Share

Dua

Author: Rini S
last update Last Updated: 2021-09-25 20:24:43

"Vina jawab ibu!" teriaknya dengan air mata yang mulai bercucuran.

"Dara, apa iya kamu mau melahirkan?" lanjutnya pada Dara.

Vina hanya menunduk, sedangkan Dara makin meringis-ringis seperti menahan sakit.

"Damar keluar Nak. Tunggu di kamarmu saja yah," ucap suaminya dengan tenang. Pada Damar yang masih kecil dan tak layak mendapati pemandangan ini di depan matanya.

Sungguh Marni tak tahu hendak melakukan apa sekarang, kata yang hendak diucapkan rasanya berbenturan saking banyaknya pertanyaan.

"Sudah, Bu tanyanya nanti saja tolong Dara dulu sekarang," ucap Vina yang mulai bangkit memegangi adiknya yang tengah kesakitan. Marni dan suaminya saling tatap. Banyak tanya hingga tak tahu hendak berbuat apa.

"Kak tolong buka celana dalamku kak! Aku merasa ada yang merangsak keluar di kemaluanku," gertak Dara mengagetkan.

Seketika Vina melakukannya. Melepas celana dalam Dara dan Marni kaget luar biasa melihat kejadian di depan matanya. Kepala bayi manusia tampak keluar dari kemaluan putrinya. Ingin menjerit. Namun, ia tahan ....

"Mas, benar Dara melahirkan Mas!" teriaknya histeris.

Danu tampak masih tak percaya sama seperti istrinya. Namun, dengan sigap dia menghampiri putrinya dan memegangi tangan Dara tanda memberi kekuatan.

Dengan dua kali mengejan, bayi itu keluar di iringi semburan darah dari kemaluan Dara anaknya. Dara ..., yah, Dara gadis kebanggaan, yang selalu membuat kedua orang tuanya kagum akan kebaikannya, dia yang penurut dan selalu mengerti orang tua. Kini Dara menyajikan pemandangan mengerikan di depan mata. 

"Oe...oe...oe...." bayi itu menangis mengiris hati Marni yang mendengarnya. Dia lahir tepat pukul sebelas malam. Marni hampir tak kuat menahan beratnya kepala yang berpikiran macam-macam. Namun Marni tahan sebisanya. Dan berusaha meraih bayi mungil yang ternyata berjenis kelamin perempuan.

Untuk sesaat tak ada saling sapa diantara mereka berempat. Hanya terpaku pada bayi yang baru dilahirkan Dara.

Lalu Vina bangkit dan meraih sesuatu dari lemarinya kemudian menghampiri ibunya.

"Bu, selimutin bayinya pake kain jarik ini kasihan sepertinya dia kedinginan," ucapnya seraya mengulurkan sehelai kain jarik di tangan.

Dengan sigap Marni melap kotoran yang menempel pada bayi tersebut lalu membungkusnya dengan kain jarik yang di bawa Vina. Saat hendak menidurkan bayi yang mulai tenang. Niatnya ingin membantu Dara tuk membersihkan dirinya. Namun, pemandangan luar bisa kembali tersaji. Dara berjalan keluar kamar menuju kamar mandi dengan santainya, tak ada sedikitpun raut lelah atau sakit di wajah Dara layaknya orang pasca melahirkan.

Danu menatap istrinya penuh tanya. Sedangkan Vina tampak sibuk membersihkan sisa darah di lantai yang cukup banyak. Tak lama Dara kembali ke kamar dan membuka lemarinya tuk berganti pakaian. Dengan sehelai baju dan celana panjang di tangan, dia kembali memasuki kamar mandi dan keluar kembali dengan raga yang segar bugar dengan mengenakan pakaian yang telah bersih dari darah.

"Astagfirullah," ucap Marni dan Danu bersamaan.

Dara merebahkan dirinya di ranjang dengan menata bantal agar posisinya nyaman. Marni mendekati dia dan menatapnya dalam.

"Dara, jujur kepala ibu masih terlalu pusing dengan kejadian ini. Tapi ibu penasaran, siapa bapak dari bayi yang kamu lahirkan barusan, Nak?" tanyanya dengan terisak.

Dara hanya menunduk dan menangis. 

"Bu, aku cape dan mengantuk, boleh aku tidur dulu?" ucapnya sendu.

Lagi-lagi Marni hanya bisa beristigfar mendapati Dara yang berprilaku layaknya hewan yang telah melahirkan. Bahkan dia dengan cepat mengantuk dan ingin tidur saja, tanpa menjelaskan apapun pada kami semua.

"Bu gimana ini bayinya? Bahkan kita tak punya baju bayi tuk melindunginya dari dinginnya malam. Hanya di bungkus kain jarik begini, Bu," ucap suaminya kebingungan.

Benar ..., meski beribu tanya menggelayut di kepala tentang ini semua. Bayi ini yang harus mereka pikirkan sekarang.

"Pak, sebaiknya panggil Mak Eem, Pak biar bayinya diurus, juga melihat keadaan Dara. Meski dia terlihat baik ibu takut dia kenapa-napa," ucap Marni sedikit panik.

Sudah tak ada rasa takut terlitas di kepalanya saat ini. Padahal dengan memanggil Mak Eem paraji di kampung ini, pasti akan banyak orang yang mengetahui peristiwa memalukan kini tengah terjadi di dalam rumahnya. Tadi siang rumahnya riuh oleh ramainya tamu acara lamaran Dara. Dan besok pagi ... bisa jadi rumah ini ramai oleh tetangga yang penasaran akan bayi yang dilahirkan Dara tanpa seorang ayah.

Saat menunggu kedatangan Mak Eem dan suaminya. Aku memperhatikan wajah bayi yang ia geletakkan di ruang tengah di atas tikar yang dia gelar. Tak mirip dengan Ivan ... siapa bapak dari bayi ini? sungguh Marni penasaran dengan hal itu. Mengapa dia bisa kecolongan oleh Dara yang dikira polos dan penurut? Apa iya gara-gara dia terlalu penurut sampai lelaki yang berbuat hina saja dia turuti? Ah kepala Marni ingin pecah memikirkan ini semua ... bahkan Marni tak sadar dengan perubahan badan anaknya yang membesar.

Pandangannya menerawang tak tentu arah. Lalu ia dapati jaket yang menggantung di balik tembok kamar Vina dan Dara yang terlihat dari ruang tengah tempatnya berada. Sering, bahkan hampir tiap hari Dara memakainya. Marni pun kembali memasuki kamar Dara dan mendapati dia yang tengah tertidur pulas dengan kakaknya Vina yang tengah menangis di sampingnya.

"Vin ...," sapanya memeluk putri sulungnya. Tangis mereka pecah seketika dan Vina berkata.

"Maafin Vina tak bisa jaga Dara, Bu." 

Hati Marni bagai teriris mendengarnya. Sulungnya yang selalu ia anggap hina ternyata menyesali kejadian di luar nalar ini. Apa ini karma untuk setiap kata-kata dan sumpah serapahnya pada Vina yang selalu ketakutan dengan pergaulan bebasnya.

"Vina, sejak kapan kamu tahu, Nak?" tanyanya seraya melepas pelukannya.

Vina kembali duduk di samping Dara dan menatap adiknya lekat.

"Sejak usia kandungan Dara memasuki empat bulan, Bu, saat itu aku heran karena pembalut yang ibu belikan tersimpan rapih di lemarinya. Saat bilang pada Ibu ..., Ibu malah berucap jika Dara anaknya hemat. Padahal Ibu tak sadar jika maksudku pembalutnya sudah menumpuk samasekali tak terpakai."

Marni kembali terpukul dengan penuturan Vina. dan menyesali itu semua.

"Lalu Vin, apa Dara cerita siapa yang menghamilinya?" tanyanya pelan dengan memandangi wajah Dara. Gadis itu terlihat lelap sekali dalam tidurnya.

"Masalah itu hingga kini Dara tak mau buka suara, Bu, bahkan saat aku ancam akan memberitahu Bapak dan Ibu. Dara tetap diam tak memberitahuku," jawab Vina tampak geram.

"Apa lelaki itu mungkin Ivan 'yah Vin?" tanya Marni meski ragu.

"Gak mungkin Ivan, Bu, mereka berkenalan saja lewat aku tiga bulan lalu. Bahkan jauh setelah aku tahu Dara sedang hamil," tutur Vina kembali. Dan, membuat Marni lagi-lagi tak habis pikir dengan kejadian ini.

Bersambung ....

Related chapters

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tiga

    "Lalu siapa kira-kira yang menghamili Dara Vin?" sesalnya dengan derai air mata."Bu, sebaiknya kita tunggu keadaan mereda tuk mengetahui siapa bapak dari bayinya Dara. Sekarang ..., Vina mikirin hari besok yang pasti akan berat bagi keluarga kita," ucap Vina dengan wajah lelah."Kamu benar Vin. Namun, ibu masih tak habis pikir kenapa ibu bisa kecolongan seperti ini oleh Dara.""Jika Ibu mau mengingat sembilan bulan kebelakang ... mungkin akan banyak ucapan orang atau kejadian sebagai petunjuk tentang ini Bu, tapi kurasa karena rasa percaya ibu pada Dara, membutakan mata dan hati Ibu tuk menerima. Malah Ibu selalu saja mengurusiku yang tak selalu sesuai inginnya Ibu," tutur Vina penuh penyesalan.Seketika mata Marni membulat mendengar ucapan Vina. Namun, Marni pun merasa ucapan putrinya kali ini benar. Apakah ini hukuman karena ia selalu suudzon pada Vina?Marni menarik napas kas

    Last Updated : 2021-09-25
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Empat

    Marni dan Mak Eem berpandangan heran. Seketika Dara bersuara yang menggetarkan jiwa mendengarnya."Bu, mungkin benda yang keluar saat aku di kamar mandi tadi adalah ari-ari itu.""Lalu kamu kemanakan?" tanyanya geram."Tadinya akan kubuang ke kloset dan menyiramnya. Namun, mengganjal karena kebesaran, yasudah aku masukin tempat sampah," ucapnya pelan dan terkesan polos."Buru teangan, Marni bisi ku ucing!" (Cepat cari Marni tar sama kucing) ucap Mak Eem seketika.Marni pun berlari mencari keberadaan ari-ari tersebut dan menemukannya di tong sampah dalam kamar mandi."Aya?" (Ada) tanya Mak Eem, yang menghampirinya.Marni mengangguk dan keluar menerobos badan Mak Eem yang berdiri di balik pintu kamar mandi. Seketika tubuhnya lunglai bagai tak bertulang, malam ini sungguh amat mengerikan dan kuharap ini hanya mimpi seram belaka.

    Last Updated : 2021-09-25
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Lima

    "Duduk Bu," titah Vina seraya menggeser kursi makan yang terdapat di dapur mereka."Minum dulu," lanjutnya dengan mengulurkan segelas teh hangat pada ibunya."Vina, maafkan ibu, Nak," ucap Marni tak mampu menahan gejolak rasa bersalah pada putrinya."Selama ini kamu ibu sisihkan karena di anggap pembangkang. Tahukah kamu Vina? Dulu ibu berpikiran bahwa Dara adalah kebanggaan karena selalu menuruti ibu dan tak pernah banyak permintaan, sedangkan kamu ..., selalu ingin sekolah, banyak mengikuti kegiatan belajar, mengaji masih berjalan, menjadikan kamu jarang di rumah dan bantu ibu merapihkan isinya. Dara hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan membantu ibu berjualan di pasar. Ternyata dia bermain dengan dunianya yang ibu pikir baik-baik saja itu," ucapnya penuh penyesalan.Vina hanya menunduk lesu tak seperti biasanya, dia akan lantang bersuara dan selalu menyergah ibunya."Sudah

    Last Updated : 2021-09-25
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Enam

    Tak membuang waktu Marni segera memanggil Tanti dan berbicara padanya di dapur berdua saja, sementara Emak disuruhnya tuk menemani Dara dan Teh Sari di depan."Tan, langsung saja, ya, bibi mau nanya, kamu tahu bapak dari bayi yang dilahirkan Dara?" tanya Marni dengan memperhatikan wajahnya dengan seksama.Tanti tampak gugup, ia memaikan jemarinya dan menunduk."Tidak, Bi, jika tahu sudah Tanti beri tahu dari dulu!" serunya.Ah ... lagi-lagi Marni merasa dibuat geram dengan tingkah bocah di depannya, menanyai Dara ... hanya diam seribu bahasa. Vina, banyak berkelit, dan kini Tanti. Marni yakin dia tahu sesuatu. Namun seperti ketakutan tuk berbicara padanya."Tan, jangan takut, bibi gak akan bilang siapa-siapa. Atau gini deh, kamu tahu gak siapa saja lelaki yang dekat dengan Dara? Bibi memang selalu bersama saat di pasar, tapi setelah di rumah 'kan kebanyakan tidurnya di ruma

    Last Updated : 2021-09-25
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tujuh

    Marni cukup terhenyak mendengar penuturan Ivan. Ia tak menyangka pemuda di hadapannya tidak gentar meski kenyataan pahit terjadi di depan mata."Dengar, Van, kamu itu masih muda dan bisa mencari yang lebih baik dari Dara. Mohon jangan gegabah, menikah itu bukan permainan, Nak," ucapnya menanggapi Ivan yang terlihat tenang."Ada Ivan, kapan datang?" sela Danu yang muncul dari balik kamar baru bagun dari tidurnya."Barusan, Pak, belum lama."Danu kemudian pamit hendak membersihkan diri dahulu, sebelum bercengkrama lebih lanjut dengan Ivan."A, kalo nikah sama Kak Vina aja gimana?" seloroh Dara membuat Marni tersentak.Mulut Marni menganga, mendengar penuturan Dara yang terkesan memandang pernikahan adalah main-main belaka. Wajar saja, dia memang masih remaja."Dek, kamu ini ... memang yah, aduh ... makanya sekolah, ngaji deh terusin, asal b

    Last Updated : 2021-09-26
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Delapan

    Vina Yulianti. Itulah nama yang Marni dan sang suami berikan pada putri sulung mereka. Dulu, Vina selalu mempermasalahkan namanya yang berbeda dari kedua adiknya. Dara dan Damar. Mereka di beri nama dengan awalan huruf D sama dengan Bapaknya, Danu.Bahkan Vina sempat berpikir jika Vina ini anak pungut, perihal pemberian nama yang berbeda tersebut. Namun, seiring waktu semakin ua dewasa, Vina tak lagi memikirkan hal sepele seperti itu. Bahkan Vina sering dicaci maki oleh ibunya karena berbeda dengan adiknya Dara, yang pendiam dan penurut. Vina memang selalu membangkang karena tak terima dengan pemikiran ibu dan bapaknya yang masih primitif.Dalam bergaul, menurut mereka Vina keterlaluan, karena memiliki banyak teman yang sering datang dari berbagai kalangan, juga banyaknya teman lelaki yang menurut mereka tak pantas. Dara seorang yang pendiam dan bisa dibilang memiliki teman yang sedikit, hanya di sekitar rum

    Last Updated : 2021-09-26
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sembilan

    Meski sudah membela diri sebisanya. Mereka tetap memarahi dan menuduhnya."Putri ibu dan bapak kan ada dua, Buk, bisa saja Dara yang mereka maksud," ucapnya membela diri."Dara itu gadis baik-baik, pendiam dan gak aneh-aneh. Kesehariannya hanya di pasar membantu ibu, lalu pulang merapihkan rumah dan malamnya terkadang menemani nenekmu. Itu saja! Mana mungkin dia keluyuran tidak jelas, Vina?"Vina menyerah dan pasrah. Ia kembalikan semua pada sang waktu, biar Dia yang menjawabnya. Mata dan hati kedua orang tuanya telah benar-benar tertutup oleh keluguan yang semu. Biarlah, bagaimanapun di sini Vina lah yang harus kuat menjalani.Hinga suatu hari, Vina membuka lemari baju Dara yang bersebelahan dengan lemarinya tanpa sengaja. Pembalut yang selalu ibu mereka belikan tiap bulan tersusun rapih ada lima bungkus di sana."Dek sini!" teriaknya pada Dara yang hendak be

    Last Updated : 2021-09-26
  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sepuluh

    Ini hari kedua yang dilewati keluarga Marni dengan kenyataan pahit di depan mata. Dan Marni bersyukur, tadi malam masih mampu terlelap dengan nikmat."Dara kasih ponselmu pada ibu sekarang, emari!" gertak Marni seraya mengulurkan tangan.Tak melawan, Dara memberikannya. Marni pun segera bangkit dari hadapannya tak ingin banyak bertatap. Entahlah ..., hatinya selalu perih saat dekat dan berhadapan dengan putrinya."Vin, kamu sekolah hari ini?" tanya Marni pada Vina yang baru saja selesai sholat shubuh."Sekolah, Bu, aku takut ketinggalan banyak pelajaran." "Yasudah, ibu juga mau berjualan. Kamu bilangin adikmu tuk menjaga anaknya sendiri, nanti wa Sari juga pasti menemani," perintah Marni.Vina menatapnya heran, seraya berjalan menuju dapur. Dan Marni mengikutinya."Bu lebih baik jangan dulu berjualanlah, Kasihan Adek. Lagian Ibu memangnya sudah siap menghadapi dunia luar?" tanyanya."Siap gak si

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Empat Belas

    WARNING bab ini mengandung bacaan dewasa. Ada beberapa dialog vulgarnya. Mohon tidak dibaca anak di bawah umur.Saat tiba di rumah, ternyata Vina belum pulang, hanya ada Damar yang tengah menantinya.Sejek kejadian itu Dara merasa kemaluannya perih dan terasa sakit tuk beberapa hari. Ingin sekali bicara pada ibunya dan Vina sang kaka. Namun, ancaman Jaya selalu bergema di kepala membuatnya takut dan mencoba melupakannya saja.Untuk sekian lama Dara takut jika berjalan sendirian, ia merasa hidupnya kini dalam ancaman. Ia menyesal telah terlibat dengan putra penguasa yang membuatnya tak berdaya.Hingga tiba suatu saat, Dara bertemu pemuda bernama Jajang di pasar, membuat hari-harinya yang suram perlahan berganti cerah lagi oleh pria berkulit hitam manis tersebut. Dia dan ibunya selalu memesan sarapan pada ibunya Dara, dan ibunya menyuruh Dara tiap pagi tuk menghantar pesanannya Jajang.Makin lama Dara makin dekat dengan Jajang. Jajang bai

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tiga Belas

    Dara, Dara, Dara, Dara.Namanya tengah menjadi buah bibir satu kampung saat ini, jadi bahan gibahan tetangga. Mereka menghakiminya yang melahirkan tepat seletah lamaran. Dan statusnya yang tentu masih gadis, pastinya menggemparkan.Mereka tak tahu penderitaan gadis itu yang awalnya terjerat dalam lingkaran kekuasan Juragan Heri, yang seolah membungkamnya tuk tak bersuara hingga sekarang.**"Nak, bapak terlanjur ada penumpang ini, gimana? Apa kamu mau tunggu sebentar? Atau naik ojek lain saja?" ujar bapaknya, yang mangkal di bawah gedung pasar suatu hari saat Dara hendak pulang seperti biasa. Selepas dzuhur Dara pulang duluan dari pasar setelah dari pagi buta ia membantu ibunya memasak dan berjualan. Dan Dara selalu diantar bapaknya saat pulang kerumah."Jarak kerumah saya hampir satu jam loh, Mang," ujar penumpangnya Danu ."Ya, sudah, Pak, aku naik angkot saja tak apa," kata gadis itu dan berlalu. Dara takut j

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Dua belas

    "Dara cantik sekali Bu Marni," ucap Bu Ratna yang tengah merias wajah Dara.Marni mendampinginya dengan Syifa di gendongan. Ia mentatap wajah sendu sang putri dengan seksama. Kasihan dia, terjerumus dalam nista dosa terdalam, melakukan zina dalam waktu lama dan yang Marni sesali adalah ia sebagai ibu yang tak peka. Andai Marni mampu mencegahnya, sudah pasti Dara mau mengerti. Andai setiap omongan Vina juga ia telaah dengan benar pada saat itu. Mungkin hari ini adalah hari paling bahagia bagi semua. Tapi kini, ada sedikit getir di hatinya melihat gadis yang ia lahirkan enam belas tahun lalu itu hendak melepas lajang."Sudahlah, Bu," bisik Vina, seraya mengusap-usap punggung ibunya. Sepertinya Vina faham betul dengan apa yang tengah dirasakan oleh sang ibu, kesedihan dan kekecewaan itu tergambar jelas meski kini harusnya menjadi hari bahagia."Bu, sebaiknya Syifa titip di rumah Wa Sari agar tak repot, dan terdengar menangis saat tamu dari keluarga Ivan

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sebelas

    Hari ini ternyata jualannya masih banyak yang membeli, benarlah kata pepatah. Masalah bukan untuk diratapi. Namun, harus dihadapi.Sudah jam tiga sore, dan pasar mulai sepi dari para penjual juga pengunjung, Marni memberekan etalase dan membersihkan alat-alat jualan dan merapihkannya, lalu pulang dijemput suaminya."Bu, Juragan mengirim satu ekor kambing barusan kerumah, kata Vina, untuk akikahnya bayi Dara katanya," ungkap Danu saat di jalan."Kok aku jadi curiga sama Juragan! Rasanya berlebihan menanggapi dan memberi perhatian atas lahirnya bayi dari Dara ini, Bu," lanjutnya."Tadi Juragan juga menghampiriku di pasar Pak. Dan aku baru tahu jika ternyata Ivan masih kerabatnya! Mungkin itu alasannya." Marni tak mau curiga pada Juragan Heri, karena rasanya tak mungkin dan tak masuk akal. Namun, setelah ia timbang kembali, ucapan suaminya ada benarnya juga."Tapi ada benarnya juga pak. Kurasa kita harus menyecar Dara d

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sepuluh

    Ini hari kedua yang dilewati keluarga Marni dengan kenyataan pahit di depan mata. Dan Marni bersyukur, tadi malam masih mampu terlelap dengan nikmat."Dara kasih ponselmu pada ibu sekarang, emari!" gertak Marni seraya mengulurkan tangan.Tak melawan, Dara memberikannya. Marni pun segera bangkit dari hadapannya tak ingin banyak bertatap. Entahlah ..., hatinya selalu perih saat dekat dan berhadapan dengan putrinya."Vin, kamu sekolah hari ini?" tanya Marni pada Vina yang baru saja selesai sholat shubuh."Sekolah, Bu, aku takut ketinggalan banyak pelajaran." "Yasudah, ibu juga mau berjualan. Kamu bilangin adikmu tuk menjaga anaknya sendiri, nanti wa Sari juga pasti menemani," perintah Marni.Vina menatapnya heran, seraya berjalan menuju dapur. Dan Marni mengikutinya."Bu lebih baik jangan dulu berjualanlah, Kasihan Adek. Lagian Ibu memangnya sudah siap menghadapi dunia luar?" tanyanya."Siap gak si

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Sembilan

    Meski sudah membela diri sebisanya. Mereka tetap memarahi dan menuduhnya."Putri ibu dan bapak kan ada dua, Buk, bisa saja Dara yang mereka maksud," ucapnya membela diri."Dara itu gadis baik-baik, pendiam dan gak aneh-aneh. Kesehariannya hanya di pasar membantu ibu, lalu pulang merapihkan rumah dan malamnya terkadang menemani nenekmu. Itu saja! Mana mungkin dia keluyuran tidak jelas, Vina?"Vina menyerah dan pasrah. Ia kembalikan semua pada sang waktu, biar Dia yang menjawabnya. Mata dan hati kedua orang tuanya telah benar-benar tertutup oleh keluguan yang semu. Biarlah, bagaimanapun di sini Vina lah yang harus kuat menjalani.Hinga suatu hari, Vina membuka lemari baju Dara yang bersebelahan dengan lemarinya tanpa sengaja. Pembalut yang selalu ibu mereka belikan tiap bulan tersusun rapih ada lima bungkus di sana."Dek sini!" teriaknya pada Dara yang hendak be

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Delapan

    Vina Yulianti. Itulah nama yang Marni dan sang suami berikan pada putri sulung mereka. Dulu, Vina selalu mempermasalahkan namanya yang berbeda dari kedua adiknya. Dara dan Damar. Mereka di beri nama dengan awalan huruf D sama dengan Bapaknya, Danu.Bahkan Vina sempat berpikir jika Vina ini anak pungut, perihal pemberian nama yang berbeda tersebut. Namun, seiring waktu semakin ua dewasa, Vina tak lagi memikirkan hal sepele seperti itu. Bahkan Vina sering dicaci maki oleh ibunya karena berbeda dengan adiknya Dara, yang pendiam dan penurut. Vina memang selalu membangkang karena tak terima dengan pemikiran ibu dan bapaknya yang masih primitif.Dalam bergaul, menurut mereka Vina keterlaluan, karena memiliki banyak teman yang sering datang dari berbagai kalangan, juga banyaknya teman lelaki yang menurut mereka tak pantas. Dara seorang yang pendiam dan bisa dibilang memiliki teman yang sedikit, hanya di sekitar rum

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Tujuh

    Marni cukup terhenyak mendengar penuturan Ivan. Ia tak menyangka pemuda di hadapannya tidak gentar meski kenyataan pahit terjadi di depan mata."Dengar, Van, kamu itu masih muda dan bisa mencari yang lebih baik dari Dara. Mohon jangan gegabah, menikah itu bukan permainan, Nak," ucapnya menanggapi Ivan yang terlihat tenang."Ada Ivan, kapan datang?" sela Danu yang muncul dari balik kamar baru bagun dari tidurnya."Barusan, Pak, belum lama."Danu kemudian pamit hendak membersihkan diri dahulu, sebelum bercengkrama lebih lanjut dengan Ivan."A, kalo nikah sama Kak Vina aja gimana?" seloroh Dara membuat Marni tersentak.Mulut Marni menganga, mendengar penuturan Dara yang terkesan memandang pernikahan adalah main-main belaka. Wajar saja, dia memang masih remaja."Dek, kamu ini ... memang yah, aduh ... makanya sekolah, ngaji deh terusin, asal b

  • Melahirkan Setelah Dilamar   Enam

    Tak membuang waktu Marni segera memanggil Tanti dan berbicara padanya di dapur berdua saja, sementara Emak disuruhnya tuk menemani Dara dan Teh Sari di depan."Tan, langsung saja, ya, bibi mau nanya, kamu tahu bapak dari bayi yang dilahirkan Dara?" tanya Marni dengan memperhatikan wajahnya dengan seksama.Tanti tampak gugup, ia memaikan jemarinya dan menunduk."Tidak, Bi, jika tahu sudah Tanti beri tahu dari dulu!" serunya.Ah ... lagi-lagi Marni merasa dibuat geram dengan tingkah bocah di depannya, menanyai Dara ... hanya diam seribu bahasa. Vina, banyak berkelit, dan kini Tanti. Marni yakin dia tahu sesuatu. Namun seperti ketakutan tuk berbicara padanya."Tan, jangan takut, bibi gak akan bilang siapa-siapa. Atau gini deh, kamu tahu gak siapa saja lelaki yang dekat dengan Dara? Bibi memang selalu bersama saat di pasar, tapi setelah di rumah 'kan kebanyakan tidurnya di ruma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status