Alena masih belum sadar, membuat Harry tidak bisa tenang hanya melihat para medis yang sibuk memberikan pertolongan pertama. Dia terus menggenggam tangan istri yang lemah tak berdaya dan menyerukan nama istrinya berkali-kali. Entah ini sudah yang keberapa, tapi Harry seakan tidak lelah mengulangi nama itu. Dia bahkan berharap Alena hanya bermain-main, sengaja menggoda suaminya.
“Sayang, bangun lah kumohon. Aku yang akan mati jika melihat kau seperti ini,” kata Harry, semakin frustasi lelaki itu melihat dokter yang tidak juga berhasil membuat istrinya bangun.
“Tuan, bisa Anda keluar sebentar?”
Ketika salah satu dokter berkata seperti itu, hati Harry terasa sangat sakit membayangkan ada sesuatu yang tidak beres di sini. Mungkin mereka ingin membuatnya tidak melihat kesakitan yang dirasakan oleh Alena? Tidak ... Harry tidak akan pernah meninggalkan ruang bersalin itu.
“Lakukan saja tugas kalian!” sentaknya tidak senang.
“Tapi, Tuan. Nyonya Alena
Kata orang, semakin lama usia menikah akan membuat hubungan terasa biasa saja, cinta yang awalnya menggebu di awal-awal menikah akan menjadi terasa hambar di usia pernikahan yang menginjak angka sepuluh tahun. Mungkin itu benar bagi sebagian orang, tapi tidak untuk Harry dan Alena.Hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ke sepuluh, tapi cinta di antara keduanya masih terasa seperti di awal mereka menikah dulu. Bukan karena tidak mendapat guncangan kiri kanan dan masalah lainnya, tapi tepatnya, karena mereka selalu bertahan meski banyak kerikil yang mengganggu cinta mereka.Harry memang suami yang sangat mengerti membangkitkan terus rasa cinta di dada istrinya, dan dia selalu sukses untuk membuat wanitanya itu tersenyum dan tersipu malu.“Kau sudah siap, Sayang?”Lelaki bertungkai panjang itu memasuki ruangan yang dipakai untuk merias Alena, dan melihat istrinya dari pantulan cermin. Dua perias yang ada di sana ikut tersenyum meliha
“Mom, ada apa denganmu?” Zoe berlari mengejar mommy-nya yang tiba-tiba saja menghentikan langkah. Tangan wanita itu memegangi kening, menandakan Alena tidak baik-baik saja. Zoe yang saat ini akan memasuki usia lima belas tahun, sangat khawatir menatap wajah Alena. “Apa yang terjadi, Mom?” ulang Zoe, memegangi pundak Alena. Wanita dengan gulungan rambut tinggi itu lantas menggeleng lemah. “Tidak, Sayang. Mom hanya sedikit merasa pusing. Tapi sekarang sudah baik-baik saja,” sahut Alena, membenarkan tegaknya yang sempat bersandar ke tiang pintu. “Mom yakin?” Zoe memastikan mommy-nya baik-baik saja, dan dibalas anggukan oleh wanita berusia pertengahan tiga puluh itu. “Ya, ini sudah baik-baik saja. Mungkin karena aku belum sarapan sejak pagi.” Alena memang kurang berselera beberapa hari ini. Dia sering meninggalkan jam makannya dan hanya akan makan jika Harry yang memaksa. Karena suaminya sedang mengurus sesuatu bersama Esau, dia pun
“Zoe ...!” Alena berteriak histeri di dalam kamar putri satu-satunya yang di miliki keluarga Borisson. Degup jantungnya berdebar hebat, mata bulat itu terbuka lebar dengan ekspresi kaget luar biasa. Bahkan tubuhnya yang mungil ikut gemetar menatap benda yang dicengkramnya dengan erat. Harry yang tadinya tengah mengenakan pakaian di dalam kamar mereka, segera berlari begitu mendengar teriakan histeris dari sang istri. Bukan hanya Harry, para pelayan juga Esau dan El, adik lelakinya, ikut heboh mendengar teriakan tak biasa dari Alena. Semua orang kelabakan sebab ini adalah suara pertama Alena pernah berteriak sekencang ini.Segera Harry mengejar istri yang terduduk lemah di atas ranjang putri mereka. Wanita itu terduduk di atas ranjang putrinya dengan secarik kertas yang terus dia tatap. Melihatnya, Harry yang baru saja datang lantas berlari untuk menentukan ada apa dengan Alena. “Sayang, ada apa kau teriak?” tanya Harry ikut panik. Tanpa m
Mendengar perkataan lelaki itu, Zoe seperti ditampar pada kenyataan yang membuatnya segera mengangkat wajah menjauh. Pipinya memerah seperti baru memakai blush on yang sangat banyak.“A-apa katamu?” sentak Zoe. “Sangat tidak sopan.” Bibirnya mencibir kesal.Lelaki bermata cokelat itu mengangkat sebelah bibirnya. “Apakah sopan meletakkan wajahmu sangat dekat di muka lelaki yang tidak dikenal?”Sial! Zoe merasa sangat kesal sempat mengagumi wajah lelaki itu. Sangat angkuh seakan menuduh Zoe baru saja akan melakukan hal tidak senonoh padanya. Tapi itu bukan lah hal penting sekarang, Zoe kembali pada niat awalnya.“Ganti seluruh kerugianku,” ucap Zoe. “Aku yakin, kau tidak mungkin tuli mendengar aku berteriak kehilangan tas. Dan tentunya kau tidak lupa ingatan setelah menabrakku, betul?”Dengan gerakan yang sangat tenang lelaki itu bangun dari kursi malasnya dan menatap Zoe serius. “Tent
“Lalu, Nona, apa rencana Anda berikutnya? “ Kepala keamanan itu bertanya, membawa Zoe kembali pada kenyataan. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Zoe berpikir sejenak, sebelum meminta keringanan pada mereka. “Tuan, karena aku sudah terlanjur ada di kapal ini, bisakah aku meminta satu kabin? Ketika kapal ini berlabu pertama kalinya, aku akan membayarkan tiketku.” Zoe membuka sebuah kalung yang dia miliki, lantas menyerahkannya pada petugas. “Ini adalah jaminan untuk sementara, sampai aku bisa menghubungi keluargaku.” Kalung berlian itu sangat mahal, kalung pemberian daddy ketika Zoe berulang tahun yang ke dua puluh, tahun lalu. Dad berpesan agar Zoe menjaganya baik-baik, sebab katanya, kalung itu adalah sisah batu permata dari milik mommy-nya. Batu permata yang sangat langka dan belum tentu dimiliki keluarga kaya lainnya. Tentu saja mata petugas tercengang melihat bandulan berlian merah muda yang menggantung pada ra
Dua pupil berwarna hijau itu membulat merasakan bibirnya disentuh benda lembut milik lelaki. Zoe terpaku, ini kali pertama dia merasakan seseorang mengecup bibirnya. Dentuman jantung di balik dadanya merontah seakan ingin keluar. Ini kah yang disebut dengan ciuman pertama? Lelaki ini sudah merebut ciuman pertama milik Zoe dan dia sekarang dia tersenyum nakal di depan gadis itu. Zoe yakin, jika daddy tahu perkara ini, dia akan menggantungnya di tengah kota.“Istriku sangat lugu.” Dia berkata menyindir.Sial ... terkutuk lah kau Zoe, yang sudah dengan tak tahu malunya membiarkan seseorang menciummu. Apa kau sudah gila?“Le-lepaskan aku,” kata Zoe. Suaranya tercekat di tenggorokan.“Kenapa? Kau baru saja meminta maaf dan meminta untuk mengingat janji kita di altar. Lalu sekarang kau ingin menghindar?”Apa dia memang sangat bodoh dengan artinya sandiwara? Sejak kapan pula mereka benar-benar melakukan itu?
“Aku? Kau yakin ingin tahu siapa aku?” Lelaki melepaskan sebelah cengkramannya dan beralih ke dagu Zoe. Dia cubit dagu lancip yang mulus itu, mengangkat wajah Zoe untuk lebih menengadah lagi. Dua pasang bola mata mereka semakin lama bertemu, terasa semakin mendebarkan dada. Ini adalah pengalaman pertama Zoe bersentuhan sangat intim dengan lawan jenis, jadi bisa dia rasakan desiran-desiran aneh menggerogoti dirinya. Suasana yang mencekam bercampur getaran aneh itu membuat dia terhanyut dan pikirannya tidak berjalan dengan benar. Lalu tanpa Zoe bisa mengelak, si lelaki semakin mendekatkan wajah mereka sehingga kening saling beradu. Bibirnya terbuka beberapa saaat, memberi sentuhan napasnya di wajah cantik itu. Perlahan, lelaki berkata diiringi desah napas yang berat. “Aku adalah lelaki yang ingin kau nikahi.” Seketika suasana itu menjadi membingungkan, lalu perlahan terasa lucu sehingga suasana yang tadinya sempat disukai oleh Zoe, justru sekarang
Selesai menyusun pakaiannya ke dalam lemari, Zoe meregangkan tubuh di atas sofa panjang yang berada di depan jendela kabin. Pemandangan laut yang diterangi lampu-lampu kapal terlihat sangat indah bagaikan pecahan cahaya mutiara di dasar lautan. Gadis itu terhanyut beberapa saat sehingga dia teringat akan Dixon, pemilik kabin yang sudah membiarkannya menumpang. Seketika itu pun Zoe mengetuk kepalanya. “Zoe, apa kau memang harus melakukan ini? Kau menjual tubuhmu demi kabin? Astaga ... aku tidak tahu bahwa kau akan mengalami hal seperti ini,” gumamnya pada diri sendiri. Terbayang wajah kecewa mom dan dad di pelupuk matanya, menyaksikan dua orang tua yang sangat mencintainya itu pasti sangat shock jika tahu putri mereka melakukan hal gila dan menjijikkan. Bahkan jika dad sampai membawanya ke tiang penggantungan pun dia tidak akan bisa membayar semua rasa malu dan kecewa itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk saat ini? Di luar sana jauh lebih berbahaya. “Dixon
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep