Share

Bab 82.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 20:52:48

Clara terdiam untuk beberapa saat, memastikan kembali bahwa dirinya tidak salah baca. Rupanya ekspektasi Clara tentang Sebastian ini terlalu tinggi. Entah mengapa dia ingin pria itu melarangnya seperti biasa.

Menahannya dengan sejuta alasan. Mengancamnya dengan mengingatkan kembali masalah kontrak. Bila jauh, pria itu menyuruhnya datang. Lalu mengajaknya bermain seharian.

Namun sekarang, semua itu hanya khayalan semata. Sebastian tidak akan melakukan itu karena dalam kondisi marah padanya. Clara kembali menghela napas. Menunggu beberapa saat, bisa saja Sebastian berubah pikiran.

Namun, sepertinya Clara sudah menunggu terlalu lama. Dia membuka kembali aplikasi hijau miliknya dan melihat profil Sebastian, dan pria itu terlihat sudah menonaktifkan kontaknya.

Napas berat kembali dihembuskan oleh Clara.

"Sebaiknya aku pergi sekarang." Clara melirik jam di pergelangan tangan. Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Clara segera menuju ke tepi jalan. Dia melihat taksi dari arah berlawanan dan seger
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 82.

    Suara lantang itu refleks mengalihkan perhatian Clara. Dia menoleh ke arah sumber suara dan seketika membulatkan matanya."Papa, Mama."Orang yang sedang Clara hindari akhirnya datang. Clara segera menegakkan tubuhnya. Wajahnya menegang seketika.Julia melangkah cepat mendekati Clara. "Untuk apa kamu datang kemari?" cecar Julia dengan tatapan tajam."Kenapa, Ma/ Tentu saja untuk mengunjungi suamiku," ujar Clara."Cih, kamu kira aku tidak tahu? Kamu tidak pernah datang kemari, kenapa? Kamu menjadi simpanan bos kamu itu, ha?" Suara Julia melengking nyaring.Clara membulatkan. Ini terdengar seperti tamparan bagi Clara. Apa yang sebenarnya Julia ketahui tentang hubungannya dengan Sebastian? Tidak mungkin wanita itu mengetahui semuanya. Atau jangan-jangan Julia pernah melihat dirinya jalan berdua bersama Sebastian?"Ma, apa yang Mama katakan?""Kamu tidak dengar aku bicara? Apa saja yang kamu lakukan sampai tidak sempat datang kemari?" tanya Julia."Tentu saja aku bekerja," jawab Clara.La

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 83.

    Clara seketika merasa tubuhnya menegang, seperti es yang membeku dalam sekejap. Pandangannya tertuju pada segerombolan orang di depannya, yang kini berdiri dengan sikap mengintimidasi.Tatapan mereka begitu tajam, menusuk seperti belati yang siap mengoyak pertahanannya. Clara merasakan hawa dingin menyelinap di tengkuknya, seolah niat buruk terpancar jelas dari sorot mata mereka. Dalam hati, ia berjuang menenangkan diri, meski bayangan akan bahaya yang mengintai semakin nyata di benaknya.Clara merasakan rasa takut menjalar di seluruh tubuhnya ketika segerombolan orang itu mulai melangkah mendekat. Langkah mereka perlahan namun penuh ancaman, membuat udara di sekitarnya terasa semakin berat.Tanpa pikir panjang, Clara berbalik dan berlari sekuat tenaga, berharap bisa meloloskan diri dari bahaya yang mengintai. Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba. Sebuah tangan kasar mencengkeram lengannya dengan kuat, menariknya kembali ke arah segerombolan itu.“Tolong!”Jeritan keras lolos dari bib

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 84.

    Ramon kini berdiri tegap, sorot matanya penuh dengan tekad yang membara. Tanpa ragu, dia melangkah maju, mengambil alih posisi Sebastian yang mulai muak menghadapi para penjahat itu. Gerakannya tegas, penuh keyakinan, menunjukkan bahwa dia siap memberikan perlawanan sengit.Tangannya yang terbungkus sarung tangan hitam terkepal kuat, Ramon menghadapi mereka satu per satu, melindungi atasannya tanpa sedikit pun gentar.Setiap pukulan yang diarahkan padanya dia tangkis dengan cekatan, membalas dengan serangan yang tak kalah kuat. Da seperti dinding kokoh yang tidak mudah digoyahkan, membuat para penjahat itu mulai kehilangan keberanian. Ramon telah mengambil alih pertempuran, menjadi sosok pelindung yang tak kenal takut.Sebastian melangkah mendekati Clara yang terduduk lemas di atas aspal dingin. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam saat dia berhenti tepat di hadapannya. Dengan perlahan, dia merunduk, menekuk satu kakinya hingga sejajar dengan posisi Clara.Tangannya yang ko

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 85.

    Sebastian terkejut. Sebuah kejutan yang datang begitu mendalam, seakan waktu berhenti sejenak saat kata-kata itu terdengar. Matanya yang biasanya tajam dan penuh kewaspadaan kini berubah, ada kilatan kebahagiaan yang tersembunyi di balik tatapannya.Untuk beberapa detik, dia hanya terdiam, mencerna kenyataan baru yang begitu indah itu. Walau tak mengucapkan sepatah kata pun, ekspresi wajahnya mengungkapkan lebih dari apa yang bisa diungkapkan dengan kata-kata.Ada perasaan yang luar biasa dalam dirinya, perasaan yang sulit dijelaskan, namun jelas tergambar dalam tatapannya yang tajam—kebahagiaan yang datang tanpa diduga, dan harapan yang baru saja tumbuh di dalam hati Sebastian.“Apa? Hamil?” Sebastian mempertegas ucapannya.“Ya, Tuan. Usia kandungannya delapan minggu.”Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut dari dokter, Sebastian melesat memasuki ruangan dengan langkah cepat, matanya langsung tertuju pada Clara yang duduk di atas brankar, tampak lelah dan cemas.Tanpa ragu, dia mend

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 86.

    Ramon benar-benar murka. Wajahnya memerah, dan kedua tangannya terkepal erat, menahan amarah yang hampir meledak. Preman itu tetap bersikeras bungkam, tidak mau mengungkapkan siapa yang telah menginstruksikan mereka untuk bertindak.Ramon mendekat, sorot matanya tajam seperti elang yang mengincar mangsa. Meskipun berbagai pertanyaan telah dilontarkan, jawaban yang diharapkannya tak kunjung terucap. Keheningan preman itu membuat kesabaran Ramon semakin menipis, seperti api yang disiram minyak.“Aku tidak punya waktu untuk permainan seperti ini,” ucap Ramon dengan nada tegas, suaranya penuh tekanan. Namun, preman itu justru tertawa, seolah menikmati wajah Ramon.Tawa pria itu membuat Ramon semakin murkan, dia menekan kakinya dan seketika pria di bawah sana memekik.“Cepat katakan! Atau kepalamu kulenyapkan!” ancam Ramon. Dia sudah berada pada batas kesabaran. Namun, lagi-lagi tawa pria itu terdengar.“Sialan!” umpatan yang Ramon lontarkan bersamaan dengan gerakan kakinya menendang. Suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 87.

    Clara telah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP setelah menjalani perawatan intensif di unit gawat darurat. Ruang tersebut memberikan kenyamanan maksimal dengan fasilitas terbaik yang dirancang untuk mempercepat proses pemulihan pasien.Di sisi tempat tidur, Sebastian dengan setia menemani Clara, memastikan bahwa setiap kebutuhannya terpenuhi. Wajahnya memancarkan kekhawatiran yang mendalam, namun ia berusaha sebaik mungkin demi memberikan dukungan moral kepada Clara. Semua itu dia lakukan demi calon bayinya.Setiap beberapa menit, ia mengecek suhu ruangan dan selimut Clara, memastikan semuanya dalam kondisi yang ideal. Dalam keheningan yang penuh pengharapan, Sebastian terus berada di sisinya, membuktikan betapa besar kasih sayangnya.“Tuan tidak pulang?” tanya Clara. Dia melihat jarum pendek yang menunjuk pada angka 2.Kening Sebastian mengkerut. “Kamu ngusir aku?”Clara terkesiap, seketika menggeleng cepat. “Bukan begitu, tapi besok Anda harus bekerja,” jelas Clara.Sebastian mele

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 88.

    Sebastian terdiam sejenak, matanya menatap kosong ke arah Maxime yang berdiri berseberangan dengannya. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Maxime tentang pernikahan seperti menembus pikirannya, mengguncang ketenangan yang selama ini dia jaga.Suasana di ruang rawat inap yang semula terlihat tenang dengan diriningi suara tawa dan obrolan antara Clara dan kedua orang tuanya mendadak terasa sunyi bagi Sebastian. Dia mencoba merangkai kata untuk menjawab, namun lidahnya terasa kelu.Jantungnya berdegup lebih kencang, seolah-olah memberi isyarat bahwa ini adalah momen yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Maxime, dengan tatapan penuh harap, menunggu jawaban yang mungkin akan mengubah arah hubungan mereka.Sementara Sania dan Leonard sama-sama menatap Sebastain dengan memberikan sebuah kode berubah kedipan mata agar puteranya itu memberikan jawaban yang sesuai dengan yang diinginkan oleh Maxime Abraham.Suasana menjadi menegangkan ketika Sebastian tak kunjung memberikan jawaban. Keh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 89.

    Bianca terbatuk-batuk hebat, nafasnya tercekat dan sesak di tenggorokannya akibat cengkeraman kuat tangan Sebastian yang mengikat lehernya dengan penuh amarah. Setiap kali dia berusaha menarik napas, seakan-akan udara di sekitarnya menghilang, hanya ada tekanan yang semakin menyesakkan. Rasa panik mulai menyelimuti tubuhnya, namun ia tidak bisa berbuat banyak. Sebastian, yang berdiri di hadapannya, tampak sangat murka, wajahnya merah padam dan matanya berkilat dengan kebencian yang mendalam. Ini adalah puncak dari kemarahannya yang dia pendam, dan Bianca tahu bahwa saat ini dia berada di titik terburuk dalam hidupnya. Tidak ada kata yang bisa diucapkan, hanya keheningan yang berat antara mereka. Sebuah ketegangan yang terasa semakin menebal di udara."Ba-bastian, lepaskan!" Bianca memohon dengan susah payah. Wajahnya mulai memerah karena kesulitan mendapatkan udara. Pelayan yang melihat adegan ini sangat panik, namun mereka bisa apa? Setidaknya mereka tahu siapa Sebastian. Siapa pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 113.

    Bab 112Clara merasakan beban yang semakin berat setelah ancaman Bianca. Setiap kata dalam pesan itu menekan jantungnya, membuatnya merasa terperangkap. Tetapi saat ia menatap Sebastian, ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang memberi harapan. Sebastian selalu menjadi pelindungnya, tetapi kali ini, ia bisa merasakan ketegangan yang berbeda. Sebagian besar waktu mereka bersama telah diwarnai oleh kebahagiaan dan cinta, namun di balik itu, ada bayang-bayang yang semakin gelap yang mengancam semuanya.Clara menarik napas panjang dan memutuskan untuk memberi tahu Sebastian. "Sebastian, Bianca... dia tahu segalanya. Tentang aku, tentang William. Bahkan tentang foto-foto itu. Dia mengancamku, dan jika foto-foto itu sampai ke keluargamu, terutama ke ibu dan ayahmu, semuanya bisa berakhir buruk."Sebastian menatap Clara dengan serius, matanya menyempit seiring kecemasan yang muncul. "Kamu yakin? Apa yang ingin dia capai dengan ini?"Clara mengangguk dengan tegas, namun matanya terbelalak saat

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 112.

    Bab 111Clara sedang duduk di ruang tamu, memegang secangkir teh yang hampir tak terjamah, matanya kosong menatap keluar jendela. Pikiran dan perasaannya berputar-putar, tertambat pada situasi yang semakin rumit. Ia mencoba untuk fokus pada perbincangannya bersama Sebastian, namun bayang-bayang William yang baru saja sadar terus menghantui pikirannya.Saat ia hendak meneguk tehnya, tiba-tiba ponselnya berdering, suara itu cukup keras untuk mengagetkannya. Clara menatap layar ponselnya dengan ragu, merasa ada yang tak beres. Nama pengirim yang tertera adalah sebuah nomor tak dikenal, namun ia bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa.Dengan hati-hati, Clara membuka pesan yang masuk. Betapa terkejutnya ia saat melihat foto-foto yang dilampirkan di dalam pesan itu. Foto pertama menunjukkan dirinya sedang berdiri di dekat ranjang rumah sakit William, saat ia datang untuk menjenguknya di ruang ICU beberapa hari yang lalu. Foto itu diambil dengan sangat jelas, memperlihatkan posisi dan posis

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 111.

    Bab 110Clara menatap ponselnya untuk beberapa detik, matanya tertuju pada pesan Sebastian yang masih mengalihkan perhatiannya. "Aku ingin kita bertemu. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan, tentang masa depan kita dan anak kita." Kata-kata itu berputar-putar di benaknya, semakin menambah berat beban yang sudah ia rasakan.Dengan cepat, ia menekan tombol untuk membalas pesan tersebut, meski hatinya penuh keraguan. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia harus segera mengambil keputusan. Setelah beberapa detik, Clara akhirnya mengetikkan pesan balasan:Clara: "Aku akan segera menemuimu. Aku sedang dalam perjalanan, ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Untuk sementara, tolong jaga William. Aku akan menghubungimu lagi."Clara menatap pesan itu sebelum menekannya untuk mengirimkannya. Ketika pesan terkirim, ia merasa sedikit lega karena setidaknya ia telah mengatur segala sesuatunya dengan hati-hati. Meskipun demikian, ia tahu bahwa keputusannya untuk tidak segera menemui William a

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 110.

    *Bab 109*Clara duduk terdiam di ruang tunggu rumah sakit, matanya kosong menatap lantai, pikirannya berkecamuk. Keputusan-keputusan yang ia buat selama beberapa bulan terakhir seakan-akan menjeratnya dalam jaring yang tak bisa ia lepaskan. Perasaannya terombang-ambing antara rasa takut dan penyesalan. Ia baru saja menerima kabar yang mengejutkan dari rumah sakit, berita yang tak pernah ia duga sebelumnya: William, suaminya yang telah lama koma setelah kecelakaan, akhirnya sadar.Namun, hal itu bukan satu-satunya beban yang kini ia tanggung. Pikirannya melayang kembali pada malam-malam gelap yang telah mengubah hidupnya. Kontrak yang ia buat dengan bosnya, Sebastian, bukan hanya tentang pekerjaan—tetapi juga tentang kehamilan yang kini ada dalam dirinya. Clara mengandung anak Sebastian. Dan itu membuat hatinya semakin berat, seolah ia terjebak dalam dua dunia yang saling bertentangan.Sebastian, pria yang telah lama merebut hatinya meski ia tak pernah menginginkannya, kini kembali had

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 109.

    Bab 108Rencana Bianca semakin matang. Setiap langkah yang ia ambil kini semakin mendekatkan pada tujuan utamanya: menjebak Sebastian dan membuat Clara merasa terpojok. Bianca tahu betul bahwa permainan ini tidak hanya tentang membangun keraguan dalam hati Sebastian, tapi juga menghancurkan rasa percaya Clara. Begitu Clara mulai merasakan kesal dan terasing, Sebastian akan menjadi semakin rentan terhadap pengaruhnya.Pada pagi hari yang cerah, Bianca duduk di ruang kerjanya, matanya tertuju pada peta strategi yang sudah ia buat. Segala sesuatunya sudah disiapkan. Adrian akan segera menghubungi Sebastian, memastikan bahwa segalanya berjalan sesuai rencana. Tapi ada satu hal lagi yang harus ia lakukan untuk mempercepat proses ini.Ia memanggil Reza ke kantornya. Pria itu masuk tanpa suara, mengenakan jas hitam yang sama seperti biasa. Setelah duduk di depan meja Bianca, Reza menunggu dengan sabar."Ada tugas baru," kata Bianca dengan suara datar, namun tajam. "Kita perlu menambah tekana

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 108.

    Bab 108Bianca duduk di ruang kerjanya, menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam. Setelah menerima pesan dari Adrian, hatinya berdebar lebih cepat daripada biasanya. Kabar itu datang begitu tiba-tiba dan langsung mengguncang dunia yang telah ia rencanakan dengan sempurna. Ternyata, Clara tidak hanya memiliki masa lalu dengan Adrian, tetapi juga... sudah menikah.William, suami Clara, sekarang berada di rumah sakit, kata Adrian. Kabar itu membakar pikiran Bianca. Ia tidak pernah menyangka hal ini, tetapi saat ia berpikir lebih dalam, ide-ide licik mulai muncul begitu saja di benaknya.Bianca menggenggam ponselnya lebih erat, merenung. William... suami Clara, yang sekarang berada dalam keadaan terluka dan tak berdaya di rumah sakit. Bianca bisa membayangkan semua hal yang bisa ia lakukan dengan informasi ini. Suami yang terluka, hubungan yang rapuh, dan rahasia yang bisa menghancurkan segalanya.Dia tahu bahwa untuk benar-benar menghancurkan hubungan antara Clara dan Sebastian, ia h

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 107.

    Bab 107Hari-hari berlalu dengan cepat, namun rasa cemas yang menghantui Clara semakin sulit untuk ditutupi. Setiap kali ia berpapasan dengan Sebastian, ia merasa ada jurang tak terlihat yang mulai menggerogoti hubungan mereka. Meskipun Sebastian berusaha untuk terlihat perhatian dan penuh kasih sayang, ada ketegangan yang jelas di antara mereka. Clara bisa merasakannya—sesuatu yang tak terucapkan, tapi terasa begitu nyata.Di sisi lain, Bianca semakin merasa puas dengan hasil rencananya. Adrian melaporkan setiap langkah yang ia ambil, memastikan bahwa keberadaan mereka di dekat Clara tidak bisa diabaikan. Setiap kali Sebastian melihat Clara bersama Adrian, rasa curiga mulai tumbuh, meski ia berusaha menekan perasaan itu. Bianca tahu, itu hanya masalah waktu sebelum Sebastian mulai mempertanyakan segalanya.Suatu malam, saat Clara dan Sebastian duduk bersama di ruang makan, suasana semakin tegang. Makanan yang biasanya dinikmati dengan kehangatan kini terasa hambar. Sebastian menatap

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 106.

    Bab 106Keesokan harinya, suasana mansion keluarga Sebastian tampak tenang. Clara masih menjalani hari-harinya dengan kebahagiaan yang semakin terasa utuh bersama Sebastian. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama, menikmati keindahan taman belakang, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar rumah. Namun, meski segala sesuatunya terlihat sempurna, ada sesuatu yang tak terlihat, yang perlahan mulai meresap ke dalam hubungan mereka.Pada saat yang sama, Adrian mulai melaksanakan rencananya dengan hati-hati. Ia mengamati Clara dari kejauhan, mengikuti setiap langkahnya, dan mencatat segala hal yang bisa dimanfaatkan untuk meragukan Clara di mata Sebastian. Setiap gerak-geriknya, setiap tempat yang sering dikunjungi Clara, telah dicatat dengan cermat dalam amplop yang Bianca berikan padanya.Pada suatu siang yang cerah, saat Clara sedang berjalan menuju kedai kopi favoritnya, Adrian muncul dengan tiba-tiba. Dengan pakaian kasual dan senyum penuh kepalsuan, ia menghampiri Clara yang se

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 105.

    MAPP 105Clara memasuki ruang rawat inap William. Seperti biasa, wanita itu menyapa suster Cintya. Sebelum datang kemari, Clara sudah mencari tahu terlebih dahulu bahwa Ben dan Julia tidak datang.Menurut keterangan suster Cintya, Ben dan Julia jarang datang. Mereka hanya menelpon dan bertanya kabar. Terakhir kali, mereka menelpon adalah tiga hari yang lalu.Clara menghela napas panjang. "Kedua orang tuamu begitu kejam. Bagaimana bisa mereka mengabaikanmu," gumam Clara sesekali menggenggam erat jemari William yang semakin kurus."Maafkan aku, aku bukan tidak ingin kamu bangun. Tapi untuk saat ini biarlah semua seperti ini. Tunggu semua selesai baru kamu bangun," kata Clara.Dia melihat wajah William yang masih sama seperti dahulu. Hanya saja sedikit pucat dan kurus."Bertahanlah sebentar lagi." Clara mengecup tangan William sekilas. Kemudian dia berdiri dari duduknya. Dia melihat Suster Cintya yang memperhatikannya.Clara lantas menghampiri suster itu. "Suster Cintya," panggilnya."Ya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status