Ia sempat mendatangi kantor kepala tempat suaminya bertugas. Sekedar ingin menanyakan kebenaran tugas yang tengah dijalani suaminya. Memang benar adanya, Hasbi tengah melaksanakan tugas pengamanan, akan tetapi bukan di luar kota. Sabrina mengernyitkan dahi saat tahu ternyata akhir-akhir ini Hasbi hanya mendapat tugas pengamanan di dalam kota saja.

'Lalu, kemana selama ini Mas Hasbi pulang saat malam tiba?' batin Sabrina kian bergejolak.

Dengan langkah kaki yang terasa berat ia kembali ke rumah. Sabrina semakin yakin harus menyelidiki suaminya. Ini adalah kali pertama dia curiga karena selama ini tak pernah terbesit di benaknya tentang kebohongan Hasbi.

**

Hari minggu itu, Hasbi tetap tak pulang, meskipun Sabrina tahu bahwa suaminya itu libur bertugas. Wanita itu dikejutkan dengan suara sebuah pajero milik Jaka yang telah terparkir di depan rumah Sabrina. Sekejap, entah mengapa, Sabrina merasa sahabatnya itu terlihat lebih tampan dari biasanya. Tapi, wanita itu menghiraukannya. Dia bergegas pergi demi mengetahui kelakuan suaminya.

Tak butuh waktu lama, keduanya telah sampai di lokasi. Mobil milik Jaka telah sampai di depan sebuah rumah yang tertera pada alamat di dalam surat pernikahan siri.

Jantung Sabrina terasa berdegup kencang. Ia mencoba mengusap dada, mengatur napas guna memperbaiki perasaan.

"Sudah siap turun?" Jaka bertanya terlebih dahulu.

Sabrina mengangguk walau ragu. Dia ragu karena belum tentu siap dengan kemungkinan terburuk.

Jaka dan Sabrina keluar dari mobil. Mereka sudah berdiri di depan rumah bergaya minimalis, namun gerbangnya tertutup rapat. Terlihat tombol bell menempel di dinding dekat gerbang. Jaka menekan tombol itu atas perintah Sabrina.

Tak lama, seorang wanita berperawakan pendek berisi keluar dari rumah dan menghampiri mereka di depan gerbang.

"Cari siapa ya?" Nada suara wanita itu masih sopan saat bertanya pada Sabrina dan Jaka.

Wanita di hadapan Sabrina bukanlah Miranda yang pernah dia lihat sebelumnya. Wajahnya juga tak terlalu cantik. Apalagi dari perawakannya, kalah cantik dibanding Sabrina.

"Maaf, Bu. Apa benar di sini rumah atas nama RT Yahya?" Jaka segera bertanya di saat Sabrina hanya mematung memperhatikan wanita di depannya. RT Yahya merupakan saksi pernikahan dan alamat yang tertera pada surat itu.

"Oh iya benar. Ada keperluan apa?" Wanita itu bertanya kembali dengan ramah namun belum juga membukakan pintu gerbang rumahnya.

Jaka dan Sabrina menghela napas lega secara seiringan. Seperti tak sia-sia mencari alamat yang ternyata bukan alamat palsu.

"Kami ada keperluan penting dengan Pak RT Yahya. Bolehkah kami bertemu?" Jaka kembali meminta izin dengan sopan.

"Tentu. Silakan masuk, Pak, Bu." Wanita yang sepertinya memang istri RT Yahya akhirnya membuka pintu gerbang dan mempersilahkan Sabrina serta Jaka masuk ke dalam rumahnya.

Pria bernama Yahya menyapa Sabrina dan Jaka dengan ramah. Dia duduk di sofa yang berseberangan dengan Jaka.

"Maaf, ini dengan siapa dan ada apa ya?" Pria yang menjabat sebagai RT bertanya dengan wajah penasaran karena sama sekali tak mengenal tamunya pagi ini.

"Perkenalkan, Pak. Saya Jaka, dan ini sahabat saya, Sabrina. Kedatangan kami ke sini sekedar ingin mempertanyakan kejelasan mengenai surat ini." Tanpa basa-basi, Jaka menyodorkan selembar kertas yang menjadi petunjuk kedatangannya hari ini.

Diambilnya surat itu. RT Yahya segera membacanya dengan seksama. Wajahnya tak setegang tadi. Rupanya dia sudah bisa menerka isi suratnya.

"Dalam tanda tangan saksi, tertuang nama Pak Yahya di situ. Bisakah menjelaskannya pada kami berdua?" Jaka kembali dengan pertanyaan seriusnya tanpa basa-basi.

Wajah Sabrina yang duduk di sofa yang sama, terlihat tegang. Ia merasa degup jantungnya memompa cukup kencang. Ia juga sampai lupa harus mengedipkan kelopak matanya, sudah tidak sabar ingin mendengarkan penjelasan dari RT yang telah menjadi saksi dalam surat pernikahan siri antara suaminya dengan wanita bernama, Miranda.

"Oh iya, kebetulan saat itu saya yang menjadi saksi pernikahan antara Pak Hasbi Adhitama dan Ibu Miranda Lestari." RT Yahya dengan santainya menjelaskan.

Sabrina terkesiap. Napasnya terasa sesak. Ia mengusap dada yang isinya terasa sakit seperti telah terluka tapi tak berdarah.

"Sabi, apa kamu memiliki poto, Hasbi?" Jaka menoleh pada Sabrina. Harus ia pastikan bahwa nama Hasbi Adhitama adalah orang yang sama dengan yang mereka maksud.

Sabrina mengangguk. Ia segera merogoh tas selempang guna mengambil ponsel, lalu mencari poto suaminya pada galeri ponsel.

"Ini, Jak." Sabrina menyodorkan benda pipih itu pada Jaka. Di layarnya sudah terlihat poto Hasbi yang tengah sendiri.

"Apakah Hasbi yang Pak RT maksud yang ini?" Jaka segera memperlihatkan gambar suami Sabrina pada Yahya.

Pria itu mengangguk yakin. "Betul, Pak. Itu adalah Pak Hasbi suaminya, Bu Miranda."

Related chapters

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 4 Main Cantik

    Sabrina melemah. Wanita itu merasa tak bisa bernapas seolah tak ada oksigen yang bisa dihirupnya. Bulir bening yang sedari tadi ia tahan seketika luruh di pipi. Tak bisa dipercaya, suami yang selama ini dianggap setia nyatanya berdusta."Loh, Mba Sabrina. Kenapa menangis?" RT Yahya tercengang melihat tamunya tiba-tiba menangis.Jaka menoleh ke arah Sabrina. Ia tak bisa menjelaskan."Maaf, Pak. Saya kelilipan," jawab Sabrina dengan suara lirih. Ia segera menghapus air mata yang tak bisa diajak kompromi."Oh iya, Pak. Kalau boleh tahu, dimana ya rumah Bu Miranda dan Pak Hasbi? Kami belum sempat memberikan kado pernikahan untuk mereka," tanya Jaka dengan alasannya lagi."Kado pernikahan? Memang kalian siapanya?" RT Yahya menatap kedua tamunya nanar."Kami sahabatnya, sekedar ingih mampir dan mengucapkan selamat saja." Wajah Jaka sungguh meyakinkan."Bu Miranda dan Pak Hasbi sudah lama menikah. Sudah 7 tahun lebih, masa baru memberikan kado selamat hari ini," pria yang memiliki jabatan RT

    Last Updated : 2023-09-13
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 5 Membuat Kesepakatan

    "Apa yang akan kamu lakukan, Sabi?" Jaka memperbaiki posisi duduknya lebih memiring menghadap Sabrina."Saya akan buat dia kelimpungan," jawab Sabrina. Ia segera menekan kontak bernama 'suamiku' pada layar ponselnya. Berdering dan tak lama langsung dijawab."Halo, Sabi. Ada apa?" Suara Hasbi terdengar ketus begitu benda pipih itu Sabrina tempelkan pada telinganya."Halo, Mas. Kamu dimana?" Sabrina berbalik tanya sekedar basa-basi. Ia hanya ingin tahu jawaban apa yang akan dikatakan suaminya."Bukankah sudah aku katakan kalau aku sedang bertugas." Jawabannya jelas sekali bohong."Bisakah kamu pulang, Mas? Ini kan hari minggu," sindir Sabrina. Ia sesekali melirik ke arah Jaka yang tengah mendengarkan percakapannya."Hari minggu pun aku tetap bertugas, Sabi. Aku tak bisa pulang, memangnya ada apa?" Suara tegas Hasbi kembali beralasan. Lagi-lagi pria itu berbohong."Mas, perutku sakit sekali terasa ditusuk-tusuk. Aku tak dapat bangun dari tempat tidur, aku mohon pulanglah. Bawa aku ke rum

    Last Updated : 2023-09-13
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 6 Saat Wanita Sudah Kecewa

    Setelah melakukan kesepakatan dengan Miranda, Sabrina dan Jaka memilih pulang. Namun di tengah perjalanan, Sabrina memilih turun dari kendaraan Jaka dan pulang ke rumah dengan menggunakan taksi online. Ia tak mau kalau Hasbi sampai curiga."Kamu dari mana saja? Beraninya kamu membohongi saya?!" Kedatangan Sabrina di rumah disambut dengan sentakan pertanyaan dari Hasbi. Pria itu sudah berdiri di depan rumah saat Sabrina keluar dari taksi online. Tatapannya nanar penuh selidik membuat Sabrina harus pandai beralasan."Kamu pikir aku dari mana, Mas? Menunggu kedatangan kamu yang berpuluh-puluh menit hanya akan membuat penyakitku kian bertambah parah." Sabrina mengelak. Ia segera melanjutkan langkah kemudian masuk ke dalam rumah melewati tubuh Hasbi dengan acuh. Namun, pergelangan tangannya digenggam sang suami sehingga langkahnya terhenti di ambang pintu."Alasan!" Satu kata yang keluar dari mulut Hasbi yang membuat Sabrina tak sudi membalasnya.Sabrina tetap melanjutkan langkahnya. Sesa

    Last Updated : 2023-09-20
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 7 Pertemuan Yang Menegangkan

    "Pinjaman PNS tak perlu menggunakan surat-surat itu, Sabi. Kamu pikir aku bodoh!" Hasbi tetap berkilah. Membuat Sabi kian penasaran saja."Memang iya. Tapi aku hanya butuh surat-surat penting itu untuk pemberkasan, Mas. Apa salahnya sih," gerutu Sabi. Wanita itu dibuat geram dengan sikap Hasbi."Aku hanya pinjam, Mas. Lagi pula itu surat-surat yang seharusnya disimpan seorang istri," sambungnya menekan.Namun, Hasbi masih saja diam mematung. Ia nampak kesulitan untuk menjawab."Mana, Mas? Aku akan ajukan pinjaman seratus juta untuk Mama kamu. Itu pun kalau surat yang aku minta sudah ada di depan mata." Sabrina kembali menekan.Hasbi masih saja membeku. Dia kebingungan karena surat itu tak ada padanya. Akhirnya Sabrina memilih meninggalkan."Tunggu, Sabi!" Hasbi menahan langkah Sabrina."Akhirnya kamu bersuara juga." Sabrina kembali duduk di dekat Hasbi."Maaf, Sabi. Surat-surat itu tak ada padaku." Hasbi menundukan kepala."Apa maksudnya?" Dahi Sabi mengkerut tak paham."Surat rumah t

    Last Updated : 2023-09-21
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 8 Pilih Dia Atau Aku

    "Perkenalkan, saya adalah Sabrina Mecca—istri sah dari Hasbi Adhitama."Bola mata Miranda membulat sempurna seakan hendak loncat dari sarangnya. Sama halnya dengan Hasbi."Apa-apaan ini, Bu Sabi? Saya tidak suka dengan lelucon macam ini." Miranda menggelengkan kepala.Sementara Hasbi menundukan kepala. Ada emosi yang tengah ditahannya."Loh, ini bukan lelucon kok. Saya memang istri sah Mas Hasbi. Kami sudah sepuluh tahun menikah. Namun sepertinya Mas Hasbi tak terlalu kuat dengan ujian yang menerpa pernikahan kami," tekan Sabrina mengulum senyum miring. Ia terlihat kuat, tapi sebenarnya tidak."Mas Hasbi, apa benar?" Miranda menatap nanar suaminya."Mungkin suami anda malu mengakuinya, Miranda. Ops, sory. Maksud saya suami saya, karena anda hanya istri simpanan yang tak dianggap," cibir Sabrina."Cukup, Sabi! Apa-apaan kamu ini. Kamu sudah merencanakan semuanya? Kamu menjebakku! Kamu berani melawanku?!" sergah Hasbi seraya menghentakan kepalan tangannya di atas meja.Sabrina menggeleng

    Last Updated : 2023-09-22
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 9 Hinaan Dari Mertua

    Nampaknya Hasbi tak akan terima kalau sampai Miranda pergi dari kehidupannya. Dia segera meraih tangan sang istri muda, saat wanita itu hendak pergi."Jangan, Mira. Aku mohon. Kita kembali ke tempat duduk. Kita harus bicara," bujuknya dengan sungguh-sungguh.Miranda yang tengah dibakar api kecewa, nyatanya tetap menuruti perintah Hasbi. Dia mengangguk memberi kesempatan pada sang suami untuk bicara. Akhirnya mereka berdua kembali duduk di tempat semula."Jelaskan sekarang, Mas. Mengapa kamu tega membohongiku," tekan Miranda. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada sementara wajahnya begitu nanar kepada sang suami."Oke, aku akan bicara jujur dan kamu harus percaya sebab aku melakukan ini hanya demi, Aksa," jawab Hasbi."Apa hubungannya dengan anak kita?" Miranda mengernyitkan dahi."Mira, aku sudah lama ingin meninggalkan Sabrina. Wanita itu tidak mampu memberikan aku keturunan. Sebagai laki-laki, aku pun ingin memiliki anak dari darah dagingku. Tapi Sabrina tidak bisa. Aku sudah t

    Last Updated : 2023-09-23
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 10 Bujuk Rayunya

    "Tega sekali Mama bicara seperti itu," lirih Sabrina. Bulir bening tak bisa lagi dibendung sampai akhirnya harus menetes di pipi mulus Sabrina. Bibirnya bergetar, menahan rasa sakit di dalam dadanya.Sementara Hasbi, dia tampak membatu saat mamanya menghina Sabrina."Mama bicara apa adanya, Sabi. Wajar kan kalau Hasbi ingin memiliki anak di saat kamu tak mampu memberikannya. Jangan egois, Sabi." Wanita paruh baya itu seperti tak memikirkan perasaan Sabrina. Air mata yang tumpah di pipi cantiknya, tak membuat Hasbi membuka mulut untuk sekedar membela sang istri."Miranda bahkan rela menjual perhiasannya demi membantu Mama, lalu bagaimana dengan kamu, Sabi? Kamu terlihat tak sudi direpotkan."Bak petir menyambar tubuh, ucapan mertua Sabrina terasa meremukan tubuh Sabrina sampai ke tulang-tulang."Cukup, Ma! Jangan pernah banding-bandingkan aku dengan wanita yang baru saja Mama kenal!" tukas Sabrina. Dihapusnya air mata yang seharusnya tak boleh keluar."Kalau Mama lebih menerima pelako

    Last Updated : 2023-09-23
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 11 Calon Mantu?

    Sambungan telepon itu langsung diakhiri Jaka begitu suara bariton milik Hasbi terdengar."Mengapa jadi Hasbi yang menjawab telepon?" Jaka bertanya-tanya. Dia kini tengah berada di ruang kantornya. Memijat pelipis karena khawatir suami Sabrina jadi salah paham.Semalam, Jaka mengantarkan Sabrina ke rumahnya tanpa ada Hasbi. Dia tak tahu kalau panggilan teleponnya akan dijawab oleh Hasbi. Padahal saat ini Jaka sudah selesai mengumpulkan semua berkas yang dipinta Sabrina. Termasuk berkas penting milik Hasbi yang juga diamankan padanya.Satu jam kemudian pintu ruangan Jaka terdengar diketuk seseorang dari luar."Permisi, Pak. Ada tamu yang ingin bertemu." Sekestaris melapor pada Jaka usai membuka pintu."Siapa?" tanya Jaka biasa saja."Atas nama, Hasbi Adhitama," jawab wanita berambut pendek itu.Sedikit terkejut. Dia langsung mengamankan berkas milik Sabrina. "Bawa ke ruangan saya," titahnya pada sekertaris."Baik, Pak." Wanita itu keluar lagi. Sementara Jaka langsung sibuk memastikan ka

    Last Updated : 2023-09-24

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 219 Akhir Yang Indah

    Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 218 Sedikit Gangguan

    "Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 217 Perhatian Yang Sempurna

    Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 216 Kebahagiaan Yang Sempurna

    Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 215 Mimpi

    Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 214 Rencana Pernikahan Sesil

    Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 213 Mantan Suami Meninggal Dunia

    "Aku dan Aksa akan melayat, Mba. Aku akan mengantar Aksa. Kasihan kan," balas Sesil.Sabrina kembali dibuat dilema. Bagaimana mungkin ia akan tega membiarkan Aksa bersedih sendirian. Anak itu telah kehilangan segalanya. Orang tua satu-satunya Aksa kini turut berpulang ke sisi Tuhan karena penyakit komplikasi yang diidap. Sabrina tak pernah menyangka dengan kehidupan mantan suaminya yang memilukan."Sil, aku juga ingin ikut melayat. Aku kasihan pada Aksa. Tapi aku akan minta izin Mas Jaka terlebih dahulu ya," kata Sabrina. Ia masih menempelkan benda pipih itu pada telinganya."Kita ketemu di rumah tahanan saja ya, Mba. Kasihan Aksa tak bisa menunggu lagi." Sesil kembali bicara."Iya, aku ingin bicara dengan Aksa terlebih dahulu " pinta Sabrina."Boleh, Mba." Dalam detik yang sama, sepertinya Sesil langsung memberikan ponsel pintarnya pada Aksa."Iya, Ibu." Suara Aksa terdengar bergetar berat."Aksa, dengarkan Ibu ya. Tetap tenang. Semuanya akan baik-baik saja. Aksa dan Kak Sesil pergi

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 212 Kabar Buruk Dan Kabar Baik

    Sabrina sudah berdiri di depan rumah. Ia segera bertanya pada security di depan rumahnya."Mas, itu ambulance kemana?" tanya Sabrina pada pria berseragam layaknya security di rumahnya itu. Degup jantungnya masih sama, sebab suara sirine ambulance semakian mendekati arah rumahnya."Itu ada tetangga rumah sebelah yang meninggal, Non," jawab Security Sabrina.Seketika Sabrina menghela napas lega. "Saya pikir siapa. Kaget banget," desisnya. Akhirnya napas yang sempat tersengal kini mulai terasa lancar."Hanya tetangga, Non. Kabarnya meninggal karena kecelakaan," jelas security itu lagi."Ya sudah saya masuk lagi ya. Kabari saya kalau Mas Jaka pulang," pinta Sabrina."Siap, Non." Pria itu dengan tegasnya.Sabrina kemudian segera masuk kembali ke rumahnya. Ia masih belum juga tenang sebab belum mendapatkan kabar dari suaminya. Ia tak bisa menelepon Jaka lagi, sebab anak kembarnya minta ASI. Seperti biasa, Sabrina menyusui anak kembarnya secara bergantian. Ia selalu melakukan kewajibannya se

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 211 Suara Ambulance

    "Klinik yang di dekat toko, Mba. Duh kasihan sekali Aksa. Aku sampai gak tega melihatnya. Sedari tadi Aksa mengigau nama papanya terus," kata Sesil lagi."Ya Tuhan, kasihan sekali Aksa. Memangnya kamu gak pernah bawa Aksa nengokin papanya di penjara?" Sabrina bertanya lagi."Sudah, Mba. Ceritanya dua hari yang lalu Aksa ingin bertemu papanya di penjara, aku mengabulkan keinginan Aksa. Ternyata Mas Hasbi sakit Mba. Semenjak saat itu Aksa terus saja memikirkan papanya." Sesil menjelaskan."Mas Hasbi sakit apa memangnya?" Lagi-lagi Sabrina bertanya. Ia masih menempelkan ponsel pintar pada telinganya."Katanya komplikasi, Mba. Sakit paru-paru dan lambung kronis. Aksa sampai sedih melihat papanya. Saat ini ada di klinik tahanan tengah dirawat oleh perawat di sana," kata Sesil."Ya Tuhan, sungguh aku kasihan pada Aksa. Anak sekecil Aksa sudah memiliki banyak sekali beban. Sebenarnya aku ingin menemui Aksa sekarang, tapi keadaannya tidak memungkinkan, Sil," terang Sabrina pada adiknya."Kena

DMCA.com Protection Status