Share

Bab 201.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 18:09:14

Setelah melalui serangkaian perawatan intensif dan observasi ketat dari tim medis, kondisi Dareen perlahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Wajahnya yang semula pucat kini mulai bersemu, dan napasnya pun terdengar lebih teratur.

Beberapa hari berlalu dalam keheningan ruang perawatan, hingga akhirnya, pada suatu pagi yang tenang, kelopak matanya perlahan terbuka.

Cahaya lampu yang menyusup dari langit-langit menyilaukan pandangannya, namun dalam hitungan detik, potongan-potongan ingatan yang sempat terpendam mulai bermunculan ke permukaan kesadarannya.

Dia mengingat sensasi dinginnya air laut, tekanan yang menyesakkan di dadanya, serta keputusasaan yang menyeretnya nyaris tenggelam dalam kegelapan.

Namun, dari kegelapan itulah muncul sesosok bayangan samar yang menarik tubuhnya ke permukaan. Sosok itu tampak kuat, sigap, dan penuh tekad. Ketika gambaran itu menjadi lebih jelas, Dareen tercekat.

Sosok penyelamat itu bukanlah orang asing—melainkan Sebastian Abraham, pria yang selama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 202.

    Sania perlahan berdiri dari duduknya, gerakan tubuhnya tampak tegas dan penuh tekanan. Sorot matanya yang tajam serta ekspresi wajah yang mengeras mencerminkan amarah yang sulit dia sembunyikan. Wajah cantiknya yang biasanya memancarkan keteduhan, kini berubah dingin dan penuh ketegangan. Rahang kecil wanita itu mengeras. Terlebih ketika melihat, Louis turun dari kendaraan. Hubungannya dengan kedua adik iparnya, termasuk Louis, memang tidak pernah terjalin secara harmonis. Meski terikat oleh hubungan keluarga, ikatan batin di antara mereka nyaris tak ada. Banyak perbedaan prinsip dan konflik masa lalu yang belum sepenuhnya terselesaikan, membuat hubungan itu terasa kaku dan sarat ketegangan.Kehadiran Louis di rumah besar keluarga Abraham bukanlah sesuatu yang dia harapkan, bahkan cenderung mengusik ketenangannya. Bagi Sania, Louis adalah simbol dari keretakan yang selama ini dia hindari. Maka tak heran jika kemunculannya kembali memicu gejolak emosi yang telah lama dia tekan.Area

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 203.

    Belum sepenuhnya hilang keterkejutan Clara atas kondisi Lucia yang memprihatinkan, kini ia kembali dikejutkan oleh pernyataan mendadak yang meluncur dari bibir Louis, pamannya. Suasana yang semula hening dan dipenuhi rasa iba, mendadak berubah tegang.Clara terbelalak. Matanya membesar, wajahnya seketika pucat. Jantungnya berdegup lebih cepat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Dareen… diculik?" ulangnya dengan suara nyaris berbisik, seperti mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa ia tidak salah dengar.Ia melangkah satu langkah ke depan, menatap Louis dengan tatapan tak percaya. “Apa yang Paman maksud? Siapa yang menculiknya? Kapan itu terjadi?” Suaranya mulai gemetar, campuran antara kekhawatiran, ketakutan, dan kebingungan.Sania pun tak kalah terkejut. Dia mengerutkan dahi, mencoba mencerna informasi yang begitu tiba-tiba. Segalanya terasa kabur—seolah-olah waktu berhenti sejenak.Sementara itu, Louis hanya menghela napas panjang, seolah menyadari bahwa penga

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 204.

    Tuan Besar, Nyonya Sania dan Nyonya Clara datang, beserta dengan Tuan Muda Kaisar!" Maxime segera melipat surat kabar yang sedari tadi dia baca ketika suara kepala pelayan menggema di ruang tengah, mengabarkan kedatangan cucu menantu beserta cicitnya. Pria itu mengangkat kepala, menatap kepala pelayan dengan tatapan terkejut. "Apa? Cicitku datang?" Seketika itu juga, pria lanjut usia tersebut bangkit dari kursi berlapis kain beludru, dengan gerakan yang mengejutkan semua orang di sekitarnya. Gangguan kesehatan yang selama ini membatasi aktivitasnya seakan tak lagi berarti.Langkahnya cepat dan penuh semangat, bertolak belakang dengan kesehariannya yang cenderung lamban dan berhati-hati. Sorot matanya tampak berbinar, raut wajahnya mencerminkan antusiasme yang tulus.Tak ada yang mampu menandingi kebahagiaan Maxime saat mendengar bahwa Kaisar—cicit yang baru beberapa kali sempat dia temui—akhirnya datang mengunjungi rumah besar yang telah lama terasa sunyi. Setiap hentakan langkahn

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 205.

    Keterkejutan tergambar jelas di wajah Maxime saat mendengar kabar bahwa Dareen telah menjadi korban penculikan. Alisnya terangkat, dan matanya membesar seolah tidak percaya akan apa yang baru saja didengarnya. Namun, ekspresi itu tidak bertahan lama. Dalam hitungan detik, guratan keterkejutan itu perlahan memudar. Digantikan oleh ketenangan yang terkesan dibuat-buat. Wajahnya kembali datar, tanpa menunjukkan emosi yang berarti. Seolah dia sengaja menyembunyikan perasaannya di balik ketegasan raut muka. Maxime menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, mengatur napas dan mengalihkan pandangan ke jendela, seakan mencoba mencerna kabar tersebut dengan kepala dingin. Namun dari sorot matanya yang menggelap, tersirat bahwa pikirannya tengah bekerja keras, berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.Tangannya saling bertumpu pada ujung tongkat yang berdiri di depannya. Perlahan, tumpukan jemari itu mengerat seiring dengan helaan napas yang terdengar berat, namun samar. Dada Maxime ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 206.

    Pagi itu di kota Colorado, langit tampak diselimuti awan kelabu. Udara terasa lembap, khas musim penghujan yang baru saja memasuki masa awalnya. Meskipun hujan belum turun secara merata, suasana mendung sudah cukup membuat pagi terasa lebih lambat dari biasanya.Di salah satu penginapan di sudut kota, Sebastian terbangun dengan kepala sedikit berat. Dia hanya sempat tertidur beberapa jam, setelah semalaman bergelut dengan rapat virtual dan laporan yang menumpuk.Matanya menyapu sekitar kamar, mencari ponselnya. Setelah menemukannya di atas meja kecil dekat ranjang, dia segera meraih benda tersebut. Hendak memeriksa apakah ada panggilan atau pesan, akan tetapi dia justru mendapati benda itu dalam keadaan mati. "Uh, sialan!" Desahan berat keluar dari mulutnya. Dalam kesibukannya, dia benar-benar lupa mengisi daya ponsel. Sebastian bangkit dari tempat tidur, berjalan malas ke arah alat pengisi daya, lalu menyambungkan ponselnya ke kabel. Dia menatap layar kosong sejenak, menanti ponse

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 207.

    "Siapa mereka?" Suara Bariton Sebastian memecah keheningan. Tidak ada yang benar-benar menjawab kecuali setelah salah satu penghuni mobil tersebut keluar diikuti oleh beberapa penumpang lainnya. Dan itu cukup menjawab pertanyaan Sebastian bahwa mereka adalah orang-orang yang tak dikenal. Masalahnya, tidak ada yang tahu siapa mereka. Ramon menajamkan penglihatannya. Dia merasa tidak asing. Ingatannya mulai bekerja, memutar rekaman di mana dia pernah melihat mereka sebelumnya. Sebastian tampak tenang, meski begitu dia tidak menutupi rasa panik yang tersembunyi. Di saat-saat masa kerinduannya terhadap sang istri. Dirinya malah menemui sebuah hambatan. Dia jelas marah. "Apa yang mereka inginkan?" tanya Sebastian ketika melihat langkah mereka lebih dekat dengan kendaraan miliknya. Jalanan ini sangat luas, sehingga kendaraan mereka tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan yang lainnya. Dareen yang melihat itu seketika ketakutan. Dia sudah nyaris mati, dan dia tidak ingin celaka lagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 208.

    Ramon menatap Sebastian dengan sorot mata yang dipenuhi ketidakpercayaan. Dia merasa hatinya tercekat, seakan tak mampu memahami keputusan yang baru saja diambil oleh atasannya itu. Bagaimana mungkin Sebastian, yang selama ini dikenal tegas dan penuh pertimbangan, begitu saja menyetujui keinginan Vanno? Ramon tidak tahu, bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya. Dadanya bergemuruh oleh rasa kecewa. Semua upaya, perjuangan, dan risiko yang telah dia tempuh demi menyelamatkan Dareen seolah tidak berarti apa-apa. Sebastian bahkan tidak tampak mempertimbangkan jerih payahnya, atau sekadar memberi ruang untuk berdiskusi lebih lanjut."Tuan, bagaimana mungkin?" Ramon merasa suaranya tertahan. Namun, Sebastian hanya membalas ucapan Ramon dengan sebuah tatapan. Dia mengangguk seolah memberikan sebuah isyarat, entah apa. Ramon menundukkan wajahnya sesaat, berusaha meredam gejolak emosinya. Namun, tak bisa dipungkiri, perasaan kesal dan amarah kini merajai diri Ramon. Meski begitu dia tetap m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 209.

    Dareen mengernyitkan dahi ketika mendengar nada suara Vanno yang mendadak meninggi. Nada tegas yang hampir menyerupai bentakan itu memecah keheningan di dalam mobil dan sontak membuat suasana menjadi semakin tegang. Rasa ragu perlahan menjalari benak Dareen. Ada ketakutan yang menyelinap, mengingat bahwa dirinya berada di bawah pengawasan ketat dan tidak memiliki kendali atas situasi. Namun di balik itu semua, tekad dalam dirinya tetap menyala. Dia tidak boleh mundur sekarang. Rencana yang telah dia pikirkan sejak tadi harus tetap dijalankan. Hitung-hitung sebagai pelajaran karena telah menyerobot pekerjaan orang lain. Meski detak jantungnya meningkat dan tubuhnya sedikit gemetar karena ketegangan, Dareen berusaha menjaga ekspresi tetap netral. Dia menarik napas perlahan, menenangkan dirinya, dan kembali fokus. "Aku lapar. Saat disekap, aku tidak diberi makan dan minum, lihatlah! Betapa kurusnya tubuhku ini," rengek Dareen sembari melihat dirinya sendiri. Nada bicara yang terkesan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 250.

    Satu tahun berlalu, kehidupan keluarga besar Abraham terus dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan. Sejak penggabungan resmi antara Abraham Group dan Diamond Company, kedua perusahaan itu tumbuh pesat menjadi satu kekuatan bisnis yang mengagumkan. Di bawah kepemimpinan Sebastian Abraham yang penuh dedikasi, berbagai pencapaian baru terus diraih, mengukuhkan nama Abraham Group sebagai salah satu perusahaan terkuat di negara itu.Sebastian sendiri kini semakin disibukkan dengan berbagai agenda bisnis. Namun, di sela kesibukannya, ia tidak pernah melupakan keluarganya. Kaisar, putra kecilnya yang kini berusia dua tahun, menjadi sumber semangat baru dalam hidupnya dan Clara.Sementara itu, Dareen menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Dengan kerja keras dan ketekunan yang tidak pernah surut, ia akhirnya dipercaya oleh Sebastian untuk naik jabatan menjadi seorang manajer. Kenaikan itu bukan semata-mata karena hubungan keluarga, melainkan murni atas kegigihan dan kerja keras yang tela

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 249.

    Minggu-minggu berlalu sejak kepulangan mereka dari Swiss. Kenangan manis liburan itu masih hangat membekas dalam ingatan mereka. Foto-foto perjalanan dipajang di ruang keluarga, Kaisar bahkan masih tidur dengan Luzie, boneka sapi kecil yang kini menjadi sahabat tidurnya.Sejak liburan itu, Clara dan Sebastian mulai menerapkan kebiasaan baru yang mereka sepakati: satu akhir pekan setiap bulan sebagai “Hari Keluarga.” Hari itu menjadi waktu khusus yang tidak boleh diganggu oleh pekerjaan, urusan luar, ataupun janji sosial lainnya. Mereka hanya akan bertiga, melakukan apa pun yang mereka sepakati bersama.Pada bulan pertama, mereka memilih mengunjungi kebun stroberi di daerah Puncak. Kaisar begitu gembira bisa memetik buah sendiri, sementara Clara dan Sebastian duduk di bawah pohon rindang sambil bercakap-cakap santai.“Sebastian,” ujar Clara saat mereka duduk di tikar piknik, “aku merasa sangat beruntung. Bukan karena kita pernah ke Swiss, atau punya rumah yang nyaman. Tapi karena kamu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 248.

    248. Keesokan paginya, cahaya matahari musim dingin menyelinap lembut melalui jendela besar kamar hotel mereka. Clara terbangun lebih dulu. Ia bangkit perlahan, membiarkan Kaisar dan Sebastian masih terlelap di bawah selimut hangat. Ia berdiri di balkon, memandangi danau yang tenang, permukaannya memantulkan warna langit dan puncak-puncak bersalju.Tak lama kemudian, Sebastian keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah dan senyum di wajahnya. “Selamat pagi, nyonya Sebastian,” ujarnya sambil memeluk Clara dari belakang.Clara tertawa kecil. “Selamat pagi juga, tuan romantis. Si kecil masih tidur?”“Masih. Tapi kurasa tidak lama lagi. Bau sarapan khas Swiss di restoran bawah pasti akan membuatnya bangun,” jawab Sebastian.Mereka pun bersiap untuk menjelajahi hari terakhir liburan mereka. Rencana hari itu cukup sederhana: menikmati sarapan di hotel, lalu berjalan santai di sekitar danau Lucerne sebelum mengunjungi sebuah desa kecil di pegunungan yang terkenal dengan kerajinan tan

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 247.

    247. Clara dan Sebastian kembali menjalani kehidupan mereka yang normal, jauh dari gejolak emosi yang sempat menguji rumah tangga mereka. Kaisar tumbuh sehat dan ceria, menjadi pusat perhatian serta cinta di rumah itu.Setiap akhir pekan, mereka kerap mengunjungi perkebunan milik kedua orang tua Clara yang terletak di dataran tinggi. Perkebunan itu luas dan terawat, penuh dengan tanaman teh dan bunga-bunga yang tumbuh rapi. Udara di sana selalu segar, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru disiram embun pagi. Di tempat itulah Clara merasa paling damai.Meski kesibukan kerja kembali menyita waktu Sebastian, ia tidak pernah melewatkan waktu berkualitas bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa kebahagiaan rumah tangganya tidak bisa dibeli dengan kesuksesan semata. Oleh sebab itu, setelah melalui berbagai pertimbangan, Sebastian merancang satu rencana besar—liburan untuk mereka bertiga. Bukan liburan singkat ke luar kota, tetapi sebuah perjalanan ke luar negeri. Ia ingin memberi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 246.

    246. Beberapa minggu berlalu sejak pertemuan sore itu di taman. Hubungan antara Sebastian dan William mulai menemukan bentuk baru. Bukan sebagai rival, melainkan sebagai dua pria dewasa yang memilih saling menghargai, meskipun di masa lalu mereka berdiri di sisi yang berbeda. Kaisar, yang masih terlalu kecil untuk memahami kompleksitas hubungan orang dewasa, menerima kehadiran keduanya dengan gembira. Baginya, selama ada cinta dan perhatian, ia merasa utuh.Clara menyadari perubahan ini dengan rasa syukur. Bagi seorang ibu, tidak ada yang lebih melegakan daripada melihat anaknya dikelilingi kasih sayang, tanpa harus menjadi korban perselisihan orang dewasa. Namun di balik ketenangan itu, Clara tetap waspada. Ia tahu luka di hati William mungkin masih menganga, dan bisa saja berdarah kembali sewaktu-waktu.Suatu pagi yang cerah, Sebastian bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia mengenakan jas abu-abu rapi, sambil merapikan dasi di depan cermin. Clara masuk ke kamar membawa secangki

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 245.

    244Langkah kaki William terasa berat saat meninggalkan rumah Clara. Matahari mulai condong ke barat, memantulkan cahaya oranye yang suram di sepanjang jalan. Udara sore terasa pengap, seperti menyesakkan dadanya yang sudah lebih dulu penuh oleh kemarahan dan penyesalan.Ia mengemudi tanpa arah. Jalanan tampak kabur di matanya, bukan karena cuaca, melainkan oleh pikiran yang kacau. Kata-kata Clara tadi terus terngiang-ngiang di telinganya:“Kamu sendiri yang memilih jalan itu.”Ia tahu itu benar. Ia yang meninggalkan Clara, meninggalkan rumah, meninggalkan semua yang pernah dibangun bersama. Tapi saat itu, ia merasa tidak punya pilihan. Tekanan pekerjaan, pertengkaran kecil yang terus membesar, dan rasa tidak percaya diri sebagai suami membuatnya menjauh. Ia berpikir, dengan pergi, semuanya akan membaik.Ternyata tidak. Sejak berpisah, kehidupannya justru kosong. Ia mencoba menjalin hubungan baru, tapi tidak ada yang terasa seperti Clara. Bahkan saat bersama orang lain, pikirannya sel

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 244.

    243Sebastian duduk di beranda rumah mertuanya dengan perasaan lega bercampur haru. Hari itu adalah hari yang telah lama ia nantikan. Setelah sekian lama membuktikan ketulusan dan kesungguhannya, akhirnya restu yang selama ini terasa jauh kini datang mendekat. Richard dan Mariana—kedua orang tua Clara—akhirnya menerima Sebastian sebagai menantu mereka sepenuhnya.Perjalanan menuju titik ini bukan hal yang mudah. Sejak menikahi Clara, Sebastian harus menghadapi pandangan sinis dari Richard yang masih belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran pria lain menggantikan posisi William, mantan suami anaknya. Mariana pun, meskipun lebih lembut dalam bersikap, tetap menunjukkan jarak.Namun Sebastian tidak pernah menyerah. Ia datang setiap minggu, membantu apa pun yang ia bisa di rumah orang tua Clara. Ia tak pernah mengeluh saat disuruh memperbaiki keran bocor atau ikut memanen sayur di kebun belakang. Ia bersabar saat omongan Richard menusuk harga dirinya. Ia melakukan semua itu bukan demi puj

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 243.

    Pagi itu langit terlihat cerah, burung-burung berkicau riang di pepohonan sekitar rumah keluarga Rein. Suasana yang tenang perlahan berubah ketika suara mesin mobil terdengar mendekat di halaman depan. Dari balik jendela ruang keluarga, Clara melirik keluar dan mendapati sosok yang sudah ia duga sejak semalam—William."Dia datang lagi,” gumam Clara pelan, sambil berdiri dan merapikan rok panjangnya.Sebastian yang duduk di kursi membaca koran hanya menoleh sekilas. Wajahnya tetap tenang, meskipun hatinya bergejolak. Ia tahu bahwa kedatangan William tidak sekadar kunjungan biasa. Ada sesuatu yang disimpan pria itu, dan Sebastian bersiap untuk segala kemungkinan.Pintu rumah terbuka. Rosalia Rein, ibu Clara, menyambut William dengan senyum yang hangat.“William, Nak, kau datang lagi pagi-pagi begini. Ada angin apa?” tanya Rosalia dengan ramah.William membungkuk sedikit memberi hormat, lalu menjawab, “Saya hanya ingin berbicara sebentar dengan Paman Richard. Sekaligus… bertemu Clara.”C

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 242.

    Clara terdiam sesaat. Clara jelas saja kaget. Mengapa bisa ada William di rumah kedua orang tuanya. "Apa kamu tidak salah?" Clara memandang suaminya menuntut. "Kamu pikir aku bercanda?" Nada bicara Sebastian semakin meninggi. "Ah bukan begitu, maksudku, mengapa bisa ada William di rumah Ayah?" Clara mengubah arah pembicaraannya. Meski Sebastian tidak benar-benar menghendaki pembahasan ini, namun pria itu tetap menjawab. "Mengapa tanya padaku? Tanya saja pada ayahmu!" Sebastian acuh tak acuh. "Apa Ayah sengaja mengundangnya? Mungkin saja mereka masih berhubungan baik,” ujar Clara dengan hati-hati. "Berhubungan baik?" tanya Sebastian, kini menoleh dan menatap istrinya dengan sorot mata tajam. "Kamu tidak merasa aneh? Ayahmu terlihat lebih dekat dengan dia dibandingkan dengan aku, menantunya sekarang." Clara menggigit bibirnya, berusaha menahan diri untuk tidak memberikan respons emosional. Ia paham rasa tidak nyaman itu. Ia pun tidak bisa memaksa Sebastian untuk langsung meneri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status