"Aku masih tidak percaya kau menikah dengan Pak Edgard, Janice!" Olla bahkan masih tetap tidak percaya dan terus mengomel setiap kali bertemu Janice sampai hari pernikahan tiba. "Kau benar, Bu Olla! Setiap melihat Janice bersama Pak Edgard rasanya masih seperti mimpi saja! Kau benar-benar menikah dengan bujangan yang paling diminati, Janice! Bagaimana caranya?" pekik Wina yang juga masih syok dengan kenyataan ini. Janice hanya mengulum senyumnya. Tentu saja ia tidak menceritakan detail tentang kejadian enam tahun lalu. "Bukankah sudah kukatakan berkali-kali? Cerita cinta kami seperti cerita dalam novel romance di mana aku dan Edgard tanpa sengaja melakukan one night stand sampai aku hamil dan melahirkan dua anak kembar. Enam tahun kemudian, aku tidak menyangka kalau ternyata dia menjadi CEO di tempatku bekerja dan cerita cinta kami pun berlanjut." Janice terus mengulum senyumnya sedangkan Olla dan Wina pun terlihat gemas dengan jawaban Janice yang selalu sama setiap kali mereka b
"Kau sudah lelah, Sayang?" bisik Edgard di telinga istrinya. Setelah melakukan upacara pernikahan sakral pagi tadi dan menjamu begitu banyak tamu undangan, malam harinya mereka kembali berpesta dengan tamu undangan yang lain. Semua kenalan Elizabeth dan Edgard dari negara lain pun bergabung dalam pesta di ballroom megah yang rasanya tidak ada habisnya itu. Wajah tua Elizabeth tidak berhenti tertawa senang, begitupun dengan Edgard yang menggandeng Janice ke mana-mana sambil mengenalkannya pada semua orang. Janice yang mendengar pertanyaan Edgard pun menggeleng. "Lelah tubuh mungkin tidak terlalu, Edgard. Hanya saja, aku sudah lelah memakai sepatu hak tinggi ini." Janice meringis merasakan pegal di kakinya karena haknya cukup tinggi untuk membuatnya terlihat sempurna dengan gaunnya. Janice sudah mengganti gaun pengantinnya dengan gaun putih lain yang lebih sederhana, namun tidak kalah cantiknya malam ini. "Mengapa kau memakainya kalau itu menyakitkan, Sayang?" "Tidak apa. Aku b
"Ah, lega sekali, Edgard!" Janice langsung duduk di ranjang empuk di dalam kamar hotel itu setelah akhirnya mereka menyelesaikan pestanya malam itu. Mereka mengadakan pesta di ballroom hotel dan kebanyakan tamu dari luar negeri juga menginap di hotel yang sama, begitu juga dengan keluarga Edgard dan Janice. "Akhirnya acaranya selesai juga, Sayang," sahut Edgard sambil membuka jas dan dasinya. "Hmm, dan akhirnya aku bisa bertelanjang kaki," seru Janice sambil menggerakkan kakinya yang sudah bebas dari sepatu apapun. Janice pun duduk di ranjang itu sambil memejamkan matanya karena ia sudah terlalu lelah dan ngantuk. Namun, Edgard yang melihatnya malah tersenyum dan melangkah mendekati istrinya sambil membuka kancing kemejanya sendiri. Dengan perlahan dan lembut, Edgard menunduk di depan Janice dan mendadak mendaratkan bibirnya ke bibir Janice sampai Janice pun membelalak kaget. "Edgard!" pekik Janice kaget. "Kita sudah resmi menikah, Janice. Jadi surat ijin menyentuh atau apa p
Beberapa hari berlalu sejak pernikahan dan para tamu pun akhirnya pulang ke negara masing-masing. Edgard dan Janice yang awalnya masih menginap di hotel pun akhirnya pulang ke rumah mereka dengan status baru yaitu suami dan istri. Namun, jangan tanyakan soal malam pengantin yang tertunda karena setiap malam akhirnya Collin dan Calista terus tidur bersama kedua orang tuanya di kamar hotel. Edgard dan Janice pun memaklumi anak-anaknya yang sedang manja dan tidak keberatan, walaupun Edgard tetap mencuri kiss dari istrinya itu setiap kali ada kesempatan dan Janice akan selalu mengulum senyumnya malu setiap Edgard melakukannya. Dan setiap melihatnya, Collin dan Calista pun menjadi iri dan minta dicium juga. Begitulah yang dialami pengantin baru yang sudah mempunyai dua anak, tapi sejauh ini mereka sangat bahagia. Sampai akhirnya tepat saat mereka pulang ke rumah, Elizabeth menelepon dan meminta kedua cicitnya itu menginap di rum
"Cheers!" Edgard dan Janice bersulang malam itu setelah menikmati makan malam romantis di restoran resort. Mereka pun tidak berhenti saling menatap dan melemparkan senyum. Setelah sepanjang sore berjalan bergandengan tangan menyusuri resort, mereka pun begitu kelaparan sampai Janice makan begitu banyak. "Bagaimana rasa winenya, Sayang?" "Hmm, ada rasa manis tapi ada pahitnya juga." "Kau menyukainya?" "Hmm, tidak. Tapi aku mau meminumnya sedikit lagi. Apa ini tidak membuat mabuk?" "Tidak, Sayang. Kecuali kau minum satu botol. Haha!" Edgard hanya tertawa mendengarnya. "Lagipula kalau kau mabuk, kau aman bersamaku, Sayang."Janice pun tertawa lebar mendengarnya dan terus meneguk winenya sambil memejamkan matanya. "Hmm, apa acara kita setelah ini, Edgard?" Edgard menaikkan alis mendengarnya. "Acara kita? Apa yang bisa kita lakukan di malam hari, Sayang? Haha, tentu saja berdua di kamar, bahkan mungkin kita tidak akan keluar sampai besok siang." "Astaga, Edgard! Kau membuatku me
Beberapa waktu berlalu dan Janice serta Edgard sudah kembali disibukkan dengan banyaknya kegiatan serta pekerjaan mereka. Pekerjaan Edgard makin sibuk dan makin berkembang, sedangkan Janice membantu suaminya dengan sepenuh hati sambil mengurus kedua anaknya. Namun, padatnya kegiatan mereka akhirnya membuat Janice tumbang juga. "Kau yakin tidak perlu ke dokter, Sayang? Aku tidak tega melihatmu seperti ini, apalagi aku harus ke luar kota besok," seru Edgard cemas. "Aku hanya kelelahan. Aku hanya butuh istirahat, Edgard! Sudahlah, tidak usah cemas!" Janice terus menenangkan Edgard sampai Edgard pun akhirnya pasrah. Namun, saat Edgard ke luar kota, Janice mulai mengalami mual-mual dan gejala yang mencurigakan bagi Nara. "Cobalah melakukan tespek, Janice! Ibu rasa kau sedang hamil." "Ah, tidak, Ibu. Aku hanya kelelahan, tidak apa." Janice berdebar mendengar kemungkinan ia hamil, tapi rasa trauma kehilangan janinnya masih membuatnya takut kecewa kalau ternyata ia tidak hamil. Jani
"Kembar lagi? Grandma akan punya cicit kembar lagi?" Elizabeth memekik senang saat Edgard memberitahunya tentang kehamilan Janice. "Benar, Grandma akan punya cicit lagi dan bukan hanya satu bayi tapi dua sekaligus," tegas Edgard. "Oh, Mefi, kau dengar itu? Oh, Grandma senang sekali! Grandma senang sekali! Janice ... oh, cucu Grandma ...." Elizabeth merentangkan kedua tangannya dan Janice pun langsung masuk ke dalam pelukan wanita tua itu. "Oh, cucu Grandma! Dengar ya, mulai hari ini Grandma akan selalu menyiapkan makanan sehat untukmu, Janice. Kau harus punya tenaga untuk menjaga dan melahirkan bayi kembar yang lucu itu. Haha ...." Janice hanya tertawa senang di pelukan Elizabeth dan Janice mengangguk bersemangat. Memang Janice belum sepenuhnya segar karena kehamilan kembar membuatnya begitu mudah lelah dan mengalami morning sickness parah, tapi ia begitu antusias melihat kebahagiaan semua orang. Elizabeth dan Nara pun langsung asik sendiri membayangkan anggota keluarga baru
Di umur kehamilan Janice yang memasuki lima bulan, Edgard mengajak Janice melakukan babymoon sekaligus berlibur bersama keluarga mereka. Edgard membawa serta Nara, Collin, Calista, dan pengasuh kecil mereka, berlibur ke Bali. "Karena aku tidak mau mengambil resiko, jadi kita akan pergi ke tempat yang dekat saja ya, Sayang. Aku sudah menyuruh Jefry menyiapkan semuanya dan kita tinggal menyusun barang pribadi kita saja," kata Edgard malam itu saat mereka sudah berdua di kamar. "Ya ampun, Edgard, aku sungguh tidak perlu babymoon seperti ini." Edgard tersenyum lalu menangkup kedua tangan istrinya itu. "Janice, Sayang, babymoon memang bukan merupakan keharusan, bahkan honeymoon juga bukan merupakan keharusan." "Semua pasangan akan tetap baik-baik saja tanpa honeymoon maupun babymoon." "Hanya saja bedanya, ada pasangan yang memang menginginkannya dan kalau mereka mampu, mereka akan melakukannya." "Begitu juga dengan aku, Sayang. Aku menginginkannya, menyenangkanmu dan anak-anak kita