“Sayang, kau sudah siap? Kapalnya akan berlabu sore ini. Cepat lah, kita harus segera menemukan Zoe.”
Alena sedang membenarkan riasannya di depan cermin, ketika Harry terus memburu wanita itu untuk lebih cepat. Wanita itu mengembuskan napas pelan dan meletakkan alat make up kembali ke tempatnya.
“Bahkan penerbangan masih satu jam lagi, dia sudah seperti orang gila,” gerutu Alena, bangkit dari kursi riasnya.
Sejak mereka mendapat kabar Zoe tidak memiliki kabin, Harry sangat berusaha menemukan informasi pelayaran kapal pesiar itu. Hanya satu hari Harry sudah mendapatkan rute kapal yang katanya akan berlayar tanpa tujuan. Ya, dia bisa mendapat informasi bahwan kapal akan bersandar di Taiwan sore ini.
“Ayo, Sayang, jangan berlama-lama,” kata Harry, menarik pinggang istrinya lebih dekat padanya. Pasangan menikah itu bergegas turun menuju halaman rumah.
“Mom ...” Eldrick yang sedang bermain bola di ha
“Bagaimana? Kau ingin kita mengulangnya siang ini? Dengan senang hati aku akan melakukannya.” Dixon berbicara sekali lagi, melepaskan tangannya yang mencapit bibir Zoe. Zoe sangat terpengaruh oleh ajakan lelaki itu. Pesona Dixon seakan memiliki daya tarik sendiri yang bisa membuat Zoe merasa terhipnotis. Dia harus menggelengkan kepalanya, untuk bisa lepas dari jerat lelaki tampan yang sangat menggoda iman. “A-apa? Itu ... aku tidak tahu,” sahut Zoe, dan dia sangat malu oleh jawaban yang baru saja dia ucapkan. ‘Zoe, kenapa otakmu menjadi sangat lamban berpikir?’ Dia merutuk di pikirannya, merasa sudah sangat bodoh tidak mampu menolak dengan tegas. “Baik lah, aku akan menunda itu sampai kita selesai menikah. Tapi siap dirimu untuk melayani suamimu ini, heh?” Dixon melepaskan tangannya dari tubuh gadis bermata hazel itu, dan membalik membelakangi Zoe. Untuk beberapa detik Zoe harus menetralkan perasaan aneh yang menjalari dirinya. Dia biarkan Dix
Mata lelaki itu masih tetap tertuju pada Zoe. Wajah cantik di depan sana bisa membuat dirinya tidak mampu berpaling barang sedetik pun. Dixon terlihat seperti dia bukanndirinya, tersihir oleh tingkah Zoe yang terus membuatnya tersenyum. Apalagi saat Zoe mengangkat kedua tangannya ke atas seperti tengah berolah raga dia menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan, memperjelas dua bukit di dadanya, dan melayangkan lamunan Dixon menjadi liar. Lihat lah senyum yang merekah di wajah Zoe, membuat Dixon tidak sadar sudah bergerak maju menuju gadis itu. Gerakan Zoe yang biasa saja sungguh seperti sebuah godaan di mata Dixon, seperti sengaja meminta dirinya datang lebih dekat lagi.Merasa ada yang mendekatinya, Zoe memutar badan dan menemukan lelaki itu sudah berdiri tepat di sebelahnya.“Ada apa kau tersenyum?” tanya Zoe, bingung akan tingkah aneh yang tidak biasa Dixon tunjukkan.Masih belum sadar dari keterpakuannya akan kecantikan wajah Zoe, Dixon
Dua jam sebelumnya. Pesawat yang membawa Harry dan Alena sudah mendarat di penerbangan internasional Taiwan. Tidak menunggu lama, sebuah helikopter langsung membawa mereka menuju pelabuhan di mana kapal pesiar yang membawa putri mereka, tengah bersandar. Harry juga membawa beberapa pengawal yang akan membantunya mencari keberadaan Zoe. Bisik-bisik para penumpang yang memilih tetap di dalam kapal pun tak bisa dihindarkan. “Tuan Harry Borisson sama sekali tak berubah meski dia sudah tua.” “Benar, dia tetap lah menjadi pemegang kuasa, bahkan bisa menggeleda kapal pesiar milik keluarga terkenal di Australi.” “Tapi sebenarnya, apa yang membuatnya seperti ini? Apakah keluarga Stewart mencari masalah pada singa jantan itu?” “Ah ... dia selalu bisa membuat orang-orang kagum akan wibawa yang dibawanya di wajah. Entah bagaimana nasib keluarga Stewart ke depan nanti.” “Menurut kalian, bukankah keluarga Stewart sudah sangat berani m
Di Macau.“Mereka sudah memasuki hotel sejak hampir satu jam yang lalu.” Harry menatap jam di pergelangan. Kakinya melangkah cepat, secepat dentuman jantung yang menggila di dalam sana.Ketika mereka tiba di meja resepsionis, Harry segera berkata, “Bawa kami ke kamar yang dipesan oleh Dixon Stewart.”Dua wanita yang sedang berjaga di sana pun mengerutkan kening. Siapa orang ini? Kenapa dia ingin mendatangi kamar seseorang dengan wajah penuh amarah seperti itu? Mungkin itu lah yang ada di dalam benak mereka.“Maaf, Tuan, demi kenyamanan tamu, kami tidak bisa melakukannya,” sahut salah satu dari wanita itu.Apakah mereka sedang memancing emosi Harry? Matanya tajam menyorot langsung pada inti mata si wanita resepsionis.“Aku Harry Borisson. Hubungi Manegermu, dan sebutkan nama Harry Borisson padanya!” kata Harry, pelan dan tegas.Sementara di salah satu kamar ternyaman di dalam hotel
“Kau yakin ini kamarnya?”Harry memutar pundak untuk menatap maneger hotel yang hanya tertunduk di belakangnya. Pria berusia empat puluhan itu mengangguk, meyakinkan pertanyaan Harry adalah benar. Tampak jelas ketakutan di wajah pucat pasinya.“Benar, Tuan. Kamar ini atas nama Tuan Dixon Stewart.”“Buka pintunya jika ini memang kamar milik Dixon Stewart,” kata Harry.“Harry!” Alena memanggil nama suaminya. Wanita itu sedikit ragu dengan keputusan Harry.Maksudnya ... di sini terdapat sangat banyak orang. Sementara di dalam sana, mereka tidak tahu apa yang tengah dilakukan Zoe bersama dengan lelaki yang disebut-sebut sebagai suami putrinya. Andai sesuatu yang tak diinginkan benar-benar terjadi di dalam sana, apakah itu tidak sangat memalukan bagi Zoe? Semua pengawal dan maneger itu bisa saja melihat apa yang tengah dilakukan oleh putri mereka, dan itu sangat tidak baik. Itu akan menjadi aib bagi putri
Mendengar Dixon memanggilnya dengan sebutan ayah mertua, bukannya membuat Harry lantas menjadi melunak. Pengakuan cinta dan ijin menikah yang baru saja dikatakan oleh Dixon justru membangkitkan amarah pria itu, sehingga Harry tidak bisa menahan tinjunya untuk melayang sekali lagi. Meski usianya sudah tak muda, pukulan itu sukses membuat Dixon mundur beberapa langkah sehingga lelaki itu terpojok ke pintu. Harry tidak lantas berhenti, sigap dia mengejar Dixon dan lagi lagi memberikan pukulan di wajahnya.Zoe yang sejak tadi hanya diam melihat kemarahan daddy-nya, lama-lama menjadi tidak tega kepada Dixon. Bercak darah yang menetes dari sudut bibir lelaki itu sungguh menyakiti perasaannya, sehingga tak sadar dia berlari mengejar Harry dan memegangi tangan daddy-nya.“Lepaskan! Aku akan membunuh bajingan yang sudah sangat berani menyentuh putri kebanggannku!” Suara Harry tegas, memberi peringatan untuk Zoe mundur.Tapi gadis itu tidak mengindahkan perkat
Alena menatap suami dan putrinya secara bergantian. Hatinya masih terus terasa sakit ketika melihat bekas merah bergambar telapak tangan Harry di pipi anak gadisnya yang sangat dia sayangi. Tetapi, karena Zoe juga berada di pihak yang salah, dia hanya bisa menelan rasa sakit hatinya. Alena sendiri tidak ingin membela kesalahan Zoe, apalagi di depan Dixon. Semua masih tetap diam. Zoe mengunci bibirnya sedangkan Harry terlihat tidak sabar menunggu jawaban dari anak gadis mereka. Alena mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana yang bisa saja akan kembali memanas. “Zoe, jawab pertanyaan daddy,” ucap Alena, mengusap pundak putrinya. Dixon seperti bisa memahami apa yang ada di pikiran gadis itu. Dia yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaan dari Harry. “Ayah Mertua, kami bertemu sejak lama tapi kami tidak memiliki hubungan khusus. Aku merayu Zoe dan memberinya alkohol sehingga dia menjadi mabuk. Ini salahku, terlalu mencintainya sampai berniat m
Sebanyak apa pun Harry marah pada Zoe, dia tetap lah putri darah dagingnya. Sekesal apa pun Harry saat mengingat Zoe ada di bawah lelaki itu, dia tetap lah putri yang dicintainya sangat banyak. Apalagi melihat Zoe bersimpuh dan memohon di kaki Harry, melihat bekas merah atas tamparan tangannya di pipi anak gadisnya itu, Harry tak kuasa menahan rasa diremas di dalam sana. Dia tak tega menyakiti putrinya dan menolak permintaan Zoe, tapi bukan berarti Harry akan menerima Dixon begitu saja.“Demi nama baik keluarga?” tanya Harry.Mendengar suara dad yang sudah tidak meninggi, Zoe menganggukkan kepala cepat. Matanya yang masih basah oleh genangan air hangat itu menatap dad penuh harap.“Demi nama baik keluarga dan perusahaan, kumohon ijinkan kami menikah, Dad.”“Zoe, apa kau menganggap kami orang tuamu?” Harry mengalihkan permohonan Zoe dan membuat pertanyaan yang membingungkan. “Jika kau menganggap kami adalah orang t
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep