“Kau siap, Zoe?”
Dixon berdiri di bagian kaki ranjang. Matanya menatap wajah sang istri yang sudah berbaring di atas ranjang milik mereka. Gadis itu tampaknya masih gugup, terlihat dari reaksinya merapatkan paha ketika Dixon mulai merangkak dari kakinya.
“Si-siap.” Zoe menjawab kaku sedangkan matanya terus menatap Dixon, seakan meminta dilakukan dengan pelan.
Perlahan, Dixon menempelkan tubuh mereka sehingga dia berbaring di atas tubuh Zoe, menatap mata indah sang istri.
“Kau sangat cantik,” puji Dixon, sembari menempelkan bibir di kening gadis itu. “Aku akan melakukannya perlahan, rileks lah.”
Cumbuan-cumbuan ringan Dixon berikan di sekitar leher Zoe, beralih ke telinga gadis itu dan berlama-lama mempermainkannya. Dia sengaja tidak langsung memasuki istrinya untuk membuat Zoe kembali merasa melayang. Dan sukses, erangan erangan kecil mulai terdengar lepas dari celah bibir Zoe.
“Dixon, ug
“Dixon, ouh... Dixon, cukup, auh...!” Zoe menjerit merasakan bagian intinya disedot habis oleh Dixon. Napasnya terengah-engah, bahkan menggerakkan tangan untuk meraih kepala lelaki itu pun dia sudah tak mampu. Dixon benar-benar gila, Zoe tidak pernah menyangka lelaki itu sangat jago dalam memuaskan hasrat istrinya.“Dixon, auh! Please, Dixon, kumohon hentikan itu sekarang.”Tetapi Dixon yang masih bekerja di bagian bawah tubuh Zoe seakan tidak ingin berhenti. Dia mengangkat wajahnya sejenak, menatap wajah sang istri yang berusaha melihatnya.“Kenapa, Zoe? Bukankah ini nikmat, Sayang?”Ya, Zoe akui itu sangat nikmat sampai-sampai dia mendapatkan pelepasan beberapa kali. Tetapi, tetap saja kenikmatan itu juga berlebihan untuk seorang Zoe yang belum berpengalaman di atas ranjang. Dia tidak mampu melawan Dixon dan hanya bisa menerima semua perlakuan lelaki itu.“Kau menyukainya. Aku yakin, jika kamar ini tidak
“Luci, katakan padaku, bagaimana kau membuat lelaki diam di bawahmu.”Zoe berkata dengan wajah sangat serius, membuat Lucia yang sedang meminum soft drink-nya, tak mampu menahan di dalam mulut. Gadis itu terbatuk, membuat seluruh minuman di dalam mulut pun tersembur seketika. Zoe yang terkejut bukan main menjadi menjerit, membersihkan wajahnya dengan sebelah tangan.“Kau gila, Luci? Lihat, kau membuat wajahku menjadi, astaga... ini sangat berantakan!”“Maaf. Zoe, maaf aku tidak sengaja.” Lucia berpindah ke tempat duduk sahabatnya, membantu Zoe membersihkan wajah itu.Tentu saja itu tidak cukup, Zoe berlari ke toilet di dalam kafe tempat mereda duduk, untuk membersihkan wajahnya terlebih dahulu. Lucia terus meminta maaf dengan wajah memelsa.“Zoe, Please, aku tidak sengaja, Sayang. Kumohon jangan marah lagi, oke?”Masih membersihkan wajahnya, Zoe mencibirkan bibir.“Se
Seperti yang disarankan oleh Lucia, Zoe membeli sebuah terung ketika dia akan pulang ke rumah. Benda itu dia masukkan di bagian paling tersembunyi di dalam tasnya, agar tidak ada seorang pun yang melihat kekonyolan yang tengah dia lakukan. Zoe mengendap-endap memasuki istana besar kediaman keluarganya, dan langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Ketika akan masuk ke dalam kamar, gadis itu dikejutkan oleh Esau yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan.“Apa yang kau lakukan, Zoe?”Ya Tuhan... jantung Zoe terasa akan pecah ketika mendengar suara itu. Matanya terbuka lebar, tangan yang baru akan memutar gagang pintu pun berhenti begitu saja. Tampak betul kegugupan di wajah cantik gadis yang takut jika Esau mengetahui kelakuannya.“Zoe?” panggil Esau, dia sudah berdiri di depan kakaknya sembari melambaikan tangan tepat di depan mata Zoe.“A-apa?” Zoe terkesiap. Dia atur wajahnya sebelum berkata, &ldqu
“Sayang, bukan kah barusan kau berkata akan membuatku mati kenikmatan di bawahmu?” kata Dixon, semakin dekat dia berdiri di belakang Zoe.Gadis itu terperanjat dari keterpakuannya, segera mengingat terung yang masih dia genggam dengan posisi di depan bibir. Zoe menjatuhkannya ke bawah kaki lalu mengatur mimik wajahnya untuk tidak ketahuan baru saja berbuat gila.“Hei, kau tidak ingin melihat wajah suami yang ingin kau buat tidak bisa membuka matanya dengan benar?” Dan saat itu pun Dixon memutar tubuh Zoe sehingga berhadapan dengannya.“A-apa?” Zoe berpura bingung. “Aku... a-aku tidak mengerti maksudmu.” Dia mengelak atas tuduhan suaminya.“Benar kah?” Mengerutkan alisnya, Dixon seperti seorang yang tengah berpikir panjang. “Tapi aku yakin mendengarmu berkata demikian, Zoe.”Terung yang sejak tadi dimainkan oleh Zoe, kini menggelinding di atas lantai. B
Suasana di dalam kamar semakin panas. Aura percintaan dari sepasang suami istri itu masih tercium kental. Seperti perkataannya tadi, Zoe yang memegang kendali sehingga Dixon hanya bisa pasrah di bawahnya. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan ketika melihat suaminya yang hanya bisa mendesah dan menyerukan namanya, dan dilarang keras untuk membalas perbuatan Zoe. Ponsel di atas nakas berdering. Itu sangat mengganggu telinga Zoe yang masih berusaha membuat suaminya mendapatkan klimaks. Benda itu lagi dan lagi berdering tanpa henti, membuat percintaan mereka pun menjadi sangat terganggu kegiatannya. Pasangan yang tengah dimabuk kepayang itu pun terdengar mendesah kesal. Dixon yang berada di bawah tubuh Zoe menjadi tidak sabar sehingga bangkit dari atas ranjang. "Dixon, biarkan saja," peringat Zoe, semakin kesal dia melihat suaminya yang justru sudah berjalan menuju ponsel yang masih berbunyi nyaring. “Dixon, tidak bisakah kau menu
“Kau mencoba membeliku?” “Memangnya, ada hal lain yang kau inginkan selain uang?” Esau menikung cepat pertanyaan sang gadis. Rahangnya mengetat dan kalimat yang keluar dari mulutnya sangat mematikan. “Wanita sepertimu hanya ingin uang, tidak lebih dari itu.” Sempat Dixon lihat mata gadis itu bergerak tidak tenang, dan ada embun yang menutupi pemandangannya. Tapi itu hanya berlangsung sekian detik, karena kemudian dia sudah menunjukkan mata sinis dan dengusan angkuh. Gadis bernama Freya tersebut lantas membalas lagi perkataan Esau. “Tak peduli bagaimana kau menilaiku, Esau Borisson. Tapi kau tak akan bisa membeliku. Kau meniduriku dan aku hamil karenanya, maka kau harus menikahi aku secepatnya!” Bertepatan di saat yang bersamaan, pintu ruang private itu terbuka dari luar sana dan memunculkan wajah gadis lainnya. Helaan napas tertahan terdengar sebelum dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan. “Esau, ka-kau... kau melakukan tindaka
Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Esau, membuat lelaki itu menoleh ke samping kanan. Matanya lantas bertemu dengan milik sang kakak yang seakan ingin menelannya hidup-hidup. Zoe sangat marah sampai dia menampar wajah adik yang kemudian tersadar.“Apa kau gila? Kau tidak mengingat kedua orang tua kita?!” sentak Zoe tak terkira.“Tapi dia berbohong, Zoe! Aku tidak melakukan apa pun padanya!”“Aku tidak peduli kau atau dia yang berbohong. Lepaskan tanganmu sebelum aku yang lebih dulu membunuhmu, Esau!” Kembali Zoe berteriak.Lantas, Esau melepaskan cengkraman tangannya. Gadis bernama Freya itu pun segera meluncur dan terduduk di atas lantai. Suara batuk dari napasnya yang tersendat tak bisa dihentikan begitu saja.Esau memang sangat keterlaluan! Zoe segera bersimpuh di depan gadis itu untuk membantunya.“Kau tidak mengapa? Kau bisa bernapas?” Sigap dia raih kepala s
“Aku... aku tidak berkata seperti itu.” Freya kelabakan. Dia segera berdiri dari atas sofa ketika mendengar Esau berkata akan menikahinya segera. Gadis itu tampak panik, tidak yakin dirinya akan menerima tantangan dari Esau. “Aku tidak siap. Ak-aku....”“Tidak siap? Bukannya tadi kau berkata aku harus bertanggung jawab dan menikahimu? Jangan membuat alasan. Siap atau tidak, kita akan menikah segera!” Esau menekankan kalimatnya.Sebagai seorang ibu yang melahirkannya, Alena juga ikut panik oleh perkataan dari putranya. Dia ikut angkat bicara untuk menenangkan anak ke dua yang tengah dirasuki kemarahan itu.“Esau, tolong dengarkan perkataan Freya. Dia tidak ingin menikah, bukankah seharusnya kau pertimbangkan perkataannya?”“Lantas, aku harus membiarkan perutnya membesar dan dia bebas mencoreng namaku? Mom, keputusanku sudah bulat. Malam ini juga, tolong siapkan pernikahan kami.”
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep