“Zoe ...!”
Alena berteriak histeri di dalam kamar putri satu-satunya yang di miliki keluarga Borisson. Degup jantungnya berdebar hebat, mata bulat itu terbuka lebar dengan ekspresi kaget luar biasa. Bahkan tubuhnya yang mungil ikut gemetar menatap benda yang dicengkramnya dengan erat.
Harry yang tadinya tengah mengenakan pakaian di dalam kamar mereka, segera berlari begitu mendengar teriakan histeris dari sang istri. Bukan hanya Harry, para pelayan juga Esau dan El, adik lelakinya, ikut heboh mendengar teriakan tak biasa dari Alena. Semua orang kelabakan sebab ini adalah suara pertama Alena pernah berteriak sekencang ini.Segera Harry mengejar istri yang terduduk lemah di atas ranjang putri mereka.
Wanita itu terduduk di atas ranjang putrinya dengan secarik kertas yang terus dia tatap. Melihatnya, Harry yang baru saja datang lantas berlari untuk menentukan ada apa dengan Alena.
“Sayang, ada apa kau teriak?” tanya Harry ikut panik.
Tanpa m
Mendengar perkataan lelaki itu, Zoe seperti ditampar pada kenyataan yang membuatnya segera mengangkat wajah menjauh. Pipinya memerah seperti baru memakai blush on yang sangat banyak.“A-apa katamu?” sentak Zoe. “Sangat tidak sopan.” Bibirnya mencibir kesal.Lelaki bermata cokelat itu mengangkat sebelah bibirnya. “Apakah sopan meletakkan wajahmu sangat dekat di muka lelaki yang tidak dikenal?”Sial! Zoe merasa sangat kesal sempat mengagumi wajah lelaki itu. Sangat angkuh seakan menuduh Zoe baru saja akan melakukan hal tidak senonoh padanya. Tapi itu bukan lah hal penting sekarang, Zoe kembali pada niat awalnya.“Ganti seluruh kerugianku,” ucap Zoe. “Aku yakin, kau tidak mungkin tuli mendengar aku berteriak kehilangan tas. Dan tentunya kau tidak lupa ingatan setelah menabrakku, betul?”Dengan gerakan yang sangat tenang lelaki itu bangun dari kursi malasnya dan menatap Zoe serius. “Tent
“Lalu, Nona, apa rencana Anda berikutnya? “ Kepala keamanan itu bertanya, membawa Zoe kembali pada kenyataan. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Zoe berpikir sejenak, sebelum meminta keringanan pada mereka. “Tuan, karena aku sudah terlanjur ada di kapal ini, bisakah aku meminta satu kabin? Ketika kapal ini berlabu pertama kalinya, aku akan membayarkan tiketku.” Zoe membuka sebuah kalung yang dia miliki, lantas menyerahkannya pada petugas. “Ini adalah jaminan untuk sementara, sampai aku bisa menghubungi keluargaku.” Kalung berlian itu sangat mahal, kalung pemberian daddy ketika Zoe berulang tahun yang ke dua puluh, tahun lalu. Dad berpesan agar Zoe menjaganya baik-baik, sebab katanya, kalung itu adalah sisah batu permata dari milik mommy-nya. Batu permata yang sangat langka dan belum tentu dimiliki keluarga kaya lainnya. Tentu saja mata petugas tercengang melihat bandulan berlian merah muda yang menggantung pada ra
Dua pupil berwarna hijau itu membulat merasakan bibirnya disentuh benda lembut milik lelaki. Zoe terpaku, ini kali pertama dia merasakan seseorang mengecup bibirnya. Dentuman jantung di balik dadanya merontah seakan ingin keluar. Ini kah yang disebut dengan ciuman pertama? Lelaki ini sudah merebut ciuman pertama milik Zoe dan dia sekarang dia tersenyum nakal di depan gadis itu. Zoe yakin, jika daddy tahu perkara ini, dia akan menggantungnya di tengah kota.“Istriku sangat lugu.” Dia berkata menyindir.Sial ... terkutuk lah kau Zoe, yang sudah dengan tak tahu malunya membiarkan seseorang menciummu. Apa kau sudah gila?“Le-lepaskan aku,” kata Zoe. Suaranya tercekat di tenggorokan.“Kenapa? Kau baru saja meminta maaf dan meminta untuk mengingat janji kita di altar. Lalu sekarang kau ingin menghindar?”Apa dia memang sangat bodoh dengan artinya sandiwara? Sejak kapan pula mereka benar-benar melakukan itu?
“Aku? Kau yakin ingin tahu siapa aku?” Lelaki melepaskan sebelah cengkramannya dan beralih ke dagu Zoe. Dia cubit dagu lancip yang mulus itu, mengangkat wajah Zoe untuk lebih menengadah lagi. Dua pasang bola mata mereka semakin lama bertemu, terasa semakin mendebarkan dada. Ini adalah pengalaman pertama Zoe bersentuhan sangat intim dengan lawan jenis, jadi bisa dia rasakan desiran-desiran aneh menggerogoti dirinya. Suasana yang mencekam bercampur getaran aneh itu membuat dia terhanyut dan pikirannya tidak berjalan dengan benar. Lalu tanpa Zoe bisa mengelak, si lelaki semakin mendekatkan wajah mereka sehingga kening saling beradu. Bibirnya terbuka beberapa saaat, memberi sentuhan napasnya di wajah cantik itu. Perlahan, lelaki berkata diiringi desah napas yang berat. “Aku adalah lelaki yang ingin kau nikahi.” Seketika suasana itu menjadi membingungkan, lalu perlahan terasa lucu sehingga suasana yang tadinya sempat disukai oleh Zoe, justru sekarang
Selesai menyusun pakaiannya ke dalam lemari, Zoe meregangkan tubuh di atas sofa panjang yang berada di depan jendela kabin. Pemandangan laut yang diterangi lampu-lampu kapal terlihat sangat indah bagaikan pecahan cahaya mutiara di dasar lautan. Gadis itu terhanyut beberapa saat sehingga dia teringat akan Dixon, pemilik kabin yang sudah membiarkannya menumpang. Seketika itu pun Zoe mengetuk kepalanya. “Zoe, apa kau memang harus melakukan ini? Kau menjual tubuhmu demi kabin? Astaga ... aku tidak tahu bahwa kau akan mengalami hal seperti ini,” gumamnya pada diri sendiri. Terbayang wajah kecewa mom dan dad di pelupuk matanya, menyaksikan dua orang tua yang sangat mencintainya itu pasti sangat shock jika tahu putri mereka melakukan hal gila dan menjijikkan. Bahkan jika dad sampai membawanya ke tiang penggantungan pun dia tidak akan bisa membayar semua rasa malu dan kecewa itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk saat ini? Di luar sana jauh lebih berbahaya. “Dixon
Zoe bergegas berdiri ketika mendengar pintu kamar mandi yang dibuka dari dalam sana. Gadis yang sejak tadi dadanya berbedar hebat, lantas berlari menuju balkon kabin yang cukup luas. Dia biarkan Dixon mengenakan dulu pakaiannya, sebelum mengganggu lelaki itu lagi. Tapi entah dasarnya rasa penasaran membuat gadis itu sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang, melihat punggung lebar Dixon yang kini tengah mengenakan pakaian. Tubuh yang altetis, dada yang bidang, dan tinggi lelaki itu adalah idaman setiap wanita di dunia. Ah ... apalagi dia adalah seorang putra dari keluarga Stewart, pasti memiliki banyak simpanan. Zoe lantas memajukan bibirnya untuk tidak memikirkan lelaki itu. “Hei, Zoe ... ayo lah. Kau baru bertemu dengannya, jangan mengagumi lelaki yang baru kau kenal.” Dia katakan kalimat itu tanpa sadar, dan sejurus kemudian menepuk jidatnya. “Apa? Memikirkannya? Yang benar saja, Zoe!” Dia adalah putri satu-satunya keluarga Borisson, jadi tak wajar jika Z
Ketika keluar dari kamar mandi, Zoe melihat Dixon sudah berbaring di atas ranjang. Lelaki itu, apakah dia tidak berpikir bahwa Zoe pasti sedang kelaparan? Bagaimana bisa dia tertidur sangat cepat? Padahal, Zoe hanya pergi memasang pembalut tidak lebih dari lima menit.Zoe memajukan bibirnya ke depan, dengan suara menyedihkan dia mulai bergumam sendiri."Oh perutku yang malang, seseorang tidak peduli padamu." Dia mengusap perutnya yang rata sembari mengawasi lelaki yang sama sekali tidak bergerak. "Sangat malang, aku tidak tega pada perutku."Bukannya bangun, lelaki di atas ranjang itu sama sekali tidak peduli. Jadi Zoe pikir dia harus membuat suaranya lebih keras lagi."Aku lapar, tapi aku tidak punya uang. Seseorang yang seharusnya bertanggung jawab untuk perutku justru memilih tidur dengan nyenyak."Lelaki yang berpura tidur itu mengerut kening tidak percaya. Sejak kapan dia yang menjadi bertanggung jawab untuk urusan perut gadis ini? Apakah seka
Kekesalan di hati Dixon membuatnya menarik gagang pintu sangat keras, sehingga tanpa dia sadari sudah membuat Zoe yang berada di luar sana ikut tertarik paksa masuk ke dalam kamar. Jika lelaki itu tidak segera menangkap tangannya, mungkin Zoe akan terlempar ke atas lantai. Zoe sampai tak bisa mengendalikan mulutnya yang menjerit kaget.“Kenapa kau menarikku? Bagaimana jika tadi aku terjatuh?” celotehnya dengan wajah tidak senang.Baru saja Dixon khawatir padanya, tapi gadis ini justru mengomel. Padahal juga 'kan dia sudah menolongnya agar tidak terjatuh.“Salah sendiri kau memegangi gagang pintunya,” sahut Dixon asal.Astaga ... jadi, maksudnya Zoe tidak boleh memegang gagang pintu? Memangnya dia pikir pintu kabin itu akan terbuka dengan sendirinya? Memutar matanya malas, Zoe memilih mengabaikan perkataan lelaki yang tidak ada manis-manisnya itu. Dia memang wajah tersenyum dan berpura berkata-kata manis.“Baik lah, kar