Share

Bab 2

Penulis: Pena Ica Ltf
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-16 10:08:41

Usai sarapan, Aryo dan Daniel langsung berangkat ke kantor untuk bekerja. Begitu juga dengan Hakim. Sudah menjadi kebiasaan Aryo ketika berangkat kerja, ia tak pernah berpamitan dengan Amel.

Tak lama lagi, Amel pun akan berangkat. Ia segera memakai kemeja putih dengan celana kain berwarna hitam. Tak lupa untuk mengaplikasikan sedikit lipstik berwarna merah maroon untuk membasahi bibirnya, agar tak terlihat pucat.

"Sayangnya Ibun... Ibun berangkat dulu ya Nak." Amel mencium gemas Aisha dan memeluknya. Ibun adalah nama panggilan Aisha pada Amel.

"Ma, Amel berangkat dulu ya. Ini nitip Aisha," ucap Amel seraya memberikan Aisha pada Arum.

"Ntar dulu, itu meja makan sudah kamu beresin belum? Kalau belum beresin dulu. Mama gak mau capek-capek bersihin. Udah capek jagain anak kamu, masa di suruh capek juga beresin rumah." Ketus Arum menitah Amel.

Wanita itu menghela napas. "Aduh, lupa lagi belum dibersihin. Mana udah mepet jam nya." Batinnya sambil melihat jam yang terpajang di dinding.

"Ya udah, Ma. Amel beresin meja dulu ya setelah itu berangkat. Soalnya udah mepet banget jamnya jadi Amel harus cepat-cepat."

Amel gegas mengambil segayung air dan kanebo untuk membersihkan meja makan. Satu persatu piring di angkut dan dibawa ke dapur. Setelah itu, baru ia mengelap sisa-sisa air dan makanan dengan kanebo.

Setelah semuanya selesai, ia langsung mengeluarkan motor pribadinya dari garasi. Tak lupa untuk memanasi mesinnya terlebih dahulu.

Usai beberapa menit, ia langsung berangkat menuju ke kantor.

___

"Ini gimana sih si Amel, piring gak di cuciin mana numpuk lagi." Arum menggerutu usai melihat piring-piring kotor yang tergeletak di wastafel.

"Gitu lah Ma, Mbak Amel emang susah di bilangin. Padahal udah sering kan dibilangin kalau pagi sebelum berangkat wajib bersihin meja makan sama cuci piring dulu." Celoteh Mega seraya mencibirkan bibirnya.

Padahal, bisa kan? Jika ia bergantian membersihkan rumah. Tapi Mega tak pernah mau menyentuh pekerjaan rumah. Ia hanya mau mengurus Tifa, putrinya saja.

Ia memang pemalas dan maunya cuma terima bersih, sama seperti Arum.

"Ya sudahlah, biarin aja numpuk. Nanti biar Amel yang membersihkan. Mama udah capek kalau disuruh nyucuiin piring."

Padahal jika mau, Arum bisa mengerjakan itu semua. Apalagi Aisha adalah anak yang baik, dan jarang sekali menangis walau Amel sering meninggalkannya. Berbeda dengan Tifa, ia sangat cengeng. Sedikit-sedikit nangis, bahkan sering merebut mainan-mainan milik Aisha.

___

Setelah setengah jam menempuh perjalanan, akhirnya Amel tiba di kantor tempat ia bekerja. Ia bergegas masuk dan jalan agak cepat untuk absens. Ada alat otomatis yang menempel di dinding untuk absensi para karyawan.

"Hufft, untung saja gak telat. Cuma jarak tujuh detik aja! Selamat kamu, Mel. Kalau telat bisa-bisa aku ditegor lagi sama Pak Gio." Batinnya sambil mengelus dada.

"Mel, baru sampe?" Sapa Sintya, teman sekaligus sahabat sekantor Amel. "Kamu sampe ngos-ngosan kaya gitu, kaya abis ngejar maling apa?"

"Ih kamu ini, mana ada maling. Aku beres markirin motor tadi, abis itu jalannya agak cepat pas masuk ke kantor. Karena jam mepett banget! Biasa Sin, telat sedikit karena aku sibuk bebersih rumah dulu. Setelah itu a--"

Sintya memutus percakapan Amel. "Setelah itu bersihin meja makan, padahal itu sisa-sisa makanan keluarga suami kamu, terus nyuci piring, baru berangkat. Begitu bukan?!" Tampak ada rasa kesal pada raut wajah sahabatnya itu.

"Astaghfirullah, aku lupa nyuciin piring tadi. Untung sekarang kamu ngingetin. Mama pasti marah banget sama aku nanti." Amel menepuk jidat.

"Sesekali gak usah cuciin, biarlah Adik ipar kamu yang nyuciin. Ngapain aja dia di rumah? Nganggur kan? Masa bantuin gitu aja gak mau."

"Itu sudah menjadi tugas ku, Sin." Amel menutupi rasa lelahnya dengan sedikit tersenyum.

"Liat tuh, Mel. Wajah kamu kaya capek kurang istirahat. Ada sedikit mata panda di bawah kelopak mata kamu."

"Iya lah wajar kurang istirahat kan punya anak kecil..." Amel terlihat santai, padahal disamping itu ia juga berusaha menutupi kejelekan keluarga suaminya.

"Bukan karena anak, tapi karena suami kamu gak pengertian! Ditambah dengan kelakuan Mama mertua kamu kan, Mel. Kamu kenapa sih betah banget tinggal di rumah yang orang-orangnya kaya gitu? Pada gak peduli tau sama kamu." Sintya terus menerus mencerocos. Ia sangat peduli pada Amel, tak tega jika Amel hanya dijadikan pembantu di rumah Aryo.

Amel memejamkan mata, ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan ya perlahan. "Ssuutt.. Sudah, jangan ngomel terus masih pagi ini. Nanti cepet tua. Bukannya aku mau terus untuk tinggal disana. Tapi kan memang belum waktunya aku untuk pindah. Kalau ditanya dari hati, pengen banget rasanya pindah dari sana walau hanya mengontrak di rumah yang sederhana."

"Mel, kamu kalau mau pindah, ya pindah aja. Gak usahlah dengerin mulut Mama mertua kamu itu! Dia gak bisa kalau terus-terusan memperlakukan kamu kaya gini." Sintya menyilangkan kedua tangannya.

"Mana Amel yang selama ini aku kenal? Yang tegas dan pemberani. Masih ada kan semua itu di dalam diri kamu, Mel? Jangan jadi orang lain deh, nanti kalau kamu udah balik ke karakter asal kamu, aku yakin mereka mati kutu. Kalau perlu sekalian bongkar aja jati diri kamu di depan mereka semua, agar mulut manusia-manusia seperti itu bisa bungkam!"

Bab terkait

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 3

    "Suutt, udah! Ayo-ayo waktunya kerja ini." Sintya hanya mendengkus kesal. ***Sekarang tepat jam dua belas siang, waktunya karyawan berisitirahat. Siang ini, Arum ingin menelepon Aryo untuk membicarakan Risma, wanita yang ingin di jodohkan padanya.Risma, adalah wanita yang dulunya pernah menjalin hubungan dengan Aryo. Hubungan itu hanya bertahan delapan bulan saja, karena Risma berselingkuh lantas Aryo memutuskannya.Namun, setelah Aryo menikah. Risma datang kembali di kehidupannya, ia meminta maaf dan mengaku sangat menyesal telah menyia-nyiakan lelaki itu. Tak memungkiri, Aryo memang masih mencintai Risma walau sekarang ia sudah menikahi Amel. Karena dulu ia menikahi Amel hanya sebagai pelampiasan untuk melupakan rasanya pada Risma, tanpa sepengetahuan Amel."Halo, Aryo. Mama cuma mau ngomong nih. Kamu ada waktu kapan? Mama pengen ketemu sama Risma dan keluarganya, untuk mempercepat pernikahan kamu dan Risma.""Nanti, Ma. Kayanya lusa aku ada waktu. Nanti biar Aryo kontek dulu Ri

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 4

    "Amel mana sih, tumben pulangnya lama banget nyampe rumah." Arum menggendong Aisha sembari sesekali menengok ke arah luar untuk memastikan Amel sudah datang atau belum.Padahal hanya telat beberapa menit saja, tetapi dibilang lama. Ia sudah pegal menggendong Aisha."Aisha, disini dulu ya Nenek mau ke kamar mandi." ucapnya sambil menurunkan Aisha di kursi depan. Bukannya ke kamar mandi, Arum malah ke kamar untuk merebahkan tubuhnya. Ia meninggalkan cucunya sendirian di depan.Tak lama kemudian, terdengar suara motor matic dari dalam rumah. Dengan tangkas Aisha langsung berjalan menghampiri suara motor tersebut. Ya, Aisha adalah anak yang pintar, ia tau bahwa suara motor itu adalah ibunya.Aisha menyambutnya dengan berdiri tepat di depan pintu, dengan wajah cerianya."Maa Syaa Allah... Anak Ibun, nungguin disini? Kamu pinter banget sayang." Rasa lelah Amel karena bekerja, seketika hilang karena melihat senyum putrinya."Mama mana? Kok gak sama Aisha." Amel terheran, ia menatap di sekeli

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 5

    "Ke kafe yang lagi viral itu loh, Mas!" Tukas Mega dengan girang."Dimana? Aku gak tau soalnya." Jawab Aryo."Nih, Mas Daniel pasti tau. Sayang, kafe yang lagi viral itu loh tau kan? Yang lagi rame jadi perbincangan di medsos," ucap Mega antusias sambil menepuk pundak Daniel."Oh, iya ya, tau. Nanti lah, besok aja biar Daniel tunjukin jalannya."Mereka melanjutkan makan malam nya kembali, hening. Tak ada suara kecuali peraduan antara sendok, garpu, dan piring."Mah, Amel ikut ya? Sudah lama juga Amel gak keluar jalan-jalan. Cuma sibuk bekerja aja setiap hari." Sahut Amel."Gak, siapa yang nyuruh kamu ikut? Udah dirumah saja, beberes rumah dan jaga rumah saat kami pergi nanti," ucap Arum dengan wajah sewot."Loh, kenapa Amel gak boleh ikut, Ma? Terus gimana sama Aisha, siapa yang jagain dia kalau Amel gak ikut?" "Siapa bilang Aisha ikut? Gak ada yang bilang perasaan. Dengerin, kamu dan Aisha itu gak usah ikut. Kalian gak pantas duduk bareng sama Mama dan yang lainnya. Lagian, mobil ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 6

    Sebentar lagi Amel dan Aisha akan tiba di rumah sakit. Sebelum sampai, ia ingin menyimpang dulu ke ATM, mengambil sejumlah uang untuk pengobatan Aisha. Kebetulan, jarak ATM dan rumah sakit tak begitu jauh. Bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki saja. Setelah selesai mengambil uang, ia segera membawa Aisha untuk visum.Amel mulai masuk ke rumah sakit dan menunggu beberapa jam untuk menunggu hasil visum.Alhamdulilah, akhirnya semua berjalan lancar. "Aku akan menyimpan bukti ini. Jika suatu saat Mama dan yang lainnya macam-macam lagi, aku takkan segan melaporkannya ke polisi agar mereka jera.""Aisha mau apa? Masih sakit gak kepalanya?" Tanya Amel sambil mengelus-elus kepala putrinya."Dikit, yang ini Ibun sakit," ucapnya sambil menunjuk kepala bagian belakang.Untung saja, dari hasil pemeriksaan visum. Luka di kepala Aisha tidak terlalu parah. Hanya luka di bagian luar dan sedikit sobek pada kulit kepalanya."Ya sudah, Aisha kuat ya sayang. Yuk Ibun belikan makanan dan mainan ya. At

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 7

    Amel ikut tercengang, ia merasa tak percaya dengan ucapan Sintya. "Kamu yang bener, Sin? Itu benar Mas Aryo atau bukan? Coba kamu liatin yang bener dong.""Iya, Mel. Itu benar suami kamu, aku gak mungkin salah lihat."Dengan sigap Amel langsung menyuruh Sintya untuk merekam kejadian itu, agar bisa digunakan untuk bukti. "Sin, tolong rekam dan foto mereka. Jangan sampai lolos. Aku harus punya bukti, jika tidak mereka pasti akan menganggap aku memfitnah mereka." "Oke, rapih Mel. Semua sudah aku foto tadi.""Terimakasih ya Sin. Cuma kamu yang bisa membantuku saat ini. Aku istirahat dulu ya. Besok aja aku lihat fotonya."Amel mematikan telepon, ia lebih memilih untuk beristirahat, karena besok sudah mulai masuk kerja lagi.***Keesokan harinya Pagi ini, Amel bangun lebih awal untuk menunggu orang yang sudah di sewa menjadi baby sitternya."Kamu ngapain jam segini sudah bangun? Oh... Mama tau, seperti biasa kamu mau membuatkan sarapan dan membersihkan rumah kan?" ucapnya dengan senyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 8

    "Amel itu menantu disini, dan namanya menantu, mertua itu harus menyayangi bak anak kandungnya sendiri. Apa Mama pernah begitu ke Amel? Menganggap Amel ini anak Mama? Kalau Mama emang merasa sedemikian, kenapa disini Amel terus-menerus di hina, di perlakukan seperti pembantu, di kucilkan, bahkan sewaktu makan saja mau ngambil lauk daging Amel tak di perbolehkan. Padahal jelas yang membeli semua kebutuhan di rumah itu Amel, buat menafkahi orang di rumah ini. Gimana, Mah?"Kesabaran Amel sudah tak bisa di toleransi kembali, ia mencerca Arum dengan berbagai macam pertanyaan. Wanita paruh baya itu berdiri di ambang pintu dengan raut wajah kesalnya, begitu juga Mega, ia tak menyangka Amel bisa mengatakan semua ini.Arum memicingkan matanya, "Kamu ini, sudah mulai berani berbicara seperti itu ke Mama? Gak tau diri kamu tinggal di rumah ini.""Mah, coba tanyakan pada diri Mama sendiri. Yang gak tau diri disini itu Amel, atau siapa? Amel gak mau nyebutin, cobalah Mama berfikir sendiri. Terus,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 9

    "Iya, Ayah juga laper loh, Ma. Apa Mama gak bisa buat masakin sarapan untuk kita?" Tanya Hakim."Kalian ini, lagi ribut kaya gini bisa-bisanya masih mikirin makan. Urusan isi perut itu gampang, kalian bisa beli di luar. Banyak orang jualan makanan pagi-pagi gini. Mama gak mau capek-capek ngurusin rumah. Apalagi harus keluar untuk membeli bahan-bahannya dulu, karena stok bahan sudah habis. Untuk kamu Mega, bisa beli bubur ayam di luar untuk sarapan Tifa, kasihan dia udah rewel minta makan." Arum menggerutu. Ia memang tak pernah mau membersihkan rumah, maunya terima beres karena ia orang pemalas, begitu pun dengan Mega."Oke deh, Ma..." Jawab Mega dengan lesu."Heran Mama, gak habis fikir dengan Amel. Bisa-bisanya kaya gitu sekarang, baru pertama Mama ngeliat dia berani melawan seperti ini. Seperti tak punya harga diri Mama dibuatnya," ucap Arum kesal seraya menyilangkan kedua tangannya.Jelas, semua manusia punya batas kesabaran. Sudah tiga tahun lebih Amel mengabdi, menyerahkan tenaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 10

    "Mel? Tumben mukanya di tekuk gitu, apa ada masalah lagi sama Mama mertua kamu?" Tanya Sintya, ia berjalan menghampiri dan duduk di sebelah Amel."Aku sedih, Sin. Kenapa Mama gak sayang sama Aisha? Dia kan cucunya. Kalau aku yang disakiti masih mending. Ini Aisha, anak kecil gak tau apa-apa." Mata wanita itu mulai berkaca-kaca."Maksud kamu apa? Emangnya Aisha kenapa Mel? Apa mereka melukainya?" Timbul beberapa pertanyaan dalam benak sahabatnya itu."Lusa kemarin, pas aku lagi masak, aku tuh naruh Aisha di ruang tengah. Dia lagi main sama sepupunya, Tifa. Pas aku udah selesai motongin sayuran tiba-tiba denger dia nangis, teriak kaya kesakitan gitu Sin... Nangisnya itu tak kunjung berhenti. Karena khawatir aku coba liat kan. Pas aku tanya Aisha gak mau jawab, ternyata pas nyoba cek di sekujur tubuhnya, ada luka di bagian kepala belakang sama lututnya." Amel menangis sesenggukan, ia sedih karena mengingat kejadian saat itu. Kenapa keluarga suaminya tak peduli padanya juga anaknya."Ya A

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22

Bab terbaru

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 41

    "Lo denger gak apa kata bos gue? Apa mau gue sumpelin langsung ke mul ut lo?" Tanya salah satu napi yang lainnya."I-iya, Bang. Saya denger.""Gitu dong!" ujarnya sambil melemparkan bungkus yang berisi nasi bekas."Apes banget hidup disini, gak ada perasaan, udah mirip sama bina tang. Aku harus segera menghubungi Mama, agar mempercepat untuk bertemu dengan Amel dan segera membebaskan aku," batinnya sambil terus memandangi nasi bekas, Aryo merasa risih jika harus memakan nasi itu.Namun tak ada pilihan lagi selain menghabiskan nasi bekas itu, karena para napi yang lainnya juga memperhatikan gerak-gerik Aryo. Dengan terpaksa, lelaki itu memakannya, walau dalam hati sebenarnya ingin muntah.___Arum kini sudah tiba di klinik bersama Risma, ia langsung dilarikan ke UGD karena pendara-ha nya semakin hebat.Tubuhnya lemas terkulai hingga nyaris membuat Risma tak sadarkan diri. Dokter segera mengecek kondisinya, karena gumpalan da rah mulai keluar dari area sensi tifnya.Sementara dengan Aru

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 40

    "Terus, langkah apa yang akan Mama ambil untuk sekarang? Apa Mama akan tetap mewakili Mas Aryo untuk mempersulit proses perceraian. Atau Mama memilih mengalah dan pasrah jika Mas Aryo dan Mbak Amel benar-benar sah bercerai?" Tanya Mega. Ia turut merasakan tegang bercampur resah, nyalinya untuk menghadapi Amel sudah tak se bar-bar dulu.Ia khawatir jika nantinya malah ikut terseret, karena dulu Mega pernah melakukan kekerasan terhadap Aisha hingga terluka. Bahkan, sampai sekarang Amel pun masih menyimpan bukti visum atas itu.Mega tak menyangka, Amel akan melakukan hal senekad ini. Ia benar-benar menjebloskan lelaki yang dulu pernah membuatnya mabuk kepayang tanpa rasa belas kasihan."Mbak Amel ke Mas Aryo aja bisa setega itu, padahal Mas Aryo adalah lelaki yang dulu pernah sangat ia cintai. Apalagi ke aku? Bisa habis aku dibuatnya," batinnya dengan dada yang berkembang kempis. Wajah wanita itu seketika nampak pias. Ia tak mau jika bernasib sama seperti Aryo."Yah, mau gak mau Mama har

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 39

    "Semudah inikah Mama bisa mengucapkan kata maaf? Apa Mama gak ingat, bagaimana perlakuan Mama ke Amel waktu dulu? Dan bayangkan, berapa lama Amel menahan sabar atas sikap Mama yang zolim?""Mama menyesal Mel, gak ada yang bisa membantu Mama saat ini kecuali kamu. Karena kamu lah yang berkuasa untuk mencabut tuntutan itu," ujar Arum berusaha untuk terus memohon. Karena satu-satunya orang yang bisa membebaskan Aryo dari penjara adalah Amel.Sebenarnya, Aryo bisa keluar penjara dengan cepat, asal ia membayar denda sesuai dengan jumlah yang di tentukan. Namun, jangankan membayar denda, untuk kebutuhan sehari-hari saja sekarang keadaan keluarga mereka sangatlah sulit. Berbeda dengan yang dulu, uang mereka selalu utuh karena banyak bergantung dengan Amel."Iya, Mama menyesal karena baru tau kan kalau ternyata Amel gak seburuk dan semiskin yang Mama kira? Andai dari awal Mama mengetahui semua harta yang Amel punya, pasti Mama tak akan bersikap seperti itu, yang ada Mama bakal menjunjung ting

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 38

    "Aku harus segera membawa suamiku ke klinik, agar ia cepat sembuh dan bisa bekerja lagi. Benar-benar kacau, jika sampai tak ada yang menafkahi keluarga ini. Secara, mau makan pakai apa? Sedangkan Aryo juga belum bebas, Daniel pun tak selalu bisa di andalkan. Aku memang mempunyai uang tabungan. Tapi sayang sekali jika harus merogoh tabungan hanya untuk makan sehari-hari. Apa gunanya aku mempunyai anak dan suami jika harus memakai uang tabungan?" ujar Arum sembari melirik ke arah jalan dari kaca mobil yang tertutup. Sekarang, ia dan Hakim sedang dalam perjalanan menuju klinik. "Ma, rasanya gak kuat. Kepala Ayah kaya di putar-putar, rasanya juga mual." Hakim terus memegangi kepala, sambil menahan mual yang kini terasa mengkocok isi perutnya."Ayah, ini juga kita lagi di jalan, bentar lagi juga sampe. Biar enak nanti sampe sana gak usah ngantri lama, karena hari sudah mulai siang."Mobil yang di tumpangi Arum dan Hakim kini sudah berhenti di parkiran sebelah kanan klinik, mereka segera m

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 37

    Arum langsung memutuskan teleponnya dengan Mega, ia dibuat kaget dengan kehadiran Lia yang berbisik tepat di telinganya. "Bu Arum, apa anda mendengar ucapan saya?" "Iya, saya dengar.""Baik, semuanya sudah jelas. Anda bisa pergi dari sini secepatnya,""Bu, lantas bagaimana dengan Aryo? Kapan ia bisa bebas? Tolong, kasihanilah anak saya." Pinta Arum sedikit memelas."Maaf, yang lebih berhak untuk memutuskan anak Ibu bisa keluar dari tahanan bukan saya, tapi Amel. Dia lah yang mempunyai hak, kapan bisa mencabut tuntutan itu. Karena, yang bersangkutan disini sebagai korban ialah putri saya." "Tapi, apakah Ibu gak bisa untuk membujuk Amel? Di penjara sana tempat orang-orang krim!nal Bu, saya takut Aryo kenapa-napa.""Tadi sudah saya jelaskan ya Bu Arum, yang bisa mengeluarkan Aryo dari sana bukan saya, tapi Amel.""Sekarang Amel ada dimana, Bu? Tolong sebelum saya pergi. Saya ingin tau keberadaan Amel.""Anak saya lagi kerja Bu, gak bisa diganggu di jam-jam sekarang.""Baik, kalau begi

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 36

    "Saya ingin Aryo di bebaskan, tolong. Ibu gak bisa jika selalu semena-mena terhadap kami.""Semena-mena anda bilang? Apakah menurut kalian, bahwa perilaku kami terhadap kalian ini tak pantas?" Lia berjalan mendekati Arum, tepat di sebelah kolam ikan yang menghiasi halaman rumahnya."Iya, memang anda tak pantas jika berperilaku seperti itu pada anak saya Bu. Apalagi Aryo itu ayahnya Aisha. Jika anak Bu Lia memang mau menggugat anak saya tolong kalian bersikap yang adil.""Adil apa yang anda maksud? Apakah selama ini anda berlaku adil kepada putri saya saat pertama kali ia sah menjadi menantu anda? Apakah anda memperlakukan Amel dengan baik dengan mengingat bagaimana cara Ibu mertuaharus bersikap kepada menantunya?" Lia mencerca Arum, ia mulai geram.Karena Lia paham dengan karakter besannya itu. Pasti Arum takkan terima jika putra sulungnya mendekam dalam tahanan. Arum sesaat hening tak bergeming di hadapan Lia."Bagaimana pun Aryo, ia tetap Ayah biologis dari Aisha Bu. Ibu gak boleh

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 35

    Di samping itu, kini Aryo sedang dimintai keterangan oleh penyidik. Ia dilaporkan atas dasar kasus perzinahan. Bahkan Amel juga malaporkan kasus saat Mega mendorong Aisha hingga terluka.Namun petugas kepolisian sengaja tak membicarakannya terlebih dulu, karena dilarang oleh Zain dan Lia.Andai saja, ia dan keluarganya tak terus-terusan mengganggu Amel, pasti kejadiaannya tak akan fatal seperti ini."Apa benar kamu melakukan zina ketika masih berstatus kan suami dari saudari Amel?" Tanya polisi."Gak Pak. Semua ini salah paham, tolong bebaskan saya. Saya gak tau menahu soal ini. Mungkin Amel hanya bergurau saja Pak, gak mungkin dia tega melaporkan saya, karena saat ini saya masih sah berstatus kan sebagai suami Amel.""Saya hanya menjalankan tugas, dan saya gak bisa jika harus membebaskan anda, terkecuali Bu Amel datang kemari dan menyabut tuntutannya." Tegas polisi.Aryo terdiam, hanya bisa mendengkus kesal dan meratapi nasib. Ia tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini."Samp

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 34

    Pagi harinya"Permisi, apa benar ini kediaman dari Pak Aryo bin Hakim Wahyudi?" Tanya dua orang lelaki yang menggunakan seragam serba hitam."Benar Pak, itu anak saya. Maaf, Bapak siapa dan ada perlu apa kemari?" Tanya Arum, dari hatinya ia menduga bahwa kedua lelaki yang sedang dihadapinya itu berprofesi sebagai polisi."Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudari Aryo Wahyudi. Mohon maaf Bu.""Loh, ada apa Pak? Apa salah anak saya hingga mau ditangkap seperti ini?"Belum juga menjawab, salah satu polisi memberi kode untuk memperintah kan temannya masuk ke dalam."Siap Ndan!"Salah satu polisi itu langsung masuk ke dalam rumah dan menggeledah untuk mencari Aryo."Maaf, apa Bapak bernama Aryo?" Tanya polisi ketika sedang melihat Aryo bersantai dengan Risma."Iya, maaf Bapak siapa? Kok berani masuk ke rumah saya seperti ini?"Tanpa berkata lagi, kedua polisi itu langsung memborgol tangan Aryo. Lelaki itu mencoba memberontak karena tak terima. "Heh, apa-apaan ini? Apa salah saya

  • Membalas Kezoliman Mertua Toxic    Bab 33

    Semua orang sudah berkumpul di ruang sidang, Amel tinggal menunggu panggilan sekarang.Setelah menunggu kurang dari lima belas menit akhirnya nama Amel dipanggil oleh Pak Hakim (Ketua Pengadilan)."Selamat pagi, saudari penggugat. Apakah anda hari ini sehat dan siap untuk melaksanakan sidang pertama?" Sapa Pak Hakim."Pagi Pak. Saya sehat, dan siap untuk menjalankan sidang hari ini." Jawab Amel dengan tegas."Apakah anda tetap yakin untuk bercerai? Walaupun sudah ada anak di antara kalian? Sudahkah anda mempertimbangkan nya kembali?" "Saya sudah mempertimbangkan berkali-kali, Pak Hakim. Dan keputusan saya mutlak untuk bercerai dengan suami saya.""Bagaiman dengan Aryo, saudari tergugat?" Tanya Pak Hakim pada Aryo."Maaf yang mulia, saya tidak mau bercerai dari Amel. Saya ingin ia mempertimbangkan kembali atas keputusan ini. Karena bagaimana pun anak kami masih membutuhkan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. Istri saya memang keras kepala Pak. Padahal sudah berkali-kali

DMCA.com Protection Status