Share

Gadis Manis

Penulis: Linn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-05 22:06:35

“Bisakah kau bekerja dengan baik?” tanya seorang wanita yang terlihat berumur cukup tua, pada seorang gadis yang merupakan karyawannya di toko kue miliknya itu.

“Maaf, aku tidak hati-hati.” Gadis itu menundukkan kepalanya, pasrah akan kemarahan bosnya. 

Beberapa jam yang lalu, ketika hendak mengantarkan pesanan pelanggannya, ia tak begitu memperhatikan jalan, hingga motor yang ia kendarai hampir menabrak mobil di depannya. Untung saja ia bisa menghindar, tetapi tetap saja dirinya harus oleng dan akhirnya terjatuh.

Kue milik pelanggan pun menjadi korban atas kecerobohannya. Akhirnya, ia harus kembali ke toko dan mengganti kue itu menggunakan uang miliknya. Namun, pelanggan sudah enggan menerima pesanan karena keterlambatannya.

Aldara—wanita pemilik toko kue— menghela napasnya perlahan. Walau bagaimana pun, gadis itu sudah lama bekerja di tempatnya dan selalu tekun melakukan pekerjaan. Ya, meskipun gadis itu sering ceroboh, tetapi Aldara sendiri sudah menganggapnya sebagai anak.

“Lain kali hati-hatilah. Untung motormu itu tidak rusak. Jika rusak, kau tak akan bisa mengantar pesanan lagi.”

Gadis bernama Melodyna Azzura itu mengangguk senang. Syukurlah untuk ke sekian kalinya ia masih dimaafkan oleh Aldara.

“Antarkan pesanan ini ke Perusahaan Big Zine!” perintah Aldara. Melody dengan antusias mengambil pesanan pelanggan tersebut dari tangan Aldara. 

“Baiklah.”

“Ingat, jangan sampai kau ceroboh lagi. Atau aku akan menjualmu sebagai ganti rugi,” ancam Aldara yang tentu saja hanya candaan.

“Ya, baiklah-baiklah. Tenang saja, aku akan mengantarkan kue ini dengan selamat.” Melody segera beranjak pergi begitu saja. Hubungan antar keduanya sudah cukup dekat, mengingat Melody yang bekerja di toko itu selama dua tahun lebih.

Melody menjalankan motornya, melewati jalan yang ramai untuk sampai ke tempat kue itu akan dikirim. 

Tak membutuhkan waktu lama, sekarang gadis itu sudah berada tepat di perusahaan Big Zine. Dahulu, ia sangat ingin bekerja di perusahaan seperti ini, tetapi sangat disayangkan ia hanya gadis lulusan SMA dan tak mempunyai kemampuan apa pun untuk sebuah perusahaan. Justru ia adalah gadis ceroboh yang sering melakukan kesalahan. Mana mungkin ada perusahaan sebesar ini yang mau menerima dirinya.

Melody hendak masuk ke dalam, tetapi ditahan oleh seorang satpam yang ada di sana.

“Maaf, ada keperluan apa?” tanya sang satpam.

“Oh, aku ingin mengantar pesanan ini untuk ....” Melody membaca nama pemesan di kotak kue tersebut. “Ah, Eric.”

“Eric ... maksud Anda Tuan Eric? Maaf, tapi Tuan Eric tidak lagi bekerja di perusahaan ini.”

“Apa Eric sudah dipecat baru-baru ini? Lalu dia meninggalkan pesanannya, begitu?” tanya Melody dengan nada sedihnya, seolah ikut prihatin atas hilangnya pekerjaan Eric.

“B-bukan, bukan seperti itu. Tuan Eric hanya ....”

“Itu milikku.” Leo datang dan langsung mengambil kotak kue itu dari tangan Melody, tanpa melihat siapa yang sekarang berada di hadapannya.

“Kau Eric?” tanya Melody.

Leo tak menjawab, ia sibuk memperhatikan kue itu, memastikan tak ada cacat sedikit pun.

“Sepertinya kau bukan Eric ....”

Leo yang sedari tadi sibuk dengan kuenya pun mengalihkan pandangannya pada Melody, gadis yang sedari tadi sangat berisik.

Untuk beberapa saat Leo terdiam. Memperhatikan setiap detail wajah dan penampilan gadis di depannya. Wajah berparas cantik dan polos dipadukan dengan rambut pendek dan poninya, membuat gadis itu terlihat begitu manis di mata Leo.

Tubuh mungil nan indah milik Melody juga mampu membuatnya terpana. Jujur saja, baru kali ini Leo bisa merasakan rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pesona gadis di depannya itu sungguh kuat. Bagaimana bisa ia membuat seorang Leo Kin jatuh cinta secepat ini.

“Tunjukkan KTP-mu,” pinta Melody yang membuat Leo sadar dari lamunannya.

“Aku bukan Eric.”

“Kalau begitu ini bukan milikmu.” Melody menarik kue itu dari tangan Leo.

Leo tersenyum tipis, tatapannya tak lepas dari mata Melody. Sepertinya gadis itu berbeda, ia sama sekali tak menunjukkan ketertarikan pada wajah tampan milik Leo.

“Kalau begitu aku akan memberikannya pada Eric,” ucap Leo.

“Tidak perlu. Bisa saja kau malah mencuri kue ini. Jadi biarkan aku saja yang mengantarnya.”

“Lebih baik Anda berikan saja kue itu,” tutur satpam tadi pada Melody. Ia tahu betul bahwa kue itu memang milik Leo. Sedari dulu Leo selalu memesan apa pun menggunakan nama Eric, entah apa yang ada di pikiran pemimpinnya itu.

“Kau dengar? Sudah kubilang, itu milikku.”

“Ck, baiklah.” Melody memberikan kue itu pada Leo. Namun, pria itu tak kunjung mengambilnya, ia justru malah terus menatap Melody. Jika Leo mengambil kue itu sekarang, maka gadis manis di depannya akan langsung pergi, dan ia tak bisa mendapat informasi apa pun tentangnya.

“Ikut denganku.” Leo masuk ke dalam, diikuti oleh Melody. Melody berpikir mungkin saja pria itu ingin mengajaknya bertemu Eric, si pemesan kue.

Kedua insan itu sampai di ruangan Leo. Melody sekarang tidak mengerti mengapa ia harus di bawa ke ruangan itu, di sana bahkan tak ada siapa-siapa.

“Di mana Eric?” tanya Melody.

“Berhenti mengucapkan namanya. Aku bosan mendengar itu dari mulutmu.” Leo duduk di kursi kebanggaannya.

“Duduklah!” perintah Leo.

Melody menolak, ia tak bisa berlama-lama di sini. Ia harus mengambil pesanan lain di toko dan mengantarnya pada pelanggan.

“Berikan saja pesanan ini pada Eric. Aku sibuk.” Melody hendak melangkah keluar. Namun, Leo dengan cepat menahan lengan milik gadis itu. 

Sebelumnya Leo tak pernah seperti ini, ia tak pernah membiarkan dirinya mengejar seorang gadis. Justru para gadislah yang mengejarnya. Akan tetapi, entah mengapa pesona Melody yang manis mampu membuatnya jatuh.

“Katakan siapa namamu.”

Melody melepaskan genggaman tangan Leo pada lengannya.

“Untuk apa. Apa yang akan aku dapatkan jika memberitahumu?” 

“Apa yang kau inginkan, hm?”

“Aku ingin pulang.”

Melody pergi meninggalkan Leo di ruangannya begitu saja. 

Tertarik pada pria atau jatuh cinta adalah hal yang belum pernah Melody rasakan. Selama ini ia hanya sibuk bekerja untuk ibunya yang harus terus meminum obat, dan kadang pergi ke rumah sakit untuk memeriksa. Melody tak punya waktu untuk jatuh cinta. Itu hanya akan membuat hidupnya semakin rumit.

Pria bersurai hitam itu tersenyum tipis.

“Menarik,” tutur Leo. 

Leo kembali duduk di kursinya, dengan senyuman yang belum juga luntur. Sebelumnya Leo memang sudah beberapa kali menjalin hubungan.

Bahkan, bisa dikatakan jika ia sudah pro dalam bermain soal cinta. Namun, selama ini gadis-gadislah yang selalu mengungkapkan perasaan mereka lebih dulu. Kali ini sepertinya berbeda, Leo lah yang akan berjuang.

Pria itu meraih ponselnya, menghubungi salah satu orang di kontaknya.

“Cari informasi mengenai gadis pengantar kue dari toko Aldara Cake,” perintah Leo ketika seseorang di seberang sana mengangkat panggilan Leo.

Bab terkait

  • Melody Mr. Mafia   Karena Aku Mafia

    “Tanda tangan kontrak ini!” perintah Leo kepada seorang pria ber-jas hitam yang terikat di kursi kayu.Seperti biasa, Leo membawa korbannya ke tempat terpencil untuk melancarkan aksinya. Sebenarnya Leo tidak berbahaya, tidak akan melukai, dan tidak akan membunuh, jika saja orang yang ia bawa menuruti semua perkataannya dengan baik. Karena hal itu tentu saja dapat memudahkan pekerjaan Leo.“Apa ini? Kontrak apa? Mencoba mengancamku?” teriak pria ber-jas hitam yang bernama Derald. Ia adalah pemilik sebuah perusahaan yang cukup besar. Kali ini, Leo bertugas membuat derald menandatangani sebuah kontrak berisi persetujuan kerja sama antar perusahaan.Ada sebuah perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan Derald untuk meningkatkan keuntungan. Namun, perusahaan tersebut selalu ditolak oleh Derald karena tak akan menguntungkan perusahaan miliknya.Leo memegang kertas kontrak itu tepat di depan wajah Derald, agar pria itu bisa memb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Melody Mr. Mafia   Kau takut, hm?

    Aldara memperhatikan Melody yang tengah duduk di dapur tokonya dengan wajah kesal. Sejak pulang mengantar kue pagi tadi, Melody langsung menuju dapur dan duduk dalam keadaan seperti itu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.Padahal, biasanya gadis itu selalu berisik dan menceritakan semua hal pada Aldara.“Apa ada pelanggan yang membuatmu kesal?” tanya Aldara. Melody melirih Aldara dengan mata kesalnya yang justru terlihat lucu.“Iya! Aku tidak akan mau mengantar kue atas nama Eric lagi, Bulda!” rengeknya. Melody memang kerap kali memanggil Aldara dengan sebutan Bulda, singkatan dari Bu Aldara. Jika memanggil dengan sebutan Bu Aldara, Melody merasa itu terlalu formal. Melody ingin lebih santai dengan bosnya itu.“Kenapa? Kalau bukan kau siapa lagi.”Melody mendengus kesal. Benar juga, hanya dirinyalah yang bertugas mengantar makanan. Dahulu, Melody sempat menjadi bagian kasir, tetapi ia selalu salah dalam menghitun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Melody Mr. Mafia   Jangan Menjauh

    Melody mencuci jas milik Leo dengan penuh kehati-hatian. Ya, walaupun mulutnya terus mengomel, ia merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh dan membuatnya harus berurusan dengan jas mahal itu. Biasanya, Melody mencuci semua pakaiannya di mesin cuci, karena ia yang selalu pulang kerja menjelang malam. Hal itu membuat tubuhnya kelelahan, tak mampu untuk mencuci semua tumpukkan baju. Sedangkan ibunya dilarang keras oleh Melody untuk mengerjakan pekerjaan rumah, kecuali memasak. Namun, kali ini ia sengaja mencuci dengan tangannya sendiri. Melody tak ingin jas itu rusak karena ulah mesin cuci, ia tak sanggup mengganti jas semahal itu. Untungnya jas milik Leo itu berwarna hitam, membuat noda dari minuman yang ditumpahkan oleh Melody tidak begitu terlihat. “Tidak biasanya kau mencuci dengan tanganmu," tutur Emeli—ibu Melody. Melody terkejut dengan kedatangan Emeli ke dapur. Padahal ia sudah menyuruh sang ibu untuk beristirahat di kamarnya. Belakangan ini, p

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Melody Mr. Mafia   Nona Ley

    Tanpa memakan waktu lama, Melody dan seorang pria yang bersamanya tiba di toko Aldara Cake. Keduanya turun dari motor matic berwarna hitam dengan dominan putih, milik Melody. "Maaf sudah berprasangka buruk padamu," tutur Melody yang merasa tak enak. Ternyata pria itu memang hanya ingin menumpang dengannya karena tahu Melody adalah bagian dari Aldara Cake. Pria itu lagi-lagi tersenyum ramah, ia tak mempermasalahkan hal itu. "Tidak masalah. Terima kasih sudah mengantarku. Ayo, masuk!" ajaknya. "Ah, tunggu, boleh aku tahu namamu?" tanya Melody. Entahlah, Melody hanya ingin mengetahui nama pria itu. "Aku Kai Alviano. Kau bisa memanggilku Kai atau Vian." "Baiklah, Kai," ucap Melody dengan senyuman manisnya. "Namamu?" "Melody," jawabnya. "Benarkah? Apa kau terlahir dengan diiringi oleh

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Melody Mr. Mafia   Terima Kasih, Nona Ley.

    "Sialan!" umpat Leo. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas, jam di layar ponsel itu menunjukkan pukul 9 pagi. Sayangnya semalam Ley sudah menyentuh titik kelemahan Leo. "Akan kubunuh wanita gila itu," ucap Leo dalam batinnya. Sungguh, Leo tak terima jika dirinya kalah dengan nafsunya sendiri karena wanita itu.Leo bangkit dari kasur dan memakai semua pakaiannya yang berada di lantai. Sementara di kasur besar itu, Ley masih tertidur dengan nyenyak setelah melewati malam yang panjang.Leo meraih air putih yang tersedia di nakas, ia melarutkan 150mg sianida ke dalam air dan menunggu Ley bangun dari tidurnya. Benda berbahaya itu memang sudah tersimpan rapih di jasnya.Semalam, Leo sudah mendapatkan semua informasi yang ia inginkan dari Ley. Bukan hanya itu, ternyata Ley menyimpan salinan dokumen penting Perusahaan Eigh di apartemennya. Katanya, sejak bercerai, mantan suami Ley belum mengambil salinan dokumen-dokumen itu. Leo bisa de

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Melody Mr. Mafia   Dia Menyukaimu

    "Apa temanmu pergi berlibur lagi?"Pertanyaan Melody hanya dijawab anggukan oleh Kai."A-ah, baiklah, biar aku siapkan." Melody melangkahkan kakinya pergi, tetapi ia tiba-tiba menghentikan langkahnya dan kembali menghampiri Kai ketika mengingat tujuan utamanya menghampiri pria itu."Tunggu, kau berhutang budi padaku," ucap Melody. Kai menautkan dua alisnya, ia tak mengerti maksud gadis di depannya itu."Benarkah?" Melody mengangguk lucu."Aku sudah memberimu tumpangan. Kau ingat?""Ah ... benar."Melody maju satu langkah mendekati Kai dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh pria itu. Kai belum menangkap maksud dari pembicaraan Melody."Bolehkah hari ini kau mengantarku ke alamat ini?" Melody memberikan secarik kertas berisikan alamat pada Kai.Kai membaca alamat tersebut. "Bukankah ini Perusahaan Big Zine?"Lagi, Melody mengangguk lucu dengan wajah yang penuh h

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Melody Mr. Mafia   Masa Kecil

    Di tengah malam yang gelap, Leo terbangun dari tidurnya. Anak kecil berumur enam tahun yang belum mengetahui banyak hal itu mendengar keributan dari luar kamarnya.Rasa penasaran yang begitu besar membuat ia melangkah keluar. Leo berjalan perlahan dan mengintip keributan yang terjadi di kamar orang tuanya. Matanya menangkap seseorang yang tengah membidik kepala ayahnya dengan sebuah pistol, juga ibunya yang sedang memohon kepada seorang pria bertopeng itu untuk tak menyakiti ayahnya.“Ibu, Ayah ....” Leo melangkah masuk, ia belum mengerti apa yang tengah terjadi di antara mereka. Umurnya masih terlalu kecil untuk memahami situasi. Namun, ia tahu persis jika ayah dan ibunya sedang dalam bahaya.Amora—ibu Leo—segera menghampiri anaknya. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putra semata wayangnya.“Amora, bawa Leo pergi!” Arion—ayah Leo—berteriak pada istrinya itu untuk membawa Leo pergi dari sana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Melody Mr. Mafia   Balas Dendam

    Pria dengan topeng serigala putih tengah memainkan pisau di tangannya, sembari menatap intens sang mangsa.Pria bertopeng itu adalah Leo. Dalam dunia Mafia, Leo dikenal dengan nama Mr. X, karena ia kerap kali menandai korbannya dengan irisan pisau berbentuk huruf ‘X’. Bukan hanya itu, Leo juga dikenal dengan topeng serigala putih yang selalu digunakannya saat beraksi. Meskipun begitu, hingga sekarang tak ada yang mengetahui siapa dia sebenarnya, kecuali dua orang yang saat ini ia percayai.“Jangan takut, sakitmu hanya sementara,” bisik Leo pada pria tua yang terikat di depannya. Leo berjongkok di depan pria itu dengan tatapan penuh dendam.“Siapa kau? Apa alasanmu melakukan ini padaku?!” Pria tua itu berteriak, tak terima jika dirinya harus mati di tangan pembunuh.Leo menyeringai dalam topengnya. “Pria tua menyebalkan. Beraninya kau berteriak padaku.”“Apa maumu? Aku tidak melakukan apa p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05

Bab terbaru

  • Melody Mr. Mafia   Dia Menyukaimu

    "Apa temanmu pergi berlibur lagi?"Pertanyaan Melody hanya dijawab anggukan oleh Kai."A-ah, baiklah, biar aku siapkan." Melody melangkahkan kakinya pergi, tetapi ia tiba-tiba menghentikan langkahnya dan kembali menghampiri Kai ketika mengingat tujuan utamanya menghampiri pria itu."Tunggu, kau berhutang budi padaku," ucap Melody. Kai menautkan dua alisnya, ia tak mengerti maksud gadis di depannya itu."Benarkah?" Melody mengangguk lucu."Aku sudah memberimu tumpangan. Kau ingat?""Ah ... benar."Melody maju satu langkah mendekati Kai dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh pria itu. Kai belum menangkap maksud dari pembicaraan Melody."Bolehkah hari ini kau mengantarku ke alamat ini?" Melody memberikan secarik kertas berisikan alamat pada Kai.Kai membaca alamat tersebut. "Bukankah ini Perusahaan Big Zine?"Lagi, Melody mengangguk lucu dengan wajah yang penuh h

  • Melody Mr. Mafia   Terima Kasih, Nona Ley.

    "Sialan!" umpat Leo. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas, jam di layar ponsel itu menunjukkan pukul 9 pagi. Sayangnya semalam Ley sudah menyentuh titik kelemahan Leo. "Akan kubunuh wanita gila itu," ucap Leo dalam batinnya. Sungguh, Leo tak terima jika dirinya kalah dengan nafsunya sendiri karena wanita itu.Leo bangkit dari kasur dan memakai semua pakaiannya yang berada di lantai. Sementara di kasur besar itu, Ley masih tertidur dengan nyenyak setelah melewati malam yang panjang.Leo meraih air putih yang tersedia di nakas, ia melarutkan 150mg sianida ke dalam air dan menunggu Ley bangun dari tidurnya. Benda berbahaya itu memang sudah tersimpan rapih di jasnya.Semalam, Leo sudah mendapatkan semua informasi yang ia inginkan dari Ley. Bukan hanya itu, ternyata Ley menyimpan salinan dokumen penting Perusahaan Eigh di apartemennya. Katanya, sejak bercerai, mantan suami Ley belum mengambil salinan dokumen-dokumen itu. Leo bisa de

  • Melody Mr. Mafia   Nona Ley

    Tanpa memakan waktu lama, Melody dan seorang pria yang bersamanya tiba di toko Aldara Cake. Keduanya turun dari motor matic berwarna hitam dengan dominan putih, milik Melody. "Maaf sudah berprasangka buruk padamu," tutur Melody yang merasa tak enak. Ternyata pria itu memang hanya ingin menumpang dengannya karena tahu Melody adalah bagian dari Aldara Cake. Pria itu lagi-lagi tersenyum ramah, ia tak mempermasalahkan hal itu. "Tidak masalah. Terima kasih sudah mengantarku. Ayo, masuk!" ajaknya. "Ah, tunggu, boleh aku tahu namamu?" tanya Melody. Entahlah, Melody hanya ingin mengetahui nama pria itu. "Aku Kai Alviano. Kau bisa memanggilku Kai atau Vian." "Baiklah, Kai," ucap Melody dengan senyuman manisnya. "Namamu?" "Melody," jawabnya. "Benarkah? Apa kau terlahir dengan diiringi oleh

  • Melody Mr. Mafia   Jangan Menjauh

    Melody mencuci jas milik Leo dengan penuh kehati-hatian. Ya, walaupun mulutnya terus mengomel, ia merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh dan membuatnya harus berurusan dengan jas mahal itu. Biasanya, Melody mencuci semua pakaiannya di mesin cuci, karena ia yang selalu pulang kerja menjelang malam. Hal itu membuat tubuhnya kelelahan, tak mampu untuk mencuci semua tumpukkan baju. Sedangkan ibunya dilarang keras oleh Melody untuk mengerjakan pekerjaan rumah, kecuali memasak. Namun, kali ini ia sengaja mencuci dengan tangannya sendiri. Melody tak ingin jas itu rusak karena ulah mesin cuci, ia tak sanggup mengganti jas semahal itu. Untungnya jas milik Leo itu berwarna hitam, membuat noda dari minuman yang ditumpahkan oleh Melody tidak begitu terlihat. “Tidak biasanya kau mencuci dengan tanganmu," tutur Emeli—ibu Melody. Melody terkejut dengan kedatangan Emeli ke dapur. Padahal ia sudah menyuruh sang ibu untuk beristirahat di kamarnya. Belakangan ini, p

  • Melody Mr. Mafia   Kau takut, hm?

    Aldara memperhatikan Melody yang tengah duduk di dapur tokonya dengan wajah kesal. Sejak pulang mengantar kue pagi tadi, Melody langsung menuju dapur dan duduk dalam keadaan seperti itu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.Padahal, biasanya gadis itu selalu berisik dan menceritakan semua hal pada Aldara.“Apa ada pelanggan yang membuatmu kesal?” tanya Aldara. Melody melirih Aldara dengan mata kesalnya yang justru terlihat lucu.“Iya! Aku tidak akan mau mengantar kue atas nama Eric lagi, Bulda!” rengeknya. Melody memang kerap kali memanggil Aldara dengan sebutan Bulda, singkatan dari Bu Aldara. Jika memanggil dengan sebutan Bu Aldara, Melody merasa itu terlalu formal. Melody ingin lebih santai dengan bosnya itu.“Kenapa? Kalau bukan kau siapa lagi.”Melody mendengus kesal. Benar juga, hanya dirinyalah yang bertugas mengantar makanan. Dahulu, Melody sempat menjadi bagian kasir, tetapi ia selalu salah dalam menghitun

  • Melody Mr. Mafia   Karena Aku Mafia

    “Tanda tangan kontrak ini!” perintah Leo kepada seorang pria ber-jas hitam yang terikat di kursi kayu.Seperti biasa, Leo membawa korbannya ke tempat terpencil untuk melancarkan aksinya. Sebenarnya Leo tidak berbahaya, tidak akan melukai, dan tidak akan membunuh, jika saja orang yang ia bawa menuruti semua perkataannya dengan baik. Karena hal itu tentu saja dapat memudahkan pekerjaan Leo.“Apa ini? Kontrak apa? Mencoba mengancamku?” teriak pria ber-jas hitam yang bernama Derald. Ia adalah pemilik sebuah perusahaan yang cukup besar. Kali ini, Leo bertugas membuat derald menandatangani sebuah kontrak berisi persetujuan kerja sama antar perusahaan.Ada sebuah perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan Derald untuk meningkatkan keuntungan. Namun, perusahaan tersebut selalu ditolak oleh Derald karena tak akan menguntungkan perusahaan miliknya.Leo memegang kertas kontrak itu tepat di depan wajah Derald, agar pria itu bisa memb

  • Melody Mr. Mafia   Gadis Manis

    “Bisakah kau bekerja dengan baik?” tanya seorang wanita yang terlihat berumur cukup tua, pada seorang gadis yang merupakan karyawannya di toko kue miliknya itu.“Maaf, aku tidak hati-hati.” Gadis itu menundukkan kepalanya, pasrah akan kemarahan bosnya.Beberapa jam yang lalu, ketika hendak mengantarkan pesanan pelanggannya, ia tak begitu memperhatikan jalan, hingga motor yang ia kendarai hampir menabrak mobil di depannya. Untung saja ia bisa menghindar, tetapi tetap saja dirinya harus oleng dan akhirnya terjatuh.Kue milik pelanggan pun menjadi korban atas kecerobohannya. Akhirnya, ia harus kembali ke toko dan mengganti kue itu menggunakan uang miliknya. Namun, pelanggan sudah enggan menerima pesanan karena keterlambatannya.Aldara—wanita pemilik toko kue— menghela napasnya perlahan. Walau bagaimana pun, gadis itu sudah lama bekerja di tempatnya dan selalu tekun melakukan pekerjaan. Ya, meskipun gadis itu sering c

  • Melody Mr. Mafia   Balas Dendam

    Pria dengan topeng serigala putih tengah memainkan pisau di tangannya, sembari menatap intens sang mangsa.Pria bertopeng itu adalah Leo. Dalam dunia Mafia, Leo dikenal dengan nama Mr. X, karena ia kerap kali menandai korbannya dengan irisan pisau berbentuk huruf ‘X’. Bukan hanya itu, Leo juga dikenal dengan topeng serigala putih yang selalu digunakannya saat beraksi. Meskipun begitu, hingga sekarang tak ada yang mengetahui siapa dia sebenarnya, kecuali dua orang yang saat ini ia percayai.“Jangan takut, sakitmu hanya sementara,” bisik Leo pada pria tua yang terikat di depannya. Leo berjongkok di depan pria itu dengan tatapan penuh dendam.“Siapa kau? Apa alasanmu melakukan ini padaku?!” Pria tua itu berteriak, tak terima jika dirinya harus mati di tangan pembunuh.Leo menyeringai dalam topengnya. “Pria tua menyebalkan. Beraninya kau berteriak padaku.”“Apa maumu? Aku tidak melakukan apa p

  • Melody Mr. Mafia   Masa Kecil

    Di tengah malam yang gelap, Leo terbangun dari tidurnya. Anak kecil berumur enam tahun yang belum mengetahui banyak hal itu mendengar keributan dari luar kamarnya.Rasa penasaran yang begitu besar membuat ia melangkah keluar. Leo berjalan perlahan dan mengintip keributan yang terjadi di kamar orang tuanya. Matanya menangkap seseorang yang tengah membidik kepala ayahnya dengan sebuah pistol, juga ibunya yang sedang memohon kepada seorang pria bertopeng itu untuk tak menyakiti ayahnya.“Ibu, Ayah ....” Leo melangkah masuk, ia belum mengerti apa yang tengah terjadi di antara mereka. Umurnya masih terlalu kecil untuk memahami situasi. Namun, ia tahu persis jika ayah dan ibunya sedang dalam bahaya.Amora—ibu Leo—segera menghampiri anaknya. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putra semata wayangnya.“Amora, bawa Leo pergi!” Arion—ayah Leo—berteriak pada istrinya itu untuk membawa Leo pergi dari sana.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status