Ranjang yang tadi malam sangat berantakan sudah kembali rapi oleh Alena. Dia memang selalu merapikan ranjang setiap kali selesai bercinta dengan Harry. Baginya sangat memalukan jika harus pelayan yang membereskannya. Bukankah rahasia ranjang memang harusnya suami istri saja yang tahu?
Memikirkan kata 'suami istri' membuatnya tersenyum sebelum masuk ke kamar mandi.
Jika dulu Alena menggosok kasar tubuhnya setelah disentuh Harry, belakangan ini dia justru seakan tak ingin menghilangkan bekas sentuhan Harry dari tubuhnya. Alena menggosok pelan setiap inci dari kulit itu berharap bisa mengabadikan bekas tangan dan bibir Harry. Alena bahkan menggerakkan tangannya menirukan cara Harry meremas dada. Oh, Alena ... jangan sampai kau gila.
Cinta memang aneh, ya. Tak memandang pada siapa akhirnya dia akan berlabu. Hubungan yang dijalin bertahun-tahun bisa tiba-tiba kandas hanya karena orang baru yang tadinya sangat Alena benci.
Selepas Alena meng
Sejak kembali dari pesta, Alena menjadi sangat pendiam dan jarang tersenyum. Dia bingung bagaimana akan memulai kalimat untuk menanyakan pada Harry, perihal ucapan Ezra dan Felli. Menguncinya di dalam pikiran pun membuat gadis itu sangat stress. Alena tertekan sendiri oleh ketakutan yang mungkin akan datang sebentar lagi."Ada apa, Alen?" tanya Harry di atas ranjang.Tak biasanya Alena langsung berbaring tanpa berbincang dengan Harry. Alena gadis yang cerewet, ada saja hal yang ingin dia bahas. Tapi malam ini dia benar-benar diam jika Harry tak mengajaknya bicara. Apalagi, sikap Alena pun aneh. Dia memunggungi Harry saat tidur."Tidak. Aku hanya mengantuk, Harry. Mungkin karena lelah di pesta."Harry melihat kejanggalan itu namun dia berusaha berpikir positif. Alena memang jarang pergi ke luar, wajar jika dia kelelahan. Lelaki itu lalu memeluk pinggang istrinya dalam tidur.Begitu pagi datang, Harry berangkat seperti biasa dengan Lukas. Tak l
"Menghilang?" ulang Harry. Netra hitamnya yang berada di sudut mata menjereng melihat Alena. Menakutkan, dia seperti hewan buas yang siap akan menerkam."Kau sudah mengaku mencintaiku, dan kau mengkhawatirkanku saat jauh. Jadi, Alen, jangan berharap aku membiarkanmu hilang barang sedetik pun," sambungnya.Lukas membuka pintu di sebelah Harry dan dia turun dengan tetap memeluk Alena di pangkuannya. Alena malu, dia berusaha turun dari tangan suaminya."Harry ...."Dengar suaranya yang lembut dan berirama? Itu sangat menyenangkan di telinga Harry. Dia ingin terus mendengar Alena menyebut namanya seperti itu hingga kepala mereka penuh dengan rambut putih."Turunkan, Harry. Semua orang melihat kita.""Lantas?" sahut Harry. Lelaki itu sama sekali tak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Dia membawa Alena melewati orang-orang yang sedang makan, untuk menuju ruangan khusus yang sudah mereka pesan.Wajah memerah istrinya yang merona malu semaki
"Bagaimana awal kalian bertemu?"Dua gadis itu tengah berjalan-jalan di taman istana, menikmati matahari sore yang sebentar lagi akan bersembunyi di ufuk barat. Nitty sangat banyak bertanya tentang hubungan Alena dan Harry. Saat pertanyaan itu meluncur dari bibir Nitty, wajah Alena menjadi murah. Apa yang akan Nitty katakan jika Alena memberitahunya?"Kami bertemu di Toko Toserba." Alena berbohong, meski tak sepenuhnya bohong. Harry berkata seperti itu, walau Alena sendiri belum mengenal Harry di sana. Dia hanya tak ingin mengingat kisah menyedihkan yang pernah Harry berikan."Benarkah? Dia langsung mengajakmu pindah ke istana lalu menikah?""Kurang lebih seperti itu," jawab Alena lagi."Aku penasaran bagaimana dia mengatakan cinta padamu. Alena, ceritakan itu.""Bisa kita tidak membahasnya? Menurutku itu sangat pribadi, Nitty." Alena memaksa senyumnya sedikit. Dia bingung, bagaimana bisa Nitty sangat ingin tahu semua
"Alena, kau sudah berjanji memberiku waktu. Bisa kau pegang janjimu, kan?" kata Nitty, sesaat Harry menghilang dari meja makan. Matanya yang berkaca-kaca memohon, seakan Alena adalah Tuhan yang bisa mengabulkan permintaannya. Gadis itu sangat berharap membuat Alena menjadi serba salah."Sebenarnya aku ingin membantumu, Nitty. Tapi ....""Harry sangat keras dan akan memaksamu bicara. Tolong, Alena, ini hanya dua bulan. Kasih aku kesempatan sebelum benar-benar menghilang. Jangan katakan padanya aku lah yang meminta padamu," potong Nitty. Dia meremas tangan Alena seakan meminta kekuatan."Akan kuusahakan."Hati Alena menolak, tak mampu dia melakukan hal yang sangat Nitty inginkan. Tapi bagaimana pun dia juga harus membalas kebaikan gadis itu yang rela melepas Harry untuknya. Lagian, Harry dan Alena saling mencintai. Dengan memberi Nitty sedikit ruang tidak akan membuat cinta mereka hilang begitu saja."Kenapa kau berbohong?"&nb
"Kau berani mengancamku?"Melihat Lukas diperlakukan buruk saja sudah sukses membangkitkan amarah Harry. Lalu Nitty masih dengan berani mengancam dirinya, menyebut-nyebut nama Alena. Sangat tak tahu malu, Nitty tersenyum melihat ekspresi Harry yang lebih mirip dengan hewan buas."Siapa yang bisa mengancam Harry Borisson? Lelaki yang dikenal tak memiliki rasa takut, tentu saja kau akan mengabaikan ancamanku." Nitty mendengus. "Tapi ... bagaimana dengan Alena? Saat dia melihat video yang kusiapkan, aku yakin Alena akan meninggalkanmu, Harry." Tangannya bergerak menuju kerah baju Harry yang langsung ditepis kasar oleh lelaki itu."Jangan berani kau sentuh aku!" Dingin. Nada itu seakan mengandung es balok keluar dari mulutnya.Kikik tawa Nitty terdengar sekilas dan dia berpindah dari depan Harry."Tapi mulai sekarang aku akan sering menyentuhmu. Atau mungkin ... kita harus melanjutkan adegan panas di pesa
Harry mengantar Alena ke kamarnya. Sangat lembut dia meletakkan tubuh istrinya di atas ranjang empuk bilik mereka. Tak lupa Harry menutup tubuh kecil Alena dengan selimut untuk membuatnya hangat. Sebelah kaki yang tadi dipijit pun dinaikkan ke atas bantal agar terasa nyaman. Mata Alena tak pernah lekang dari wajah Harry yang kini juga menatapnya."Ada apa, hum?" tanya Harry. Nadanya yang lembut lebih nyaman dari semua perlakuan yang Harry tujukan padanya.Malu-malu Alena menggeleng kala Harry ikut berbaring di sisinya."Ada yang ingin kau bicarakan, Alen?""Ya. Terima kasih," sahutnya.Tak Alena pungkiri dia sangat bahagia atas perhatian Harry yang langsung tertuju padanya saat mendengar Tiffa berkata kaki Alena sakit. Padahal kaki itu hanya terpelintir kecil, sama sekali tidak terasa sakit. Melihat Nitty terus menggoda Harry lah justru yang lebih menyakitkan baginya."Bukankah kita suami istri. Kenapa kau berte
Harry beranjak dari kursinya mengejar Alena."Alen, jangan dengarkan dia. Aku tidak melakukan seperti yang dia katakan," terangnya, berusaha menjelaskan apa yang terjadi.Plak!Tapi itu lah yang Harry dapatkan dari Alena. Istrinya itu menampar keras pipi kiri Harry."Alen," panggil Harry. Matanya yang memohon meminta Alena percaya pada ucapannya. "Aku tidak berbohong.""Tapi aku mempercayai apa yang kulihat, Harry." Alena mengalihkan tatapan pada Nitty yang tersenyum di atas meja.Gadis itu sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah. Nitty tersenyum sinis, matanya tajam menusuk netra Alena. Sungguh sakit Alena rasakan melihat gadis itu masih tetap dengan dada telanjangnya. Menjijikkan. Alena tak kuat menahan diri di sana lebih lama."Alen, ayo kita jelaskan semua ini-""Tidak. Jangan menyentuhku. Kau tetap lah lelaki kotor yang tak akan pernah berubah," potong Alena. Suaranya datar, Alena
Berhari-hari Alena hanya diam mengurung diri di dalam kamar. Dia tak berminat keluar dari pintu yang selalu dikuncinya dengan rapat. Hanya di saat Harry kembali dan berangkat ke kantor saja lah pintu itu terbuka.Setiap malamnya dia lalui dengan duduk bersandar pada kepala ranjang, atau berbaring membelakangi Harry. Alena seperti mayat hidup yang masih bernapas. Jika Harry mencoba membenarkan tidurnya, Alena akan menepis tangan lelaki itu. Dia tak ingin disentuh bahkan seujung kuku pun.Sekuat apa pun Harry mendekat, Alena terus memaksanya menjauh. Dia tak ingin berbicara dengan Harry dan bahkan tidur pun Alena sangat menjaga jarak agar Harry tak menyentuhnya. Seperti musuh. Alena sungguh tak ingin mendengar sepatah kata dari Harry."Berbaring lah yang benar. Aku akan tidur di sofa." Harry membawa bantalnya menuju sofa yang berjarak dua meter dari ranjang. Dengan wajah menghadap istrinya dia tidur di sana setiap malam.Tingginya yang melebih