Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Esau, membuat lelaki itu menoleh ke samping kanan. Matanya lantas bertemu dengan milik sang kakak yang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Zoe sangat marah sampai dia menampar wajah adik yang kemudian tersadar.
“Apa kau gila? Kau tidak mengingat kedua orang tua kita?!” sentak Zoe tak terkira.
“Tapi dia berbohong, Zoe! Aku tidak melakukan apa pun padanya!”
“Aku tidak peduli kau atau dia yang berbohong. Lepaskan tanganmu sebelum aku yang lebih dulu membunuhmu, Esau!” Kembali Zoe berteriak.
Lantas, Esau melepaskan cengkraman tangannya. Gadis bernama Freya itu pun segera meluncur dan terduduk di atas lantai. Suara batuk dari napasnya yang tersendat tak bisa dihentikan begitu saja.
Esau memang sangat keterlaluan! Zoe segera bersimpuh di depan gadis itu untuk membantunya.
“Kau tidak mengapa? Kau bisa bernapas?” Sigap dia raih kepala s
“Aku... aku tidak berkata seperti itu.” Freya kelabakan. Dia segera berdiri dari atas sofa ketika mendengar Esau berkata akan menikahinya segera. Gadis itu tampak panik, tidak yakin dirinya akan menerima tantangan dari Esau. “Aku tidak siap. Ak-aku....”“Tidak siap? Bukannya tadi kau berkata aku harus bertanggung jawab dan menikahimu? Jangan membuat alasan. Siap atau tidak, kita akan menikah segera!” Esau menekankan kalimatnya.Sebagai seorang ibu yang melahirkannya, Alena juga ikut panik oleh perkataan dari putranya. Dia ikut angkat bicara untuk menenangkan anak ke dua yang tengah dirasuki kemarahan itu.“Esau, tolong dengarkan perkataan Freya. Dia tidak ingin menikah, bukankah seharusnya kau pertimbangkan perkataannya?”“Lantas, aku harus membiarkan perutnya membesar dan dia bebas mencoreng namaku? Mom, keputusanku sudah bulat. Malam ini juga, tolong siapkan pernikahan kami.”
Seperti yang Esau minta, Harry dan Alena mempersiapkan pernikahan mendadak untuk anak ke dua mereka. Esau sudah memutuskan, bahkan anak itu tidak mendengarkan saran dari Alena. Meski berat menikahkannya di usia yang masih sangat muda, tak ada yang bisa dilakukan pasangan suami istri itu selain melakukan permintaan dari putranya.“Apakah ini sudah tepat, Harry?” tanya Alena ragu.Sangat wajar Alena meragukan pernikahan Esau yang tiba-tiba. Sebagai seorang ibu, dia sangat mengenal putranya yang bahkan belum bisa mengurus diri sendiri dengan benar. Di mata Alena, Esau masih terlalu muda dan seperti bayi dua puluh tahun yang lalu.Bagaimana Esau akan menikah di usia yang baru genap dua puluh tahun? Bukan hanya tentang usia, tetapi kesiapan anak itu tentunya tidak ada. Apalagi mengingat betapa Esau marah pada gadis bernama Freya itu, membuat Alena takut jika mungkin putra mereka hanya akan membuatnya menderita.“Aku takut Esau akan menyakiti
“Arga!”Kala pintu dibuka, gadis itu dikejutkan tangan seseorang yang tiba-tiba menarik pergelangannya. Freya menjerit spontan, saat punggungnya beradu dengan tembok. Sebuah tubuh lelaki menghimpitnya dari depan, membuat sang gadis ketakutkan. Mata dingin penuh kebencian pun tidak lupa diberikan untuknya.“A-apa yang kau lakukan?!” sentak Freya, membalas tatapan itu dengan takut-takut.“Apa?” Tertawa sumbang, Esau mengulangi pertanyaannya. “Maksudmu, memangnya apa yang harus dilakukan seorang suami pada istrinya? Kau lupa kita baru saja resmi menjadi suami istri? Menurutmu, aku tidak berhak meminta hak pada istriku?” Suaranya rendah penuh penekanan, menusuk ke dalam inti hati sang gadis.‘Hak? Apakah maksudnya... hak hubungan suami pada istri?’ Pikiran Freya berputar mencari maksud dari perkataan lelaki di depannya itu. Dia tidak ingin percaya akan isi kepalanya.“Maksudmu... k
Untuk beberapa detik pria itu terdiam. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh pria yang menyebut dirinya sebagai papa, tetapi Freya justru menjawab dengan panggilan yang tidak semestinya. Freya sadar, dia sudah melukai perasaan pria yang hanya mendesah di ujung sana. Pria itu terluka pastinya, Freya tahu itu. Tapi, apakah lukanya lebih banyak daripada yang dirasakan oleh gadis ini? Tidak. Bagi Freya, pria itu adalah laki-laki egois yang hanya memikirkan nama baiknya.“Pihak kampus menghubungiku pagi tadi, katanya kau tidak masuk kelas sejak beberapa hari ini,” kata suara itu, setelah beberapa menit tak ada yang berbicara di antara ayah dan putrinya.“Aku ada urusan mendesak.”“Urusan?” Suara itu sedikit meninggi, tapi kemudian terdiam lagi. Pasti lah pria itu tengah mengatur kembali nada suaranya. “Aku tidak tahu apa urusan pentingmu, tetapi kuliah adalah yang paling utama. Freya, papa mohon, jangan tinggalkan kuali
“Turun!”Freya sedang berbaring di atas ranjang, mempermainkan ponsel di dalam tangannya. Buru-buru dia bangkit kala melihat Esau datang dari arah pintu. Dia tidak menyadari kepulangan lelaki itu, sehingga tampak jelas keterkejutan di wajahnya.Masih tetap di atas ranjang, Freya duduk dan menatap Esau yang kini tengah berjalan menuju ke arahnya. Sejenak, Freya mengulang lagi di dalam kepalanya kata yang tadi dia dengar.“Turun?” tanya Freya, memastikan dia tidak salah mendengar.“Ya, turun. Kau tidak diijinkan bahkan mendudukkan dirimu di atas ranjangku.” Pelan tapi pasti, lelaki itu mendekat dan segera menarik Freya untuk berdiri. Tak sungkan dia mendorong Freya menjauh dari ranjangnya, membuat Freya terhuyung ke depan.Perlakuan kasar lelaki itu membuat Freya hampir saja terjatuh. Jika dia tidak segera memegangi tembok di depannya, yakin lah kepala Freya akan bersentuhan indah dengan tembok. Sangat
“Kakak Ipar, bagaimana kabar bayi yang kalian janjikan?”Eldrick tiba-tiba bertanya, membuat Zoe yang sedang minum hampir saja menyemburkan kembali air yang sudah tiba di dalam mulut. Gadis itu melirik Dixon yang justru tertawa lepas atas pertanyaan yang... sungguh sangat menyebalkan.“Kak Esau sudah akan memiliki bayi, tapi kalian yang lebih dulu menikah bahkan belum memilikinya?” kata anak itu lagi, dengan pipi mencebik dia menatap Dixon. “Apakah mungkin Kakak Ipar tidak berniat memberiku keponakan?”“Eldrick!” Zoe menyela perkataan anak itu, tak tahan dia mendengar adiknya bertanya demikian.“Kenapa, Kak Zoe?”Astaga... dia bahkan tidak merasa terganggu meski melihat wajah kakaknya sudah memerah padam.“Hentikan pembicaraan tak berguna itu.”Lantas, El berdiri. Anak itu bangkit dari sofa dan langsung berdiri di depan kakak pertamanya lalu berbicara dengan
Nada yang sangat dingin, bagaikan bongkahan salju membekukan hati semua orang yang mendengar. Alena sampai tertegun mendengar putranya berkata demikian.Selama dua puluh tahun usia Esau, ini kali pertama dia mendengar anak itu berbicara sangat kejam, membuat Alena juga Harry tidak berkutik sama sekali. Bukan karena takut, tapi tepatnya hati kedua orang tua itu menjadi sedih mengingat status putranya yang sekarang sudah menikah. Esau pasti tertekan oleh pernikahan ini.“Freya, duduk di sini. Ayo, makanannya akan menjadi dingin jika kita tidak segera menyantapnya,” kata Alena kemudian, mencairkan suasana yang tiba-tiba hening.Tapi di hati Freya, dia merasa seakan kedua orang tua itu tidak mempedulikan perasaanya.Apakah sudah biasa di rumah ini melontarkan kalimat kasar tanpa perasaan? Jelas –jelas mereka mendengar perkataan Esau adalah sesutau yang tak semestinya dibiarkan. Seharusnya, orang tua menegur putra mereka yang sudah sangat ket
Alena masih setia menunggu jawaban dari Freya yang terenyuh di depannya. Dia mengamati wajah sedih gadis itu, membuat Alena merasa semakin penasaran akan kehidupan Freya yang sebenarnya, tak tahan Alena untuk tidak bertanya sekali lagi.“Apakah sangat sulit untuk menjelaskannya? Maaf jika membuatmu tidak nyaman,” ucapnya, tetapi di dalam hati Alena hanya ingin melihat respon dari Freya.“Ah, ti- tidak... aku hanya sedikit sedih,” sahut Freya tergagu.“Sedih? Apa yang terjadi sampai kau bersedih? Sekarang kau adalah menantu keluarga ini, jangan pikirkan kehidupanmu yang menyedihkan.”Mungkin bagi gadis yang hanya memiliki tingkat sekolah rendahan, kalimat Alena terdengar lembut dan menenangkan. Tapi bagi seorang Freya, dia tahu jika mertuanya hanya ingin mencari tahu tentang dirinya. Salah orang jika Alena pikir Freya lantas menjadi diam, tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Dia tersenyum manis, seakan menunjukka