"Akhirnya masalah ini selesai juga, Edgard. Jantungku tidak berhenti berdebar kencang sejak tadi." Janice terus memegangi dadanya saat ia dan Edgard akhirnya sudah masuk ke ruang kerja Edgard. Janice dan Edgard sempat diminta keterangan oleh polisi mengenai Fabian dan mereka pun memberi keterangan. Fabian pun akan dihukum sesuai dengan kesalahannya yang memanipulasi video dan menimbulkan keresahan. "Aku juga lega semuanya sudah berakhir, Janice," sahut Edgard sambil membelai kepala Janice dengan sayang lalu memeluknya. Mereka pun masih berpelukan saat pintu ruang kerja diketuk dan Jefry masuk ke sana. "Permisi, Bos! Ada seorang wanita yang ingin menemuimu," lapor Jefry.Edgard pun melepaskan pelukannya dan mempersilakan tamunya masuk yang ternyata adalah ibunya Fabian. Umur wanita itu belum terlalu tua, Janice memperkirakan umur wanita itu mungkin sama dengan Nara, namun raut wajahnya dan rambutnya yang sudah memutih membuat wanita itu terlihat tua."Selamat siang! Apa Anda pim
"Papa, tangkap!" Calista cekikikan sambil melempar bola pada Edgard di dalam kolam renang. Mereka berenang bersama di hari Minggu dan semua orang begitu bahagia setelah berhasil melewati ketegangan di kantor yang begitu menguras emosi. Janice yang juga lega pun ikut berenang dan bermain bersama di dalam kolam renang itu dengan tawa yang juga merekah. "Hap! Papa sudah menangkapnya, Sayang!" "Sekarang lempar ke Collin, Papa!" "Haha, baiklah, Collin, tangkap ya!" "Ahh, lempar, Papa!" teriak Collin sambil cekikikan. Edgard pun melempar bolanya dan Collin pun terus tertawa sambil mengejar bola itu. "Ah, Papa jauh sekali melemparnya! Jangan jauh-jauh!" seru Collin sambil melempar balik bola itu pada Edgard. "Haha, baiklah, maafkan Papa ya! Ayo sekali lagi! Tangkap, Collin!"Kali ini Edgard melemparnya pelan dan dengan cepat Collin bisa menangkapnya diiringi bunyi kecipak air saat tangannya tanpa sengaja memukul air. Bola itu berhasil ditangkap bersamaan dengan air yang menyembur
"Selamat berlibur ya, cicit-cicitku!" Elizabeth dan Mefi melambaikan tangannya pada keluarga Edgard karena Edgard akan mengajak keluarganya berlibur ke Singapore. Begitu sulit bagi Edgard untuk mencari waktu libur karena pekerjaan mendadak datang tanpa bisa diputus, tapi itu berarti berkah dan yang namanya berkah, tidak boleh ditolak. Janice pun menjadi ikut sibuk bahkan saat mereka sudah berada di rumah pun terkadang mereka masih membicarakan tentang pekerjaan. Edgard dan Janice hidup begitu harmonis bersama anak-anak mereka walau tanpa status pernikahan. Karena itu, Edgard harus segera meresmikan hubungan mereka. Dan itu juga tujuan Edgard mengajak keluarganya ke Singapore karena Edgard sudah menyiapkan kejutan lamaran untuk Janice, selain untuk mengajak anak-anaknya berlibur tentu saja. Mereka pun mempersiapkan semuanya dan ini adalah pertama kalinya bagi Collin dan Calista naik pesawat. Mereka pun begitu antusias sampai satu hari sebelum berangkat, mereka sama sekali tidak b
Setelah makan malam, Edgard mengajak semuanya menikmati pertunjukan laser dan dancing fountain di Marina Bay Sands dan mereka pun sampai menganga melihat pemandangan yang begitu indah di sana. Collin dan Calista sendiri terus memekik senang dan begitu heboh mengagumi pertunjukan yang indah itu.Begitu banyak orang yang juga mengikuti pertunjukan malam itu, namun keluarga Edgard seolah mendapat kehormatan berada di posisi paling depan saat menonton pertunjukan itu.Cukup lama pertunjukan itu berlangsung sampai Collin dan Calista pun serak karena terlalu banyak berteriak dan terlalu antusias. Hingga akhirnya pertunjukan berakhir dan suasana kembali tenang. Namun, suasana tenang itu tidak berlangsung lama karena tidak lama kemudian, terdengar alunan lagu yang lebih romantis dengan suara dengung di langit. Seketika semua orang pun terpana melihat cahaya dari begitu banyak drone yang beterbangan cukup rendah di sana sebelum akhirnya drone itu membentuk tulisan "I LOVE U" di langit. So
Kalau ditanya siapa wanita yang paling bahagia di muka bumi ini, mungkin Janice akan dengan lantang menyebut dirinya adalah wanita itu. Bagaimana tidak? Dilamar dengan cara yang begitu romantis dan gentle di hadapan orang banyak. Diajak liburan bersama ibu dan kedua anaknya, bahkan setelah lamaran itu, Edgard memperpanjang liburan mereka dan mengunjungi negara lain di Asia Tenggara. Liburan mereka pun menjadi lebih panjang, melelahkan, tapi super menyenangkan. Dan setelah liburan berakhir, Janice pun diajak untuk langsung mempersiapkan pernikahan karena Edgard tidak mau menunggu lama. Edgard pun langsung mengatur ulang pesta pernikahan dengan tema yang hampir sama seperti pesta mereka yang batal itu karena Janice menyukai pesta taman. Tapi kali ini Edgard membuat pesta besar yang akan mengundang begitu banyak orang karena Edgard ingin menunjukkan Janice pada dunia. "Sungguh, itu terlalu berlebihan, Edgard!" "Tidak ada yang berlebihan selama itu untukmu, Sayang. Aku mau pesta y
"Aku masih tidak percaya kau menikah dengan Pak Edgard, Janice!" Olla bahkan masih tetap tidak percaya dan terus mengomel setiap kali bertemu Janice sampai hari pernikahan tiba. "Kau benar, Bu Olla! Setiap melihat Janice bersama Pak Edgard rasanya masih seperti mimpi saja! Kau benar-benar menikah dengan bujangan yang paling diminati, Janice! Bagaimana caranya?" pekik Wina yang juga masih syok dengan kenyataan ini. Janice hanya mengulum senyumnya. Tentu saja ia tidak menceritakan detail tentang kejadian enam tahun lalu. "Bukankah sudah kukatakan berkali-kali? Cerita cinta kami seperti cerita dalam novel romance di mana aku dan Edgard tanpa sengaja melakukan one night stand sampai aku hamil dan melahirkan dua anak kembar. Enam tahun kemudian, aku tidak menyangka kalau ternyata dia menjadi CEO di tempatku bekerja dan cerita cinta kami pun berlanjut." Janice terus mengulum senyumnya sedangkan Olla dan Wina pun terlihat gemas dengan jawaban Janice yang selalu sama setiap kali mereka b
"Kau sudah lelah, Sayang?" bisik Edgard di telinga istrinya. Setelah melakukan upacara pernikahan sakral pagi tadi dan menjamu begitu banyak tamu undangan, malam harinya mereka kembali berpesta dengan tamu undangan yang lain. Semua kenalan Elizabeth dan Edgard dari negara lain pun bergabung dalam pesta di ballroom megah yang rasanya tidak ada habisnya itu. Wajah tua Elizabeth tidak berhenti tertawa senang, begitupun dengan Edgard yang menggandeng Janice ke mana-mana sambil mengenalkannya pada semua orang. Janice yang mendengar pertanyaan Edgard pun menggeleng. "Lelah tubuh mungkin tidak terlalu, Edgard. Hanya saja, aku sudah lelah memakai sepatu hak tinggi ini." Janice meringis merasakan pegal di kakinya karena haknya cukup tinggi untuk membuatnya terlihat sempurna dengan gaunnya. Janice sudah mengganti gaun pengantinnya dengan gaun putih lain yang lebih sederhana, namun tidak kalah cantiknya malam ini. "Mengapa kau memakainya kalau itu menyakitkan, Sayang?" "Tidak apa. Aku b
"Ah, lega sekali, Edgard!" Janice langsung duduk di ranjang empuk di dalam kamar hotel itu setelah akhirnya mereka menyelesaikan pestanya malam itu. Mereka mengadakan pesta di ballroom hotel dan kebanyakan tamu dari luar negeri juga menginap di hotel yang sama, begitu juga dengan keluarga Edgard dan Janice. "Akhirnya acaranya selesai juga, Sayang," sahut Edgard sambil membuka jas dan dasinya. "Hmm, dan akhirnya aku bisa bertelanjang kaki," seru Janice sambil menggerakkan kakinya yang sudah bebas dari sepatu apapun. Janice pun duduk di ranjang itu sambil memejamkan matanya karena ia sudah terlalu lelah dan ngantuk. Namun, Edgard yang melihatnya malah tersenyum dan melangkah mendekati istrinya sambil membuka kancing kemejanya sendiri. Dengan perlahan dan lembut, Edgard menunduk di depan Janice dan mendadak mendaratkan bibirnya ke bibir Janice sampai Janice pun membelalak kaget. "Edgard!" pekik Janice kaget. "Kita sudah resmi menikah, Janice. Jadi surat ijin menyentuh atau apa p