Semua orang menatapnya tidak percaya. Harry yang sudah dipenuhi kemarahan pun sampai tak mengerti akan mengatakan apa, pada wanita yang berdiri di depan sana. Felisha berjalan menuruni anak tangga, sama sekali tidak memiliki rasa takut di dalam hati. Dia benar-benar memancing kemarahan Harry? Bahkan rasa khawatir melihat putranya belum lagi hilang dari pikiran Harry, kala bom rakitan kecil itu meledak di tangan Esau. Sungguh, Felisha sudah sangat berani menjemput kematiannya ke rumah ini.
“Kenapa dengan kalian? Apakah aku tampak sangat menakutkan?”
Kini Felisha sudah berdiri di depan mereka semua.
“Kau sangat berani menginjakkan kakimu di rumahku?” Harry mendengus dengan mata beralih pada sebelah kiri. “Felisha, aku rasa kau belum melupakan gudang di ujung sana,” katanya lagi, mengingatkan Felisha akan siksaan yang pernah dia berikan untuk perempuan itu.
Jika Felisha adalah manusia, seharusnya dia akan mengingat setiap siksa yang Harry berikan d
“Adikku, lihat lah wajahmu yang menyedihkan.” Felisha berbicara dengan nada yang dibuat semenyedihkan mungkin. “Ke mana perginya Nyonya Borisson yang sangat kuat dan bermartabat? Aku sangat sedih melihat kau begitu pasrah menerima kematianmu.” Apa yang akan Alena katakan? Jika ditanya apakah dia siap, tentu saja tidak ada manusia yang siap menerima kematiannya. Meski Alena sudah berkata dia pasrah di tangan Feli, tetap saja tubuhnya gemetar menahan takut, dan hatinya meraung memohon pertolongan. Namun, dia harus membuat dirinya tetap tegar, untuk membuat Felisha tidak lantas mengamuk seperti tadi. “Jawab, Bodoh! Apa kau tuli?” Ini tidak bisa dibiarkan. Harry sudah tak sabar melihat tingkah Felisha yang sangat menyebalkan itu, sehingga dia sedikit maju. “Berhenti di sana!” felisha memperingatkan. Rahang Felisha semakin tegang, matanya melotot, sedang wajahnya memerah padam menunjukkan kemarahan. Dia menatap Harry seakan ingin menelannya hidup-h
Ketegangan di istana milik Harry Borisson berakhir setelah petugas Rumah Sakit Jiwa memberi obat penenang untuk Felisha. Dia yang memintanya sendiri, sebab Felisha sendiri sadar bahwa jiwanya tidak dalam kondisi yang stabil. Felisha sering mengamuk ketika dia tidak mampu mengendalikan pikirannya. Alena sendiri ikut mengantar kakak tirinya ke Rumah Sakit. Dia juga meminta agar Feli tidak dibawa lagi ke rumah sakit cabang, di luar kota. Alena berkata, dia akan mengurus Felisha sampai kakak tirinya bisa pulih seperti dulu lagi. Sebab itu lah Feli meminta perawat menyuntiknya dengan obat penenang, takut jika kembali jiwanya terguncang dan melakukan tindakan di luar kendali, lantas melukai Alena. Dia berubah. Dia menjadi seorang yang peduli ketika kewarasan sedang menyapa. Tapi Feli adalah monster yang menakutkan saat dia sudah kembali dihantui kebencian yang masih bersarang di dalam dada. ‘Kondisi ini sudah ada sejak lama. Sebelum Nyonya Felish
Sepasang suami istri yang sudah resmi itu, berdiri saling berhadapan dalam kamar mereka. Tampak jelas Zoe malu-malu, terlihat dari wajahnya yang merah merona bagaikan tomat masak yang siap untuk di petik. Kemudian matanya turun ke leher Dixon, menatap jakun suaminya bergerak ketika mereguk liur. Seksi. Gerakan itu membuat bulu di sekitar tubuh Zoe ikut merinding. "Kenapa? Kau kedinginan?" Dixon menyentuh kedua lengan istrinya, menggosok pelan di sana. Bukannya tenang, bulu di sekitar lain ikut terasa berdiri. "Zoe, kau malu?" "Ti-tidak," sahut Zoe cepat. Matanya naik mencari manik milik suami yang tengah terarah padanya. "Aku ... aku tidak malu. Kenapa harus malu?" sambung Zoe, berusaha menutupi kegugupan yang semakin menjadi. Kemudian dia menggigit bibir saat melihat Dixon yang tersenyum. 'Kenapa dia harus membahasnya, sih? Aku memang malu, tapi 'kan seharusnya tidak perlu dijelaskan.' Zoe merutuk di dalam pikiran. "Kau ingin
“Kau siap, Zoe?”Dixon berdiri di bagian kaki ranjang. Matanya menatap wajah sang istri yang sudah berbaring di atas ranjang milik mereka. Gadis itu tampaknya masih gugup, terlihat dari reaksinya merapatkan paha ketika Dixon mulai merangkak dari kakinya.“Si-siap.” Zoe menjawab kaku sedangkan matanya terus menatap Dixon, seakan meminta dilakukan dengan pelan.Perlahan, Dixon menempelkan tubuh mereka sehingga dia berbaring di atas tubuh Zoe, menatap mata indah sang istri.“Kau sangat cantik,” puji Dixon, sembari menempelkan bibir di kening gadis itu. “Aku akan melakukannya perlahan, rileks lah.”Cumbuan-cumbuan ringan Dixon berikan di sekitar leher Zoe, beralih ke telinga gadis itu dan berlama-lama mempermainkannya. Dia sengaja tidak langsung memasuki istrinya untuk membuat Zoe kembali merasa melayang. Dan sukses, erangan erangan kecil mulai terdengar lepas dari celah bibir Zoe.“Dixon, ug
“Dixon, ouh... Dixon, cukup, auh...!” Zoe menjerit merasakan bagian intinya disedot habis oleh Dixon. Napasnya terengah-engah, bahkan menggerakkan tangan untuk meraih kepala lelaki itu pun dia sudah tak mampu. Dixon benar-benar gila, Zoe tidak pernah menyangka lelaki itu sangat jago dalam memuaskan hasrat istrinya.“Dixon, auh! Please, Dixon, kumohon hentikan itu sekarang.”Tetapi Dixon yang masih bekerja di bagian bawah tubuh Zoe seakan tidak ingin berhenti. Dia mengangkat wajahnya sejenak, menatap wajah sang istri yang berusaha melihatnya.“Kenapa, Zoe? Bukankah ini nikmat, Sayang?”Ya, Zoe akui itu sangat nikmat sampai-sampai dia mendapatkan pelepasan beberapa kali. Tetapi, tetap saja kenikmatan itu juga berlebihan untuk seorang Zoe yang belum berpengalaman di atas ranjang. Dia tidak mampu melawan Dixon dan hanya bisa menerima semua perlakuan lelaki itu.“Kau menyukainya. Aku yakin, jika kamar ini tidak
“Luci, katakan padaku, bagaimana kau membuat lelaki diam di bawahmu.”Zoe berkata dengan wajah sangat serius, membuat Lucia yang sedang meminum soft drink-nya, tak mampu menahan di dalam mulut. Gadis itu terbatuk, membuat seluruh minuman di dalam mulut pun tersembur seketika. Zoe yang terkejut bukan main menjadi menjerit, membersihkan wajahnya dengan sebelah tangan.“Kau gila, Luci? Lihat, kau membuat wajahku menjadi, astaga... ini sangat berantakan!”“Maaf. Zoe, maaf aku tidak sengaja.” Lucia berpindah ke tempat duduk sahabatnya, membantu Zoe membersihkan wajah itu.Tentu saja itu tidak cukup, Zoe berlari ke toilet di dalam kafe tempat mereda duduk, untuk membersihkan wajahnya terlebih dahulu. Lucia terus meminta maaf dengan wajah memelsa.“Zoe, Please, aku tidak sengaja, Sayang. Kumohon jangan marah lagi, oke?”Masih membersihkan wajahnya, Zoe mencibirkan bibir.“Se
Seperti yang disarankan oleh Lucia, Zoe membeli sebuah terung ketika dia akan pulang ke rumah. Benda itu dia masukkan di bagian paling tersembunyi di dalam tasnya, agar tidak ada seorang pun yang melihat kekonyolan yang tengah dia lakukan. Zoe mengendap-endap memasuki istana besar kediaman keluarganya, dan langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Ketika akan masuk ke dalam kamar, gadis itu dikejutkan oleh Esau yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan.“Apa yang kau lakukan, Zoe?”Ya Tuhan... jantung Zoe terasa akan pecah ketika mendengar suara itu. Matanya terbuka lebar, tangan yang baru akan memutar gagang pintu pun berhenti begitu saja. Tampak betul kegugupan di wajah cantik gadis yang takut jika Esau mengetahui kelakuannya.“Zoe?” panggil Esau, dia sudah berdiri di depan kakaknya sembari melambaikan tangan tepat di depan mata Zoe.“A-apa?” Zoe terkesiap. Dia atur wajahnya sebelum berkata, &ldqu
“Sayang, bukan kah barusan kau berkata akan membuatku mati kenikmatan di bawahmu?” kata Dixon, semakin dekat dia berdiri di belakang Zoe.Gadis itu terperanjat dari keterpakuannya, segera mengingat terung yang masih dia genggam dengan posisi di depan bibir. Zoe menjatuhkannya ke bawah kaki lalu mengatur mimik wajahnya untuk tidak ketahuan baru saja berbuat gila.“Hei, kau tidak ingin melihat wajah suami yang ingin kau buat tidak bisa membuka matanya dengan benar?” Dan saat itu pun Dixon memutar tubuh Zoe sehingga berhadapan dengannya.“A-apa?” Zoe berpura bingung. “Aku... a-aku tidak mengerti maksudmu.” Dia mengelak atas tuduhan suaminya.“Benar kah?” Mengerutkan alisnya, Dixon seperti seorang yang tengah berpikir panjang. “Tapi aku yakin mendengarmu berkata demikian, Zoe.”Terung yang sejak tadi dimainkan oleh Zoe, kini menggelinding di atas lantai. B