Share

Bab 204.

Author: Ellea Neor
last update Huling Na-update: 2025-04-18 20:50:15

Tuan Besar, Nyonya Sania dan Nyonya Clara datang, beserta dengan Tuan Muda Kaisar!"

Maxime segera melipat surat kabar yang sedari tadi dia baca ketika suara kepala pelayan menggema di ruang tengah, mengabarkan kedatangan cucu menantu beserta cicitnya. Pria itu mengangkat kepala, menatap kepala pelayan dengan tatapan terkejut.

"Apa? Cicitku datang?"

Seketika itu juga, pria lanjut usia tersebut bangkit dari kursi berlapis kain beludru, dengan gerakan yang mengejutkan semua orang di sekitarnya. Gangguan kesehatan yang selama ini membatasi aktivitasnya seakan tak lagi berarti.

Langkahnya cepat dan penuh semangat, bertolak belakang dengan kesehariannya yang cenderung lamban dan berhati-hati. Sorot matanya tampak berbinar, raut wajahnya mencerminkan antusiasme yang tulus.

Tak ada yang mampu menandingi kebahagiaan Maxime saat mendengar bahwa Kaisar—cicit yang baru beberapa kali sempat dia temui—akhirnya datang mengunjungi rumah besar yang telah lama terasa sunyi.

Setiap hentakan langkahn
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 205.

    Keterkejutan tergambar jelas di wajah Maxime saat mendengar kabar bahwa Dareen telah menjadi korban penculikan. Alisnya terangkat, dan matanya membesar seolah tidak percaya akan apa yang baru saja didengarnya. Namun, ekspresi itu tidak bertahan lama. Dalam hitungan detik, guratan keterkejutan itu perlahan memudar. Digantikan oleh ketenangan yang terkesan dibuat-buat. Wajahnya kembali datar, tanpa menunjukkan emosi yang berarti. Seolah dia sengaja menyembunyikan perasaannya di balik ketegasan raut muka. Maxime menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, mengatur napas dan mengalihkan pandangan ke jendela, seakan mencoba mencerna kabar tersebut dengan kepala dingin. Namun dari sorot matanya yang menggelap, tersirat bahwa pikirannya tengah bekerja keras, berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.Tangannya saling bertumpu pada ujung tongkat yang berdiri di depannya. Perlahan, tumpukan jemari itu mengerat seiring dengan helaan napas yang terdengar berat, namun samar. Dada Maxime ta

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 206.

    Pagi itu di kota Colorado, langit tampak diselimuti awan kelabu. Udara terasa lembap, khas musim penghujan yang baru saja memasuki masa awalnya. Meskipun hujan belum turun secara merata, suasana mendung sudah cukup membuat pagi terasa lebih lambat dari biasanya.Di salah satu penginapan di sudut kota, Sebastian terbangun dengan kepala sedikit berat. Dia hanya sempat tertidur beberapa jam, setelah semalaman bergelut dengan rapat virtual dan laporan yang menumpuk.Matanya menyapu sekitar kamar, mencari ponselnya. Setelah menemukannya di atas meja kecil dekat ranjang, dia segera meraih benda tersebut. Hendak memeriksa apakah ada panggilan atau pesan, akan tetapi dia justru mendapati benda itu dalam keadaan mati. "Uh, sialan!" Desahan berat keluar dari mulutnya. Dalam kesibukannya, dia benar-benar lupa mengisi daya ponsel. Sebastian bangkit dari tempat tidur, berjalan malas ke arah alat pengisi daya, lalu menyambungkan ponselnya ke kabel. Dia menatap layar kosong sejenak, menanti ponse

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 207.

    "Siapa mereka?" Suara Bariton Sebastian memecah keheningan. Tidak ada yang benar-benar menjawab kecuali setelah salah satu penghuni mobil tersebut keluar diikuti oleh beberapa penumpang lainnya. Dan itu cukup menjawab pertanyaan Sebastian bahwa mereka adalah orang-orang yang tak dikenal. Masalahnya, tidak ada yang tahu siapa mereka. Ramon menajamkan penglihatannya. Dia merasa tidak asing. Ingatannya mulai bekerja, memutar rekaman di mana dia pernah melihat mereka sebelumnya. Sebastian tampak tenang, meski begitu dia tidak menutupi rasa panik yang tersembunyi. Di saat-saat masa kerinduannya terhadap sang istri. Dirinya malah menemui sebuah hambatan. Dia jelas marah. "Apa yang mereka inginkan?" tanya Sebastian ketika melihat langkah mereka lebih dekat dengan kendaraan miliknya. Jalanan ini sangat luas, sehingga kendaraan mereka tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan yang lainnya. Dareen yang melihat itu seketika ketakutan. Dia sudah nyaris mati, dan dia tidak ingin celaka lagi

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 208.

    Ramon menatap Sebastian dengan sorot mata yang dipenuhi ketidakpercayaan. Dia merasa hatinya tercekat, seakan tak mampu memahami keputusan yang baru saja diambil oleh atasannya itu. Bagaimana mungkin Sebastian, yang selama ini dikenal tegas dan penuh pertimbangan, begitu saja menyetujui keinginan Vanno? Ramon tidak tahu, bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya. Dadanya bergemuruh oleh rasa kecewa. Semua upaya, perjuangan, dan risiko yang telah dia tempuh demi menyelamatkan Dareen seolah tidak berarti apa-apa. Sebastian bahkan tidak tampak mempertimbangkan jerih payahnya, atau sekadar memberi ruang untuk berdiskusi lebih lanjut."Tuan, bagaimana mungkin?" Ramon merasa suaranya tertahan. Namun, Sebastian hanya membalas ucapan Ramon dengan sebuah tatapan. Dia mengangguk seolah memberikan sebuah isyarat, entah apa. Ramon menundukkan wajahnya sesaat, berusaha meredam gejolak emosinya. Namun, tak bisa dipungkiri, perasaan kesal dan amarah kini merajai diri Ramon. Meski begitu dia tetap m

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 209.

    Dareen mengernyitkan dahi ketika mendengar nada suara Vanno yang mendadak meninggi. Nada tegas yang hampir menyerupai bentakan itu memecah keheningan di dalam mobil dan sontak membuat suasana menjadi semakin tegang. Rasa ragu perlahan menjalari benak Dareen. Ada ketakutan yang menyelinap, mengingat bahwa dirinya berada di bawah pengawasan ketat dan tidak memiliki kendali atas situasi. Namun di balik itu semua, tekad dalam dirinya tetap menyala. Dia tidak boleh mundur sekarang. Rencana yang telah dia pikirkan sejak tadi harus tetap dijalankan. Hitung-hitung sebagai pelajaran karena telah menyerobot pekerjaan orang lain. Meski detak jantungnya meningkat dan tubuhnya sedikit gemetar karena ketegangan, Dareen berusaha menjaga ekspresi tetap netral. Dia menarik napas perlahan, menenangkan dirinya, dan kembali fokus. "Aku lapar. Saat disekap, aku tidak diberi makan dan minum, lihatlah! Betapa kurusnya tubuhku ini," rengek Dareen sembari melihat dirinya sendiri. Nada bicara yang terkesan

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 210.

    Apa yang baru saja dia dengar? Vanno menatap Dareen, berharap pria itu mengulang kembali ucapannya. Barangkali dia salah dengar. "Semuanya, Tuan?" tanya sang manajer. "Ya, dan juga semua menu rekomendasi," imbuh Dareen yang membuat mata Vanno semakin lebar saja. Setelah mencatat semua pesanan. Manajer itu segera keluar ruangan. Tak lama kemudian. Para pramusaji yang mengenakan seragam rapi dengan celemek putih bersih mulai berdatangan satu per satu, membawa nampan-nampan perak berkilau yang berisi aneka hidangan mewah. Mereka bergerak dengan penuh kehati-hatian dan ketepatan, mencerminkan standar pelayanan kelas atas dari restoran bintang lima tersebut.Hidangan pembuka yang pertama datang adalah sepiring foie gras yang dipanggang sempurna, disajikan dengan roti brioche hangat dan selai buah ara yang manis legit. Kedua mata Dareen berbinar. Tak lama kemudian, seporsi lobster Thermidor tiba, disiram saus krim keju dengan aroma bawang putih yang menggoda, disajikan dalam cangkangny

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 211.

    Vanno jelas saja terkejut saat matanya menangkap angka yang tertera pada lembar tagihan yang baru saja disodorkan oleh manajer. Nominalnya jauh melampaui perkiraannya—jumlah yang hampir menguras setengah dari saldo dalam kartu kreditnya. Sesaat dia menahan napas, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wajahnya pucat. Oksigen di sekitar ruangan seolah menipis. Dia menatap manajer itu dengan dahi berkerut. "Apa Anda yakin?" "Ya, Tuan." Vanno ingin kembali membuka mulut. Tetapi bibirnya malah terkatup rapat. Keinginan untuk melayangkan protes sempat terlintas dalam benaknya. Namun, begitu dia mengingat tumpukan piring kosong yang mengelilingi Dareen beberapa saat lalu, rasa kesal itu perlahan berubah menjadi pasrah. Makanan yang dihidangkan memang bukan sembarangan, dan jumlah yang disantap Dareen tidak main-main. Akhirnya, Vanno hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan menahan diri, membayar tagihan tersebut sambil mengumpat tidak jelas. Setelah berhasil membuat Vanno kesal, Dare

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 212.

    Pekerja wanita itu sontak terperanjat begitu mendengar penuturan yang keluar dari mulut Vanno. Mata perempuan itu membelalak, dan tanpa disadari, tangannya terangkat menutup mulutnya sendiri—sebuah reaksi spontan yang menunjukkan keterkejutannya. Pikirannya kalut, mencoba memahami maksud ucapan Vanno. Ada kegelisahan yang menyeruak dalam hatinya, seolah mempertanyakan, Apa yang salah dengan dirinya?Sementara itu, Vanno tampak tak menunjukkan sedikit pun rasa penyesalan atas kata-kata yang telah dilontarkannya. Alih-alih meminta maaf atau menjelaskan maksudnya, pria itu justru berbalik arah dan melangkah cepat meninggalkan wanita tersebut. Tatapannya berubah menjadi liar, penuh kecemasan dan amarah, menyapu sekeliling ruangan dengan waspada. Dia tengah mencari satu sosok—Dareen—yang entah sejak kapan sudah menghilang dari pandangannya. Sementara Vanno dan para anak buahnya dibuat kelimpungan oleh Dareen. Orang yang dicari justru asyik memilih-milih pakaian baru ditemani oleh seoran

    Huling Na-update : 2025-04-21

Pinakabagong kabanata

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 223.

    Sementara Dareen mulai bekerja sebagai OB. Sebastian kini memulai rencana dengan memberi pelajaran pada Ziyon dan kedua temannya. Atas perintah langsung dari Sebastian, Ramon mulai menjalankan tugasnya dengan serius. Penyelidikan terhadap Ziyon, pria yang telah menculik Dareen dan menimbulkan kekacauan besar dalam kehidupan mereka, menjadi prioritas utama. Dalam waktu singkat, Ramon berhasil menemukan jejak keberadaan pria itu. Ziyon ternyata telah mulai membangun kembali kehidupannya setelah keterpurukan. Dengan bantuan seorang temannya yaitu Jordy. Diia kini bekerja sebagai bartender di sebuah bar eksklusif yang terletak di kawasan hiburan malam kota Arbour. Bar tersebut dimiliki oleh Jordy, teman baiknyaa yang dikenal memiliki koneksi luas dan loyalitas tinggi terhadap orang-orang yang dianggapnya keluarga. Ramon mengamati dari kejauhan, berdiri di antara bayangan bangunan seberang jalan. Dia menyaksikan bagaimana Ziyon melayani para pengunjung dengan senyum ramah, seolah-olah

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 222.

    Dareen berdiri di sisi meja dengan senyum yang melebar, tampak sedikit gugup. Dia mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tatapannya langsung bertemu dengan mata Sebastian. Sebastian menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruangan. Ramon pun segera menutup pintu dan memberi mereka ruang. "Untuk apa kamu datang kemari?" hardik Sebastian dengan tatapan intens. Terlihat sinis, dan selalu saja begitu. Namun, kali ini Dareen tidak takut. Dia datang dengan tujuan baik. Dareen menarik napas dalam. “Aku datang... untuk mengucapkan terima kasih kepada Kak Bastian. Untuk semuanya. Karena telah menyelamatkanku, karena telah menolong Mom, dan... karena tidak pernah membenciku, meskipun aku banyak menyakitimu di masa lalu.” Sebastian menatap Dareen. Wajahnya tenang. Sebelah alisnya terangkat ke atas. "Hanya itu saja 'kan?" “Ya, tapi tetap saja. Aku merasa harus mengatakannya.” Dareen tersenyum kecil. “Dad juga menyuruhku untuk belajar mengharga

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 221.

    Louis mengernyit, matanya membelalak saat mendengar penuturan Dareen tentang siapa yang telah menyelamatkannya dari peristiwa penculikan itu. Dia tak menyangka bahwa nama yang kembali disebut adalah Sebastian.“Bastian?” ulang Louis, suaranya pelan namun penuh tekanan. Saat dia datang ke rumah Sebastian untuk meminta bantuan, pria itu sedang pergi ke luar. Rupanya dia pergi untuk ini. "Jadi dia yang menyelamatkanmu?" ulang Louis. Dareen mengangguk pelan. Dia dapat melihat jelas ekspresi keterkejutan yang muncul di wajah ayahnya. “Ya, Dad. Dia yang datang dan menyelamatkanku... tepat waktu. Kalau bukan karena dia, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”Louis bersandar pada sandaran kursi rumah sakit, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Tatapannya menerawang, seolah mencoba mencerna semua informasi yang baru saja dia terima. Nama Sebastian telah lama berseliweran dalam kehidupan keluarga mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dia tahu, pria itu punya peran besar dalam

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 220.

    220. Begitu mendengar kabar mengenai kondisi ibunya yang dikabarkan memburuk, Dareen segera meminta izin kepada sang kakek untuk pergi ke rumah sakit. Tentu hal itu sudah mendapat persetujuan dari Maxime. Pria itu bahkan memberikan perintah kepada salah satu sopir keluarga untuk mengantarkannya. Sikap tersebut membuat Dareen merasa sedikit lega sekaligus bersyukur."Ke rumah sakit St. Mary's," ucap Dareen kepada Sopir. "Baik, Tuan." Deru mesin kendaraan terdengar. Mobil yang dikendarai salah satu anak buah Maxime itu bergerak perlahan menjauhi halaman kediaman Maxime. Di dalam kendaraan, Dareen duduk dengan gelisah. Pandangannya menatap kosong ke luar jendela, mengikuti bayang-bayang pepohonan dan bangunan yang melintas cepat seiring laju mobil. Hatinya dipenuhi rasa khawatir. Selama ini Lucia adalah orang yang selalu mendukungnya. Dalam keadaan apa pun. Wanita itu akan menjadi garda terdepan untuk dirinya. Itu sebabnya Dareen merasa sedih mendengar kondisi ibunya. Perjalanan m

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 219.

    Maxime tampak tenang, namun di balik ketenangan itu, menyimpan sebuah keterkejutan. Maxime tidak pernah menyangka bahwa Sebastian akan turun tangan sendiri untuk membantu Dareen. Selama ini, yang dia ketahui, hubungan antara kedua cucunya itu dipenuhi oleh kesenjangan yang dalam—sebuah jurang pemisah yang tampak mustahil untuk dijembatani. Perbedaan karakter, pandangan hidup, bahkan latar belakang pengalaman membuat mereka seperti dua kutub yang bertolak belakang. Maxime telah lama menerima kenyataan bahwa mereka tidak akan pernah akur, apalagi saling mendukung."Apa kamu yakin itu Bastian?" Maxime perlu memastikannya. Vanno masih berdiri tegak. Tatapannya tampak serius. Kemudian dia menjawab, "Ya, Tuan. Tuan Muda Bastian ditemani oleh asistennya, Ramon." Melihat wajah penuh kesungguhan yang ditunjukkan Vano, Maxime tidak ragu lagi. Pria yang dimaksud oleh Vanno adalah Sebastian Abraham, cucunya. "Begitu rupanya." Maxime mengangguk samar. Selama ini Sebastian selalu bersikap din

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 218.

    Napas Dareen tertahan di tenggorokan. Udara yang sedari tadi terasa dingin kini seperti membekukan paru-parunya. Jantungnya berpacu cepat, berdentum keras dalam dada seakan hendak melompat keluar. Langkahnya melambat saat dia memasuki ruang utama rumah besar itu—ruangan luas yang dipenuhi ornamen antik dan atmosfer kekuasaan yang begitu kental.Di tengah ruangan, duduklah seorang pria tua dengan sikap tenang dan wibawa yang tak terbantahkan. Maxime Abraham, sang kakek, sedang menyilangkan kaki di atas kursi berlengan, mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang tampak begitu rapi. Sorot matanya tajam, nyaris tak berkedip, seolah mampu menelanjangi seluruh isi pikiran lawan bicaranya hanya dengan sekali pandang. Di belakangnya berdiri seorang Damian, sang asisten pribadi. "Ka-kakek!" Dareen merasa lidahnya kelu. Bibirnya kaku. Namun yang membuat tubuh Dareen semakin kaku adalah senyuman yang menghiasi bibir pria tua itu. Sebuah senyum tipis yang tampak sopan di permukaan, namun menyi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 217.

    217. Sebastian terdiam. Tatapannya berubah tajam. Ekspresi wajahnya tak seramah sebelumnya. Bahkan terkesan sinis dan meja."Kenapa dia menemuimu?" Suara Sebastian terdengar dingin. Sebastian terdengar geram, tapi dia tetap bersikap tenang. Dia tidak ingin menunjukkan rasa cemburunya kepada Clara. Yang terpenting adalah Clara sudah menjadi miliknya, dan dia tidak akan pernah melepaskannya.Clara terdiam, otaknya bekerja cepat menyusun kata-kata."Sepertinya kami bertemu secara kebetulan." Singkat, padat, dan jelas. Clara menjawabnya dengan jujur. Sebastian terdiam, dia menangkap sesuatu dari ucapan Clara. Pikirannya bekerja secara kritis. "Apa yang dia inginkan?" tanya Sebastian, suaranya terdengar sedikit kasar. Seseorang yang pernah disakiti, tiba-tiba muncul. Baik sengaja atau tidak, entah mengapa Sebastian merasa bahwa William memiliki maksud tertentu. Clara menggigil sedikit ketika Sebastian membantunya membersihkan tubuhnya. "Aku tidak tahu," katanya. "Tapi aku merasa dia t

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 216.

    Clara terkejut ketika merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Dia langsung mengenali aroma khas yang melekat pada tangan itu. Senyum tipis tersungging di bibir sensualnya. "Sayang!" serunya, berputar untuk menghadap suaminya. Iris matanya menangkap wajah sang suami yang tampak lebih segar, sepertinya pria itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut basah dan aroma sabun dan shampoo yang menguar dari tubuh pria itu. Sebastian tersenyum, mata coklatnya berbinar menyambut istrinya. "Aku rindu," katanya, menarik Clara ke dalam pelukan. Clara merasa sedikit lega ketika menyadari bahwa yang memeluknya adalah Sebastian, bukan orang lain. Kekhawatiran serta kecemasan yang merundungnya sejak tadi seketika lenyap ketika melihat wajah Sebastian, suaminya. "Aku juga rindu," jawabnya, membalas pelukan suaminya. Mereka berdua berdiri di sana sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain. Setelah beberapa saat, Sebastian melepaskan pelukannya dan memandang Clara dengan mata ya

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 215.

    Clara tercekat. Jantungnya berdegup kencang, seolah hendak melompat keluar dari rongga dada. Tatapan matanya yang biasanya tenang, kini membelalak dalam keterkejutan. Manik mata beningnya membesar saat menyadari keberadaan William yang tiba-tiba muncul begitu dekat dengannya, terlalu dekat. Udara yang berhembus di sekitar seolah ribuan jarum yang menelusup kulit. "William...kamu..." Kehadiran pria itu membangkitkan gelombang emosi yang sulit dia kendalikan. Seketika kewaspadaannya meningkat tajam. Seluruh instingnya bekerja, memperingatkan bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Clara menggenggam tas di tangannya lebih erat, berusaha tetap tenang meski firasat buruk menggelayuti hatinya. Entah apa yang sebenarnya diinginkan William, namun Clara merasa, kali ini kehadirannya bukan semata kebetulan. "Aku harus pulang. Sampai jumpa..." Belum selesai Clara berucap, William lebih dulu memotong. "Sampai jumpa? Itu artinya kamu menginginkan pertemuan kita selanjutnya? Baiklah!" "Apa?

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status