"Harry ...."
Suara itu masih sama seperti dulu. Lembut, bernada yang mampu membuat Harry tenang saat mendengarnya. Lelaki itu lantas memeluk Alena dengan erat, seakan mengatakan semua akan baik- baik saja. Alena lalu mengunci bibirnya lagi, tak tega memaksa Harry bercerita.
Sekarang mereka berada di dalam mobil menuju rumah. Harry memutuskan kembali sebab di kantor pun sudah tak ada yang bisa dia lakukan. Menikmati hari dengan anak istri, itu lah yang ingin Harry lakukan sekarang.
Dalam diam, mereka turun dari mobil itu dan langsung disambut si kecil Zoe di taman depan. Anak itu sedang bermain bersama Tiffa. Alena membentang tangannya dan langsung memeluk putri kecil mereka.
"Nona Kecil sedang apa di sini? Menangkap kupu-kupu lagi?" tanya Harry, yang juga ikut memeluk dua wanita yang sangat dia cintai.
"Kupu-kupu." Zoe menunjuk kupu-kupu yang beterbangan di taman bunga.
Sejenak mereka melupakan masalah kantor dan bermain di taman istana. Ale
Alena berlari ke dalam rumah. Dia tak kuasa menunggu jawaban dari Harry, yang menatapnya dengan alis mengerut. Gadis itu merasa sangat tertekan oleh pengakuan Serena yang sangat mengejutkan.Tapi tak berapa lama, Harry sudah menyusulnya di belakang. Tampak Alena tengah menelungkup di atas ranjang tidur mereka, dan jelas dia sedang menangis. Terlihat dari guncangan pundak yang semakin menjadi."Alen."Harry memanggil. Lelaki itu lantas duduk di tepi ranjang, di sebelah Alena. Tangannya bekerja menyentuh puncak kepala istrinya."Maafkan aku."Oh ... Alena ingin menjerit sekarang. Permintaan maaf Harry bisa dia artikan sebagai jawaban atas pertanyaannya di luar tadi. Mereka berselingkuh. Harry dan perempuan bernama Serena itu berselingkuh sampai memiliki seorang anak. Apakah mungkin anak yang tadi dia lihat di dalam mobil? Sudah sangat besar, yang berarti hubungan mereka sudah lama."Semua itu sudah berlalu, Alena. Dan ... kami tida
"Alena, ikut lah denganku."Amanda langsung saja keluar setelah mengatakan kalimat itu. Dia tak punya pilihan selain mengikuti kata mama mertuanya, lalu pergi tanpa meminta ijin dari Harry. Dia harus memastikan lebih dulu apa yang akan Amanda katakan padanya, baru lah Alena akan berbicara dengan Harry.Di taman istana besar itu, Amanda berdiri memunggungi Alena. Dia tidak gentar sama sekali."Apa yang ingin Mama bicarakan?" tanya Alena tanpa berbasa-basi.Kemudian Amanda memutar wajahnya menghadap Alena."Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan lagi padamu, Alena. Serena pasti sudah mengatakannya." Wanita itu berkata.Dengan sedikit tersenyum, Alena mengusir rasa pedih di dalam dadanya untuk menghadapi pembicaraan yang akan menjadi panas."Lalu, apa menurut Mama aku akan menerima anak itu?" Alena sengaja bertanya untuk mendengar apa isi di kepala mertuanya itu.Seperti yang sudah Alena antisipasi, Amanda tampak
Oleh perkataan Amanda yang menyebut Alena hanya bisa melahirkan anak perempuan, dia lantas berniat untuk membuka alat kontrasepsinya. Alena bertekad ingin segera hamil dan melahirkan anak laki-laki untuk dia tunjukkan pada Amanda.Tapi sejak kelahiran Zoe, Alena tidak berpikir akan segera hamil. Lantas, dokter kandungan yang dulu menanganinya sudah tidak bersiaga di istana lagi. Alena harus menemuinya ke rumah sakit tempat sang dokter bertugas.Sebelumnya Harry sudah mengatakan agar Alena bersabar menunggu jadwal dokternya sedikit lebih longgar dan bisa datang ke istana. Tapi menurut Alena, semakin cepat dia melepas alat kontrasepsinya, akan semakin cepat pula kesempatannya untuk hamil. Harry hanya mengijinkan istrinya itu pergi ke rumah sakit, untuk mendukung keputusan Alena.Antrean tidak terlalu panjang sebab Alena dia sudah menelepon sejak tadi malam. Dia hanya menunggu tiga nomor atrean di depannya. Dia duduk di sebuah ruangan ditemani seorang w
"Tuan Raves, aku tau Anda memiliki banyak uang sekarang. Kami sedang kesulitan, dan aku cukup paham dengan maksud Anda. Tapi maaf, suamiku tidak mengajarkan aku untuk mengemis apalagi dari seseorang seperti Anda. Terima kasih, simpan uang Anda untuk hal lainnya, jangan sampai mengalami kesulitan seperti kami," ucap Alena panjang lebar. Wajahnya tersenyum seakan tidak ada beban yang sedang dipikulnya.Kemudian dia membungkuk sopan seperti memperlakukan orang asing. Hati kecil Ezra berbicara.'Apa kita sudah seasing ini, Alena?'"Permisi, aku harus pergi sekarang," sambung Alena lalu membalik badan."Menurutmu mungkin aku seperti menghina. Tapi, Alena, aku hanya tak tega melihatmu kesulitan." Ezra masih berusaha menahan Alena, tapi gadis itu terus saja menuruni tangga yang membuat Ezra merasa frustasi."Alena, aku melakukan ini demi rumah tanggamu. Demi kau dan ... Harry," lanjutnya. Hati lelaki itu sakit mengakui Alena sekarang sudah menjadi istri orang
Alena meremas tangan Harry. Kepalanya mendongak menatap bangunan besar dan mewah yang ada di depan mata. Kediaman keluarga Borisson sangat besar, membuat nyalinya ciut sebelum memasuki istana megah itu. Berkali-kali lipat lebih besar dari istana mereka.Dia merasa sangat kecil berada di bawah anak tangga. Alena menjadi sedikit ragu, apakah pilihannya tepat mengikuti ajakan Harry ke Prancis?"Kau gugup?" bisik Harry di sebelahnya."Hah?" Dia tersadar dari pikiran. "Tidak. Hum ... maksudku, sedikit," lanjut Alena.Tugasnya ke sini untuk menemani Harry. Alena tidak akan lemah di depan suami yang dicintainya itu."Kalau begitu, mari kita masuk."Harry sendiri sudah merasa asing dengan rumah tempatnya dibesarkan itu. Dia tak pernah mendapat kasih sayang sejak kecil di sana. Tak ada rumah yang lebih hangat daripada miliknya bersama Alena dan Zoe.Di tangga paling atas mereka disambut banyak pelayan. Tuan Borisson dan
"Tuan Harry, test akan segera dimulai. Anda sudah siap?"Dua dokter datang menyapa Harry. Ada Harel kecil juga bersama dengan mereka, yang hanya menunduk ketakutan ketika bertemu muka dengannya. Harry menjauhkan matanya dari anak itu untuk tidak membuatnya takut.Bagaimana pun, Harel adalah anak kakaknya. Anak itu tidak bersalah, dia hanya korban dari obsesi ibunya yang menginginkan Harry. Di dalam hatinya pun Harry cukup menyayangi Harel sebagai keponakan, tapi terpaksa dia abaikan perasaan itu demi meyakinkan semua orang bahwa Harry bukan lah ayah dari anak itu."Tunggu lah di sini. Jika Serena mengganggumu, jangan pedulikan perkataannya, oke." Harry mengecup kening Alena."Memangnya kau pikir aku lemah? Tak sia-sia aku jadi istri Harry Borisson, aku sudah cukup terlatih, Tuan Muda," sahut Alena, sengaja memanggilnya seperti itu untuk membuat Harry tertawa.Dokter di depan mereka ikut tersenyum melihat betapa romantis hubungan suami istri itu. L
Seluruh anggota keluarga sedang berkumpul di ruangan itu kecuali Harry. Tuan Borisson berada di single sofa yang selalu menjadi tempat duduknya, sedangkan Amanda ditemani Serena berdampingan di sebuah sofa lainnya. Hanya Alena yang duduk terpisah dan jauh dari tiga anggota lainnya, dan di sebelahnya juga duduk dua dokter yang kemarin melakukan test."Di mana Harry?" tanya Tuan Borisson, entah pada siapa pertanyaan itu dia tujukan yang pasti seluruh mata kini terarah pada Alena.Dia diam. Bahkan Alena sendiri tidak tahu ke mana pergi suaminya. Harry hanya mengatakan akan keluar tanpa menjelaskan tujuannya."Alena, di mana Harry?" Amanda mengulangi pertanyaan itu.Alena berdehem sebelum menjawab. "Harry bilang ada pekerjaan mendadak, Mama Mertua," sahutnya.Tuan Borisson mendengus menandakan tak senang Alena menyebut Amanda mama mertua. Serena pun tersenyum merendahkan."Bukannya dia suamimu? Bagaimana kau mengurusnya selama ini? Bahkan
Mendengarnya, Harry hanya tertawa kecil. Tidak ada tatapan teduh seorang putra untuk ayahnya. Dia melihat Tuan Borisson seperti seorang rentenir yang meminta upah dari semua yang sudah dia berikan."Aku tidak main-main. Semua kata yang keluar dari mulutku adalah sebenarnya!" Tuan Borisson menegaskan lagi.Mungkin dia berpikir Harry akan segera meminta maaf dan berlutut di hadapannya, tapi faktanya tidak. Harry mengangkat wajahnya tanpa sedikit pun merasa gentar."Jangan merendahkanku dengan ancaman seperti itu, Tuan Borisson. Jika Anda menganggapku anak dan mengikuti perkembanganku, aku pikir Anda juga tau seperti apa aku. Aku tak akan membiarkan siapa pun menyentuh milikku, apalagi merebutnya paksa. Tapi ... jika Anda meragukan siapa aku, silakan Anda coba." Matanya dingin bagaikan elang yang siap menerkam mangsa."Harry!"Amanda berlari mengejar putranya. Dia tahu di rumah ini akan ada perang yang sangat besar sebab Harry berani menantang u