Share

Enam

Author: Rini S
last update Last Updated: 2021-09-25 21:32:59

Tak membuang waktu Marni segera memanggil Tanti dan berbicara padanya di dapur berdua saja, sementara Emak disuruhnya tuk menemani Dara dan Teh Sari di depan.

"Tan, langsung saja, ya, bibi mau nanya, kamu tahu bapak dari bayi yang dilahirkan Dara?" tanya Marni dengan memperhatikan wajahnya dengan seksama.

Tanti tampak gugup, ia memaikan jemarinya dan menunduk. 

"Tidak, Bi, jika tahu sudah Tanti beri tahu dari dulu!" serunya.

Ah ... lagi-lagi Marni merasa dibuat geram dengan tingkah bocah di depannya, menanyai Dara ... hanya diam seribu bahasa. Vina, banyak berkelit, dan kini Tanti. Marni yakin dia tahu sesuatu. Namun seperti ketakutan tuk berbicara padanya.

"Tan, jangan takut, bibi gak akan bilang siapa-siapa. Atau gini deh, kamu tahu gak siapa saja lelaki yang dekat dengan Dara? Bibi memang selalu bersama saat di pasar, tapi setelah di rumah 'kan kebanyakan tidurnya di rumah Nenek kalian, iya 'kan?" 

"Tapi 'kan gantian Bi ..., gak selalu bersama. Kalau  Dara yang nginep Tanti enggak," jawabnya yakin.

Marni sudah tak bisa berpikir lagi cara merayu Tanti dan akhirnya ia biarkan saja dia pergi tanpa bertanya lagi.

Lalu, tak lama Vina kembali menghampiri dan memberitahu bahwa dirinya telah menghubungi Ivan yang katanya akan datang nanti sore bersama bapaknya. Mau tak mau rencana pernikahan yang telah matang akan diadakan dua minggu lagi kini harus dibicarakan kembali.

"Bu, hampir siang ini sudah jam sebelas, sebaiknya Ibu makan dulu. Tadi A Deni beliin makanan dan lauk buat kita makan!" seru vina.

Namun, bukannya lapar, kini perasaan Marni tak karuan meski raganya lemas rasa ingin tahu bapak dari anaknya Dara dengan segera sudah tak terkira.

"Oya vin, ibu sampai lupa dengan urusan bayi dan hal lainnya. Untung ada kamu, terima kasih Vina, ibu tak tahu jika kamu tidak ada," ucapnya pada Vina.

"Makasih, Maaf. Itu terus kata-kata ibu dari semalam. Alhamdulillah kita punya saudara yang pengertian Bu, dari semalan Wa Sari ikut membantu mengurus bayi, bahkan teh Tari dan suaminya sigap mengurus segala keperluannya seperti membeli susu, diapers dan lain-lain. Mak Eem yang memberi perintah pada A Deni tuk membeli ini itu. Dia sih senang mengingat istrinya Teh Tari juga tengah hamil besar itung-itung lagi belajar katanya," jelas Vina pada sang ibu.

"Loh uangnya dari mana, Vin?"

"Dara yang beri Bu, mungkin uang pemberian calon mertuanya kemarin," tutur Vina.

Benar, Marni beruntung dikelilingi orang-orang yang perduli padanya. Jujur saja peristiwa semalam membuatnya tak karuan hingga kini. Bagaimana tidak? Dara melahirkan tiba-tiba dengan proses tak biasa, bahkan Marni baru menyadari, saat keluar sang bayi langsung terpisah dari ari-ari, tanpa harus dipotong dahulu tali penyambungnya. Juga Dara yang seperti mengeluarkan kotoran saja setelah melahirkan membuatnya bergidik ngeri. Namun, benar kata Mak Eem semalam, ia tengah menghadapi kejadian yang awalnya dilakukan atas hasutan setan, sungguh mengerikan.

Setelah memaksakan bersantap siang demi memiliki tenaga, Marni pun menemui Dara di ruang tengah yang ditemani Emak, Dan Teh Tuti juga tanti. Sementara Teh Sari telah pulang kerumah sepertinya, dan Mak Eem ijin pulang dahulu setelah selesai mengurusi bayi dan memastikan keadaan Dara baik-baik saja. 

"Assalamuallaikum ... " sapa seseorang di luar rumah.

Pintu depan memang segaja sudah di tutup rapat oleh Vina, karena lelah oleh para tetangga yang tak henti mendatangi rumah ini tuk melihat bayi Dara yang di lahirkan tiba-tiba. Saat Marni membuka pintu ternyata Juragan Heri yang menyapa, dia adalah orang terkaya di kampung ini, seorang pemilik beberapa usaha di pasar tempat Marni berjualan, dia memiliki beberapa kios perabotan, sayuran, dan juga pemilik usaha ayam potong ternama disini.

"Juragan ,... masuk Juragan," sambutnya mempersilahkan dan membuka pintu lebar-lebar.

"Kang Midun, tolong turunkan barang bawaan saya dari mobil dan serahkan pada Ceu Marni!" perintahnya pada supir pribadi yang mendampinginya.

Sang supir mengiayakan lalu menurunkan barang-barang yang ternyata tak sedikit. Ada perlengkapan bayi secara lengkap di sana, hingga kasur dan hal-hal kecil seperti sarung tangan dan lain-lain ia bawakan. Ada juga makanan dan buah-buahan yang banyak. Aku sampai terheran-heran menyaksikan ini semua.

"Maaf Juragan, ini semua untuk kami?" tanyaku heran.

"Iya Marni, di pasar ,berita soal Dara yang melahirkan tengah hangat jadi perbincangan. Setiap aku melangkah yang jadi pembicaraan adalah kejadian ini, saya prihatin Marni. Sebagai tetangga satu kampung walau berbeda RT, tentu aku peduli padamu dan keluarga."

"Pasti kalian butuh barang-barang ini semua 'kan Marni?" tanyanya kemudian.

Marni tak heran, mengingat dia seorang yang dermawan di kampung ini. Tak ia sangka saat mendapat musibah memalukan seperti ini dia masih mau peduli juga ternyata. Lalu Marni dan Juragan heri berbincang sebentar, dia pun berpamitan tuk pulang.

"Siapa yang datang, Bu? Barang-barang sebanyak ini siapa yang membawakan?" tanya Vina yang baru saja selesai mencuci perabotan di dapur.

"Juragan Heri, Vin," jawab ibunya datar.

"Hah, Juragan Heri?" tanggapnya seakan tak percaya. Vina langsung melirik adiknya Dara.

"Kenapa kaget begitu tanggapanmu Vin?" tanya Marni heran.

"Ah, tidak, Bu. Hanya heran saja dia baik banget bawain barang sebanyak ini," tuturnya.

Mungkin Vina belum tahu jika memang Juragan Heri seorang yang Dermawan di kampung ini.

Siang mulai beranjak senja dan kini mereka tengah menanti kedatangan Ivan dan Bapaknya. Emak, Teh Tuti dan Tanti juga sudah pulang kerumahnya masing-masing. Dan kini tinggal Marni dan ketiga anaknya beserta seorang bayi yang belum mereka kasih nama.

Marni merebahkan diri di samping bayi kecil yang kini telah terbungkus rapih oleh bedongan, dan aromanya sungguh wangi khas bayi, membuatnya bangkit kembali dan ingin menggendongnya.

"Kasihan kamu nak, terlahir dengan cara yang tak wajar seperti ini. Bahkan hingga kini aku belum tahu siapa Bapakmu?" lirihnya seraya memandangnya. Bayi itu begitu cantik seperti Dara ibunya.

Lalu ia lihat Dara berjalan menuju pintu dan membukanya. Ternyata Ivan sudah ada di halaman, mungkin ia telah mengirim pesan agar Dara keluar menemuinya. Mereka tampak berbincang sebentar, kemudian memasuki rumah ini. 

"Loh mana Bapakmu, Van?" tanya Marni saat menyambutnya. Ivan menciumi punggung tangannya dengan takjim, dia memang pemuda yang dikenal sopan dan berwibawa meski usianya masih dua puluh satu tahun.

"Nanti, Bu, nyusul," jawabnya seraya tersenyum.

Dia pun duduk di samping Marni dan memandangi bayi yang ada di pangkuannya. 

"Sudah diberi nama?" tanyanya memecah kecanggungan.

"Belum Van," jawab Marni.

"Bu, boleh saya gendong dan mengadzaninya?" 

Seketika Marni terhenyak luar biasa, bahkan bayi ini belum diadzani saat lahir tadi malam.

" Astagfirullah iya, Van, bayi ini belum di adzanin," ucapnya panik.

"Sudah, Bu, tadi sama A Deni," sela Dara.

Marni pun mengembuskan napas kasar tanda lega ....

"Maklum, Van, ini terjadi mendadak membuat ibu tak waras menghadapinya," ucapnya merasa buruk.

Kemudian ia serahkan bayi itu pada Ivan. Terlihat ia memandanginya lekat, lalu bulir bening mulai keluar dari mata tajamnya.

"Jangan takut, Bu, meski aku bukan Bapaknya tapi aku akan tetap menikahi Dara dan menjadi bapak dari bayi ini."

Bersambung ....

Related chapters

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tujuh

    Marni cukup terhenyak mendengar penuturan Ivan. Ia tak menyangka pemuda di hadapannya tidak gentar meski kenyataan pahit terjadi di depan mata."Dengar, Van, kamu itu masih muda dan bisa mencari yang lebih baik dari Dara. Mohon jangan gegabah, menikah itu bukan permainan, Nak," ucapnya menanggapi Ivan yang terlihat tenang."Ada Ivan, kapan datang?" sela Danu yang muncul dari balik kamar baru bagun dari tidurnya."Barusan, Pak, belum lama."Danu kemudian pamit hendak membersihkan diri dahulu, sebelum bercengkrama lebih lanjut dengan Ivan."A, kalo nikah sama Kak Vina aja gimana?" seloroh Dara membuat Marni tersentak.Mulut Marni menganga, mendengar penuturan Dara yang terkesan memandang pernikahan adalah main-main belaka. Wajar saja, dia memang masih remaja."Dek, kamu ini ... memang yah, aduh ... makanya sekolah, ngaji deh terusin, asal b

    Last Updated : 2021-09-26
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Delapan

    Vina Yulianti. Itulah nama yang Marni dan sang suami berikan pada putri sulung mereka. Dulu, Vina selalu mempermasalahkan namanya yang berbeda dari kedua adiknya. Dara dan Damar. Mereka di beri nama dengan awalan huruf D sama dengan Bapaknya, Danu.Bahkan Vina sempat berpikir jika Vina ini anak pungut, perihal pemberian nama yang berbeda tersebut. Namun, seiring waktu semakin ua dewasa, Vina tak lagi memikirkan hal sepele seperti itu. Bahkan Vina sering dicaci maki oleh ibunya karena berbeda dengan adiknya Dara, yang pendiam dan penurut. Vina memang selalu membangkang karena tak terima dengan pemikiran ibu dan bapaknya yang masih primitif.Dalam bergaul, menurut mereka Vina keterlaluan, karena memiliki banyak teman yang sering datang dari berbagai kalangan, juga banyaknya teman lelaki yang menurut mereka tak pantas. Dara seorang yang pendiam dan bisa dibilang memiliki teman yang sedikit, hanya di sekitar rum

    Last Updated : 2021-09-26
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sembilan

    Meski sudah membela diri sebisanya. Mereka tetap memarahi dan menuduhnya."Putri ibu dan bapak kan ada dua, Buk, bisa saja Dara yang mereka maksud," ucapnya membela diri."Dara itu gadis baik-baik, pendiam dan gak aneh-aneh. Kesehariannya hanya di pasar membantu ibu, lalu pulang merapihkan rumah dan malamnya terkadang menemani nenekmu. Itu saja! Mana mungkin dia keluyuran tidak jelas, Vina?"Vina menyerah dan pasrah. Ia kembalikan semua pada sang waktu, biar Dia yang menjawabnya. Mata dan hati kedua orang tuanya telah benar-benar tertutup oleh keluguan yang semu. Biarlah, bagaimanapun di sini Vina lah yang harus kuat menjalani.Hinga suatu hari, Vina membuka lemari baju Dara yang bersebelahan dengan lemarinya tanpa sengaja. Pembalut yang selalu ibu mereka belikan tiap bulan tersusun rapih ada lima bungkus di sana."Dek sini!" teriaknya pada Dara yang hendak be

    Last Updated : 2021-09-26
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sepuluh

    Ini hari kedua yang dilewati keluarga Marni dengan kenyataan pahit di depan mata. Dan Marni bersyukur, tadi malam masih mampu terlelap dengan nikmat."Dara kasih ponselmu pada ibu sekarang, emari!" gertak Marni seraya mengulurkan tangan.Tak melawan, Dara memberikannya. Marni pun segera bangkit dari hadapannya tak ingin banyak bertatap. Entahlah ..., hatinya selalu perih saat dekat dan berhadapan dengan putrinya."Vin, kamu sekolah hari ini?" tanya Marni pada Vina yang baru saja selesai sholat shubuh."Sekolah, Bu, aku takut ketinggalan banyak pelajaran." "Yasudah, ibu juga mau berjualan. Kamu bilangin adikmu tuk menjaga anaknya sendiri, nanti wa Sari juga pasti menemani," perintah Marni.Vina menatapnya heran, seraya berjalan menuju dapur. Dan Marni mengikutinya."Bu lebih baik jangan dulu berjualanlah, Kasihan Adek. Lagian Ibu memangnya sudah siap menghadapi dunia luar?" tanyanya."Siap gak si

    Last Updated : 2021-09-29
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sebelas

    Hari ini ternyata jualannya masih banyak yang membeli, benarlah kata pepatah. Masalah bukan untuk diratapi. Namun, harus dihadapi.Sudah jam tiga sore, dan pasar mulai sepi dari para penjual juga pengunjung, Marni memberekan etalase dan membersihkan alat-alat jualan dan merapihkannya, lalu pulang dijemput suaminya."Bu, Juragan mengirim satu ekor kambing barusan kerumah, kata Vina, untuk akikahnya bayi Dara katanya," ungkap Danu saat di jalan."Kok aku jadi curiga sama Juragan! Rasanya berlebihan menanggapi dan memberi perhatian atas lahirnya bayi dari Dara ini, Bu," lanjutnya."Tadi Juragan juga menghampiriku di pasar Pak. Dan aku baru tahu jika ternyata Ivan masih kerabatnya! Mungkin itu alasannya." Marni tak mau curiga pada Juragan Heri, karena rasanya tak mungkin dan tak masuk akal. Namun, setelah ia timbang kembali, ucapan suaminya ada benarnya juga."Tapi ada benarnya juga pak. Kurasa kita harus menyecar Dara d

    Last Updated : 2021-09-29
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Dua belas

    "Dara cantik sekali Bu Marni," ucap Bu Ratna yang tengah merias wajah Dara.Marni mendampinginya dengan Syifa di gendongan. Ia mentatap wajah sendu sang putri dengan seksama. Kasihan dia, terjerumus dalam nista dosa terdalam, melakukan zina dalam waktu lama dan yang Marni sesali adalah ia sebagai ibu yang tak peka. Andai Marni mampu mencegahnya, sudah pasti Dara mau mengerti. Andai setiap omongan Vina juga ia telaah dengan benar pada saat itu. Mungkin hari ini adalah hari paling bahagia bagi semua. Tapi kini, ada sedikit getir di hatinya melihat gadis yang ia lahirkan enam belas tahun lalu itu hendak melepas lajang."Sudahlah, Bu," bisik Vina, seraya mengusap-usap punggung ibunya. Sepertinya Vina faham betul dengan apa yang tengah dirasakan oleh sang ibu, kesedihan dan kekecewaan itu tergambar jelas meski kini harusnya menjadi hari bahagia."Bu, sebaiknya Syifa titip di rumah Wa Sari agar tak repot, dan terdengar menangis saat tamu dari keluarga Ivan

    Last Updated : 2021-10-01
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tiga Belas

    Dara, Dara, Dara, Dara.Namanya tengah menjadi buah bibir satu kampung saat ini, jadi bahan gibahan tetangga. Mereka menghakiminya yang melahirkan tepat seletah lamaran. Dan statusnya yang tentu masih gadis, pastinya menggemparkan.Mereka tak tahu penderitaan gadis itu yang awalnya terjerat dalam lingkaran kekuasan Juragan Heri, yang seolah membungkamnya tuk tak bersuara hingga sekarang.**"Nak, bapak terlanjur ada penumpang ini, gimana? Apa kamu mau tunggu sebentar? Atau naik ojek lain saja?" ujar bapaknya, yang mangkal di bawah gedung pasar suatu hari saat Dara hendak pulang seperti biasa. Selepas dzuhur Dara pulang duluan dari pasar setelah dari pagi buta ia membantu ibunya memasak dan berjualan. Dan Dara selalu diantar bapaknya saat pulang kerumah."Jarak kerumah saya hampir satu jam loh, Mang," ujar penumpangnya Danu ."Ya, sudah, Pak, aku naik angkot saja tak apa," kata gadis itu dan berlalu. Dara takut j

    Last Updated : 2021-10-07
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Empat Belas

    WARNING bab ini mengandung bacaan dewasa. Ada beberapa dialog vulgarnya. Mohon tidak dibaca anak di bawah umur.Saat tiba di rumah, ternyata Vina belum pulang, hanya ada Damar yang tengah menantinya.Sejek kejadian itu Dara merasa kemaluannya perih dan terasa sakit tuk beberapa hari. Ingin sekali bicara pada ibunya dan Vina sang kaka. Namun, ancaman Jaya selalu bergema di kepala membuatnya takut dan mencoba melupakannya saja.Untuk sekian lama Dara takut jika berjalan sendirian, ia merasa hidupnya kini dalam ancaman. Ia menyesal telah terlibat dengan putra penguasa yang membuatnya tak berdaya.Hingga tiba suatu saat, Dara bertemu pemuda bernama Jajang di pasar, membuat hari-harinya yang suram perlahan berganti cerah lagi oleh pria berkulit hitam manis tersebut. Dia dan ibunya selalu memesan sarapan pada ibunya Dara, dan ibunya menyuruh Dara tiap pagi tuk menghantar pesanannya Jajang.Makin lama Dara makin dekat dengan Jajang. Jajang bai

    Last Updated : 2021-10-14

Latest chapter

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Empat Belas

    WARNING bab ini mengandung bacaan dewasa. Ada beberapa dialog vulgarnya. Mohon tidak dibaca anak di bawah umur.Saat tiba di rumah, ternyata Vina belum pulang, hanya ada Damar yang tengah menantinya.Sejek kejadian itu Dara merasa kemaluannya perih dan terasa sakit tuk beberapa hari. Ingin sekali bicara pada ibunya dan Vina sang kaka. Namun, ancaman Jaya selalu bergema di kepala membuatnya takut dan mencoba melupakannya saja.Untuk sekian lama Dara takut jika berjalan sendirian, ia merasa hidupnya kini dalam ancaman. Ia menyesal telah terlibat dengan putra penguasa yang membuatnya tak berdaya.Hingga tiba suatu saat, Dara bertemu pemuda bernama Jajang di pasar, membuat hari-harinya yang suram perlahan berganti cerah lagi oleh pria berkulit hitam manis tersebut. Dia dan ibunya selalu memesan sarapan pada ibunya Dara, dan ibunya menyuruh Dara tiap pagi tuk menghantar pesanannya Jajang.Makin lama Dara makin dekat dengan Jajang. Jajang bai

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tiga Belas

    Dara, Dara, Dara, Dara.Namanya tengah menjadi buah bibir satu kampung saat ini, jadi bahan gibahan tetangga. Mereka menghakiminya yang melahirkan tepat seletah lamaran. Dan statusnya yang tentu masih gadis, pastinya menggemparkan.Mereka tak tahu penderitaan gadis itu yang awalnya terjerat dalam lingkaran kekuasan Juragan Heri, yang seolah membungkamnya tuk tak bersuara hingga sekarang.**"Nak, bapak terlanjur ada penumpang ini, gimana? Apa kamu mau tunggu sebentar? Atau naik ojek lain saja?" ujar bapaknya, yang mangkal di bawah gedung pasar suatu hari saat Dara hendak pulang seperti biasa. Selepas dzuhur Dara pulang duluan dari pasar setelah dari pagi buta ia membantu ibunya memasak dan berjualan. Dan Dara selalu diantar bapaknya saat pulang kerumah."Jarak kerumah saya hampir satu jam loh, Mang," ujar penumpangnya Danu ."Ya, sudah, Pak, aku naik angkot saja tak apa," kata gadis itu dan berlalu. Dara takut j

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Dua belas

    "Dara cantik sekali Bu Marni," ucap Bu Ratna yang tengah merias wajah Dara.Marni mendampinginya dengan Syifa di gendongan. Ia mentatap wajah sendu sang putri dengan seksama. Kasihan dia, terjerumus dalam nista dosa terdalam, melakukan zina dalam waktu lama dan yang Marni sesali adalah ia sebagai ibu yang tak peka. Andai Marni mampu mencegahnya, sudah pasti Dara mau mengerti. Andai setiap omongan Vina juga ia telaah dengan benar pada saat itu. Mungkin hari ini adalah hari paling bahagia bagi semua. Tapi kini, ada sedikit getir di hatinya melihat gadis yang ia lahirkan enam belas tahun lalu itu hendak melepas lajang."Sudahlah, Bu," bisik Vina, seraya mengusap-usap punggung ibunya. Sepertinya Vina faham betul dengan apa yang tengah dirasakan oleh sang ibu, kesedihan dan kekecewaan itu tergambar jelas meski kini harusnya menjadi hari bahagia."Bu, sebaiknya Syifa titip di rumah Wa Sari agar tak repot, dan terdengar menangis saat tamu dari keluarga Ivan

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sebelas

    Hari ini ternyata jualannya masih banyak yang membeli, benarlah kata pepatah. Masalah bukan untuk diratapi. Namun, harus dihadapi.Sudah jam tiga sore, dan pasar mulai sepi dari para penjual juga pengunjung, Marni memberekan etalase dan membersihkan alat-alat jualan dan merapihkannya, lalu pulang dijemput suaminya."Bu, Juragan mengirim satu ekor kambing barusan kerumah, kata Vina, untuk akikahnya bayi Dara katanya," ungkap Danu saat di jalan."Kok aku jadi curiga sama Juragan! Rasanya berlebihan menanggapi dan memberi perhatian atas lahirnya bayi dari Dara ini, Bu," lanjutnya."Tadi Juragan juga menghampiriku di pasar Pak. Dan aku baru tahu jika ternyata Ivan masih kerabatnya! Mungkin itu alasannya." Marni tak mau curiga pada Juragan Heri, karena rasanya tak mungkin dan tak masuk akal. Namun, setelah ia timbang kembali, ucapan suaminya ada benarnya juga."Tapi ada benarnya juga pak. Kurasa kita harus menyecar Dara d

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sepuluh

    Ini hari kedua yang dilewati keluarga Marni dengan kenyataan pahit di depan mata. Dan Marni bersyukur, tadi malam masih mampu terlelap dengan nikmat."Dara kasih ponselmu pada ibu sekarang, emari!" gertak Marni seraya mengulurkan tangan.Tak melawan, Dara memberikannya. Marni pun segera bangkit dari hadapannya tak ingin banyak bertatap. Entahlah ..., hatinya selalu perih saat dekat dan berhadapan dengan putrinya."Vin, kamu sekolah hari ini?" tanya Marni pada Vina yang baru saja selesai sholat shubuh."Sekolah, Bu, aku takut ketinggalan banyak pelajaran." "Yasudah, ibu juga mau berjualan. Kamu bilangin adikmu tuk menjaga anaknya sendiri, nanti wa Sari juga pasti menemani," perintah Marni.Vina menatapnya heran, seraya berjalan menuju dapur. Dan Marni mengikutinya."Bu lebih baik jangan dulu berjualanlah, Kasihan Adek. Lagian Ibu memangnya sudah siap menghadapi dunia luar?" tanyanya."Siap gak si

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sembilan

    Meski sudah membela diri sebisanya. Mereka tetap memarahi dan menuduhnya."Putri ibu dan bapak kan ada dua, Buk, bisa saja Dara yang mereka maksud," ucapnya membela diri."Dara itu gadis baik-baik, pendiam dan gak aneh-aneh. Kesehariannya hanya di pasar membantu ibu, lalu pulang merapihkan rumah dan malamnya terkadang menemani nenekmu. Itu saja! Mana mungkin dia keluyuran tidak jelas, Vina?"Vina menyerah dan pasrah. Ia kembalikan semua pada sang waktu, biar Dia yang menjawabnya. Mata dan hati kedua orang tuanya telah benar-benar tertutup oleh keluguan yang semu. Biarlah, bagaimanapun di sini Vina lah yang harus kuat menjalani.Hinga suatu hari, Vina membuka lemari baju Dara yang bersebelahan dengan lemarinya tanpa sengaja. Pembalut yang selalu ibu mereka belikan tiap bulan tersusun rapih ada lima bungkus di sana."Dek sini!" teriaknya pada Dara yang hendak be

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Delapan

    Vina Yulianti. Itulah nama yang Marni dan sang suami berikan pada putri sulung mereka. Dulu, Vina selalu mempermasalahkan namanya yang berbeda dari kedua adiknya. Dara dan Damar. Mereka di beri nama dengan awalan huruf D sama dengan Bapaknya, Danu.Bahkan Vina sempat berpikir jika Vina ini anak pungut, perihal pemberian nama yang berbeda tersebut. Namun, seiring waktu semakin ua dewasa, Vina tak lagi memikirkan hal sepele seperti itu. Bahkan Vina sering dicaci maki oleh ibunya karena berbeda dengan adiknya Dara, yang pendiam dan penurut. Vina memang selalu membangkang karena tak terima dengan pemikiran ibu dan bapaknya yang masih primitif.Dalam bergaul, menurut mereka Vina keterlaluan, karena memiliki banyak teman yang sering datang dari berbagai kalangan, juga banyaknya teman lelaki yang menurut mereka tak pantas. Dara seorang yang pendiam dan bisa dibilang memiliki teman yang sedikit, hanya di sekitar rum

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tujuh

    Marni cukup terhenyak mendengar penuturan Ivan. Ia tak menyangka pemuda di hadapannya tidak gentar meski kenyataan pahit terjadi di depan mata."Dengar, Van, kamu itu masih muda dan bisa mencari yang lebih baik dari Dara. Mohon jangan gegabah, menikah itu bukan permainan, Nak," ucapnya menanggapi Ivan yang terlihat tenang."Ada Ivan, kapan datang?" sela Danu yang muncul dari balik kamar baru bagun dari tidurnya."Barusan, Pak, belum lama."Danu kemudian pamit hendak membersihkan diri dahulu, sebelum bercengkrama lebih lanjut dengan Ivan."A, kalo nikah sama Kak Vina aja gimana?" seloroh Dara membuat Marni tersentak.Mulut Marni menganga, mendengar penuturan Dara yang terkesan memandang pernikahan adalah main-main belaka. Wajar saja, dia memang masih remaja."Dek, kamu ini ... memang yah, aduh ... makanya sekolah, ngaji deh terusin, asal b

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Enam

    Tak membuang waktu Marni segera memanggil Tanti dan berbicara padanya di dapur berdua saja, sementara Emak disuruhnya tuk menemani Dara dan Teh Sari di depan."Tan, langsung saja, ya, bibi mau nanya, kamu tahu bapak dari bayi yang dilahirkan Dara?" tanya Marni dengan memperhatikan wajahnya dengan seksama.Tanti tampak gugup, ia memaikan jemarinya dan menunduk."Tidak, Bi, jika tahu sudah Tanti beri tahu dari dulu!" serunya.Ah ... lagi-lagi Marni merasa dibuat geram dengan tingkah bocah di depannya, menanyai Dara ... hanya diam seribu bahasa. Vina, banyak berkelit, dan kini Tanti. Marni yakin dia tahu sesuatu. Namun seperti ketakutan tuk berbicara padanya."Tan, jangan takut, bibi gak akan bilang siapa-siapa. Atau gini deh, kamu tahu gak siapa saja lelaki yang dekat dengan Dara? Bibi memang selalu bersama saat di pasar, tapi setelah di rumah 'kan kebanyakan tidurnya di ruma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status