Alena membuka sebuah laci di dalam lemari dan mengeluarkan sebuah box berisi perhiasan, kemudian memilih mana yang akan dia pakai.
Rasanya dia ingin menghindar, tapi semua karyawan diwajibkan datang. Pak Dirut ingin menjamu semua karyawan sekaligus meresmikan pertunangan putrinya.
Tangan mungil itu mengambil sebuah kalung bermata berlian lalu memakainya. Terlalu penuh dan tidak cocok dengan gaun yang akan dia pakai nanti, lalu dia meletakannya kembali.
Kemarin sore, Alena pergi ke butik langganan di salah satu mall. Hampir satu jam melihat, akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah dress berwarna biru selutut dengan lengan panjang. Bordiran cantik di bagian leher itu yang membuatnya jatuh hati.
Alena tak mau berpenampilan seksi kali ini. Bahaya kalau sampai Adam menggodanya di depan orang banyak. Di kantor saja laki-laki itu tak tahu malu.
Temannya juga batal pergi bersama karena akan pergi bersama orang lain. Sehingga Alena akan datang sendirian. Tak mengapa, sesampai di sana dia akan menyetor muka, bersalaman, mengucapkan selamat, setelah itu kabur.
"Kayaknya yang ini aja cocok."
Wanita itu mengambil sebuah anting putih dan gelang berlian dengan warna senada dan memakainya. Pas sekali. Lalu setelah itu, dia memakai gaun dan mulai berdandan.
Tidak perlu ke salon, Alena akan berpenampilan sederhana dan natural. Hanya saja, rambut yang biasa digelung saat berangkat bekerja akan digerainya.
Setelah menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuh, dia mematut diri di depan cermin. Perfect. Dia memang cantik!
Alena keluar kamar dengan sedikit terburu-buru karena takut terlambat, dan kembali lagi mengambil cluth berwarna silver karena lupa. Aduh, mengapa dia jadi gugup begini?
"Mau kemana Mbak Alen?" tanya Yoga, penghuni sebelah apartemennya yang masih bujangan dan tidak ganteng-ganteng banget. Kebetulan sekali mereka keluar bersamaan, seperti di adegan film atau sinetron.
"Kondangan. Ada teman mau tunangan," jawabnya.
"Loh, kok sama?" tanya laki-laki itu heran.
"Memangnya Mas Yoga dimana tempatnya?" tanya Alena penasaran.
Laki-laki itu mengambil sebuah undangan dari balik saku jas dan menyebutkan nama sebuah hotel. Alena menutup mulut tak percaya.
"Kenapa?"
"Sama. Saya juga mau pergi ke sini. Semua karyawan wajib datang. Pak Dirut punya gawean buat anaknya," kata Alena menunjuk sebuah nama di yang tertera di undangan itu.
"Oh, Mbak Alen kerja di situ?"
"Baru satu bulan ini. Sebagai karyawan baru saya harus datang, dong," jawabnya.
"Kalau gitu bareng saya mau gak?" tawar Yoga.
Sejak awal pindah setahun yang lalu, dia memang sudah naksir dengan wanita yang satu ini. Hanya saja Alena begitu sibuk sehingga susah didekati. Mungkin hari ini memang rezeki sehingga mereka bisa betemu dan berbincang.
Alena menimbang sebentar lalu menjawab, "Boleh, deh."
Mereka berdua berjalan bersisian menuju lift.
"Adam itu salah satu kenalan saya. Pernah kerja bareng satu proyek," jelas Yoga. Ketika lift terbuka, mereka segara masuk.
"Oh, ya?" Alena terkejut mendengarnya.
"Dengar-dengar dulu pernah nikah tapi gagal. Orangnya baik, suka bercanda. Cuma agak tertutup soal pribadi. Jadi kami gak berani tanya," lanjut Yoga.
"Oh begitu," Alena berpura-pura tidak tahu.
"Kata teman-teman sih dia patah hati berat pas dicerai istri pertama. Sayang banget kayaknya. Sampai dikenalin sama banyak cewek tapi gak mau. Nah baru setahun ini kenalan sama Cintia terus cocok dan mereka mau nikah."
Alena terdiam mendengar penuturan Yoga. Apa benar Adam sesayang itu kepadanya?
"Silakan, Mbak."
Yoga menyuruh Alena keluar duluan saat pintu lift terbuka. Mereka berjalan menuju parkiran. Mata wanita itu terbelalak saat melihat mobil Yoga. Sebuah Toyota Fortuner berwarna hitam terpakir di sana.
"Silakan." Laki-laki itu membukakan pintu mobil.
Alena yang tadinya cuek kini berubah menjadi manis. Tidak masalah kalau Yoga memiliki wajah standar, yang penting dia punya tunggangan mahal.
"Kamu kerja di mana, sih?" tanya Alena penasaran.Tadinya dia tak terlalu perduli dengan tetangga yang satu ini, secara penampilan biasa saja. Beberapa kali berpapasan, Yoga hanya memakai kaus dan sandal jepit.
"Usaha, Mbak," katanya santai.
"Usaha apa? Sembako?" tanya Alena asal.
Yoga tergelak. Matanya mengerling wajah cantik itu, yang selama ini sudah membuat degup jantung berdetak hebat setiap kali bertemu.
"Properti, Mbak."
"Punya sendiri?"
"Kecil-kecilan," jawabnya santai.
Alena melengkungkan senyum manis. Kenapa selama ini dia tidak menyadari bahwa ada tambang emas didekatnya?
Mereka kemudian berbincang tentang banyak hal. Alena sengaja memancing dan memberikan banyak pertanyaan mengenai pasangan laki-laki itu, dan merasa lega saat tahu bahwa Yoga ternyata masih single.
Mobil Yoga berbelok ke sebuah hotel berbintang tempat acara pertunangan dilangsungkan.
Saat hendak masuk, Alena dengan santainya menggandeng lengan Yoga. Membuat laki-laki itu terkejut dan ingin berguling di lantai atau jungkir balik karena begitu senang.
"Kenapa?" tanya Yoga saat tiba-tiba saja Alena berhenti melangkah. Tadinya wanita itu terlihat begitu percaya diri, kenapa sekarang malah ragu-ragu.
Alena tertegun sesaat, teringat kalau mantan mertuanya ada di sini dan mereka pasti akan bertemu.
"Mbak Alen malu ya jalan sama saya?
" tanya Yoga."Gak. Bukan gitu. Anu ...."
"Ayo masuk." Yoga merangkulkan lengan di pinggang wanita itu.
Mereka menyerahkan undangan dan duduk di tempat yang sudah ditentukan. Alrna menyapa beberapa karyawan yang dikenalnya. Menit demi menit berlalu, para undangan semakin ramai hingga hampir seluruh kursi terisi penuh.
Tak lama, acara dimulai dipandu oleh seorang MC. Adam masuk dari sebuah ruangan, disusul dengan Cintia yang masuk dari ruangan lain dan digandeng oleh kedua kakaknya.
Cintia tampak cantik dengan gamis payet berwarna biru navy. Begitu pula Adam yang memakai batik dengan warna senada. Saat dipertemukan, dia menatap wajah sang calon istri dengan senyum.
Acara lamaran dimulai. Di depan semua orang, Adam meminta kepada Cintia apakah bersedia menjadi pendamping hidupnya. Tepuk tangan dan suara riuh terdengar saat wanita itu mengatakan bersedia.
Alena meneteskan air mata saat ibu Adam memakaikan cincin ke jari manis Cintia, teringat akan momen saat pernikahan mereka dulu. Kedua orang itu saling berpekukan dengan genggaman jemari yang begitu erat.
Alena menunduk, melirik ke arah jari dimana dulu ada sebuah cincin yang Adam sematkan setelah akad nikah. Kini benda itu sudah tidak ada.
"Ini cincin kamu. Aku udah gak butuh!"
Alena tersentak saat Yoga memanggil namanya. Bayangan akan hari itu, saat dia melempar cincin pernikahan kepada Adam setelah putusan perceraian, tiba-tiba menghilang.
"Kamu kenapa, Mbak? Mau juga?" tanya laki-laki itu.
"Eh, enggak." Alena mengusap air mata.
"Romantis banget ya, Mbak. Aku juga jadi mau kayak gitu," kata Yoga kembali menatap pasangan yang ada di depan.
"Iya. Bikin baper," kata Alena.
"Sampai Mbak nangis gitu."
Alena tersenyum malu. Suara MC terdengar kembali. Seserahan yang dibawa oleh keluarga Adam diberikan kepada keluarga Cintia.
Setelah semuanya selesai, para undangan dipersilakan mencicipi hidangan yang sudah tersaji. Adam dan Cintia mulai menyapa satu persatu tamu yang datang.
"Yoga ...." Dua laki-laki itu berpelukan.
"Selamat ya, Dam. Akhirnya melepas masa kejomloan."Mereka tergelak. Cintia hanya tersenyum melihat tingkah tunangannya.
"Kapan kamu nyusul?" tanya Adam.
"Doakan. Lagi pendekatan," jawab Yoga sembringah.
"Sama siapa? Kenalin."
"Tuh di sana. Lagi ambil makanan."
Adam menatap wanita yang ditunjuk Yoga. Rasanya dia kenal, tapi tak terlalu jelas karena hanya terlihat dari belakang.
Matanya terbelalak saat wanita itu berbalik dan membalas lambaian tangan Yoga.
"Hai," sapa Alena ketika menghampiri mereka.
"Kamu kan yang waktu itu, ya?" tanya Cintia. Dia masih ingat saat masuk ke ruangan Adam dan mendapati ada orang lain.
"Iya. Saya Alena, karyawannya Pak Adam."
Cintia menerima uluran tangan Alena. Mereka berdua lalu berbincang. Adam yang tadinya santai kini menjadi kaku kepada Yoga.
"Itu calon kamu?" tanya Adam sambil berbisik. Dia bahkan tak berani menyapa Alena di depan tunangannya.
"Doakan. Gampang-gampang susah dapatnya," jawan Yoga.
"Hati-hati sama wanita kayak gitu."
"Loh, bukannya karyawan kamu?"
"Iya. Makanya aku bilang hati-hati."
"Aku udah kenal Alena setahun ini. Kami tinggal bersebelahan. Dia baik cuma sibuk. Jadi kesannya cuek," jelas Yoga.
"Ya. Pokoknya aku cuma mau bilang gitu," lanjut Adam sambil menarik Yoga agak menjauh dari dua wanita itu.
Sementara itu, Cintia dan Alena asyik bersenda gurau.
"Kok, kayaknya wajah kamu familiar," kata Cintia. Rasanya dia teringat akan sesuatu momen tapi entah kapan.
"Apa kita pernah ketemu selain di ruangan Adam?" tanya Alena.
"Seingatku belum. Tapi rasanya aku pernah lihat kamu," jawab Cintia.
"Mungkin mirip."
"Bener juga."
Mereka melanjutkan perbincangan saat tiba-tiba saja seseorang menghampiri.
"Nak. Ayo ke depan. Kita mau foto keluarga."
Alena menoleh dan mendapati ibu mertuanya menyapa Cintia.
"Eh iya. Ayo, Ma. Aku permisi dulu ya, Alen," pamit Cintia.
"Alen? Kok kamu ada di sini. Siapa yang ngundang?" Wanita paruh baya itu menoleh dan terkejut melihat siapa orang yang dimaksud Cintia tadi.
"Ma-ma," sapa Alena gugup.
"Maaf tapi saya bukan mama kamu lagi. Ayo, Cin kita ke depan sekarang." Wanita paruh baya itu menarik lengan calon menantunya.
Cintia terlihat kebingungan dengan situasi seperti ini.
"Tunggu dulu, Ma. Memangnya Alena ini siapa? Kok panggil mama?" Dia bertanya karena penasaran.
"Bukan siapa-siapa, Nak. Ayo kita ke depan. Sudah ditunggu."
Alena terdiam dan hendak melangkah mendatangi Yoga saat Cintia berbalik dan berkata.
"Aku ingat. Kamu mantan istrinya Mas Adam, ya? Aku pernah lihat foto pernikahan kalian. Kok kamu bisa kerja di kantor Adam?"
Wajah Alena memucat. Apalagi ibu mertua menatapnya dengan tajam. Dia harus jawab apa?
Cintia memasuki kantor dengan gelisah dan terburu-buru. Setelah malam pertunangannya yang berakhir dengan ketidak jelasan, juga aksi tutup mulut laki-laki itu dan calon mertua, dia memutuskan untuk datang pagi ini menemui papa dan meminta bantuan.Selama acara berlangsung, Adam menghindar dengan alasan tak ingin merusak suasana dan akan menjelaskannya nanti. Bahkan setelahnya, mereka sekeluarga langsung pulang padahal dia masih ingin bertanya mengenai Alena."Papa."Cintia membuka pintu ruangan setelah memastikan kepada sekretaris bahwa papanya sedang tidak sibuk dan bisa menerima tamu."Ada apa, Nak. Kok datang ke sini? Butik kamu tinggal?""Ada yang jagain, Pa. Aku mau tanya soal karyawan baru itu," katanya sambil duduk di sofa dan mengambil sebotol air mineral."Alena?""Iya.""Papa gak terlibat langsung dengan rekrutmen karyawan baru. Semua sudah diserahkan ke divisinya masing-masing," jawab laki-laki
'Weekend ini pulang ke rumah ya, Nak.'Begitulah pesan yang Alena terima dari mama. Sejak penghasilannya menurun karena papa memangkas subsidi, mau tak mau dia harus sering pulang untuk mengambil hati.Sekalipun papa sering menyindir, Alena harus menebalkan telinga. Sepertinya dia memang harus mencari tambang emas baru selain papa tentunya. Yoga, adalah pilihan yang tepat.'Iya, Alen pulang.'Hanya itu yang dia ketikkan sebagai balasan, lalu kembali fokus menghadap layar dan mengerjakan laporan.Setelah acara pertunangan malam itu, Adam sudah jarang mengganggu lagi. Mungkin dia sudah diberikan mukjizat supaya tidak menggombal dengan wanita lain. Lagi pula di kantor mereka juga tidak berhubungan langsung."Len, udah dengar kabar?" kata temannya.Alena menggeleng karena kapok ketahuan sedang bergosip di saat jam kerja. Dia sebenarnya pasrah seandainya memang tidak lulus masa percobaan. Namun setidaknya, selama dua
Adam memencet bel pintu rumah itu dan langsung disambut Cintia dengan malas."Tuan puteri udah siap?""Sekarang?""Iyalah. Masa' besok." Adam tergelak melihat wajah tunangannya yang cemberut.Setelah hari itu, dia bahkan menolak bertemu dengan Cintia sama sekali. Bukan menghindar, tapi karena kesibukan di kantor yang cukup padat. Perusahaan akan mengadakan gathering tahunan karyawan dan divisinya yang akan menyusun anggaran, juga pelaksanaannya."Aku ganti baju dulu. Kamu tunggu bentar." Cintia masuk ke dalam dan bersiap-siap.Adam berusaha menepati janji untuk mengajak wanita itu jalan-jalan sekalipun masih ada beberapa laporan yang belum selesai. Sepertinya dia akan lembur di hari senin nanti."Loh, ada kamu?" Papa Cintia keluar dan menemui calon menantunya. Laki-laki paruh baya itu dengan santainya duduk di sebelah Adam."Mau ajak Cintia jalan, Pa," jawab Adam."Ya refreshing. Jangan kerja t
Selamat datang peserta gatheringPT. Langit Jaya10-14 Februari 2021Begitulah kata-kata yang tertulis di banner The Ritz, sebuah hotel berbintang di kota itu. Seluruh staf dan karyawan pagi-pagi diberangkatkan karena acara akan diadakan full di tempat itu.Ada bagian dari hotel yang bisa digunakan untuk kegiatan outbond selain pool tentunya. Semua peserta begitu semangat saat keberangkatan, kecuali ... Alena. Pendekatannya dengan Aldo gagal karena ulah Adam. Sehingga setelah hari itu, dia bahkan merasa malas setiap kali bertemu dengan laki-laki itu.Aldo mungkin saja bisa menerima statusnya jika dijelaskan secara baik-baik, tapi bukan dengan cara seperti itu.Malam itu, mereka makan dalam diam hingga di dalam perjalanan pulang. Aldo juga bertanya secara detail siapa Yoga dan Adam. Alena berusaha menyampaikan dengan perlahan agar laki-laki itu tak salah paham.Awalnya Aldo terlihat bisa menerima. Namun, k
Suara riuh para peserta menggema di sekitaran pool. Hari ini, sebagian akses hotel ditutup untuk tamu yang lain karena perusahaan akan menjamu semua karyawan.Acara pembukaan sudah dimulai kemarin dengan training yang berjalan seharian penuh. Hari kedua ini akan dilanjutkan dengan kegiatan di kolam renang. Tempat itu penuh sesak, karena panitia menyusun beberapa perlombaan yang melibatkan semua karyawan.Di sinilah Adam berperan utama bersama timnya untuk mengatur apa saja jenis perlombaan dan juga hadiahnya. Dari pihak hotel membantu menyediakan fasilitas alat pendukung."Seru ya acaranya." Alena ikut berteriak dan bersorak saat ada yang peserta terjatuh ke kolam renang."Iya, seru banget. Tahun lalu kan outbond-nya di jembatan gantung," jawab temannya.Mereka ikut hanyut dengan suasana. Mata Alena fokus pada lomba yang sedang berlangsung. Memang kali ini, semua kegiatan selama tiga hari akan berpusat di hotel saja. Nanti di hari sabt
Hari ketiga gathering sama seperti sebelumnya. Ada satu tempat outdoor di hotel ini yang cukup luas untuk outbond, tapi terbatas dan tidak bisa menampung semua. Sehingga kegiatan yang diadakan mirip seperti acara peringatan tujuh belasan, misalnya lomba makan kerupuk, tarik tambang, dan lomba balap karung.Tim hotel yang cukup kreatif, ditambah tim dari pihak perusahaan, membuat acara ini menjadi seru, menegangkan dan penuh dengan teriakan kegembiraan. Tidak semua peserta gathering ikut perlombaan, kebanyakan dari mereka hanya menonton sambil menikmati snack yang disajikan di sebuah booth di pinggir lokasi.Tiga hari ini memang diisi dengan kegiatan refreshing bagi karyawan setelah setahun mereka bekerja keras untuk perusahaan."Pak Adam! Pak Adam!"Teriakan itu membuat Adam terpaksa ikut ambil bagian karena beberapa orang menunjuknya menjadi peserta lomba, setelah aksi heroiknya menolong Alena kemarin di kolam renang. Jadi dia memilih salah
Adam terbangun saat merasakan lututnya begitu nyeri. Saat dilihat, bagian itu memang bengkak dan membiru. Dia mencoba bangun dan berjalan tapi rasa nyeri semakin menghebat, ingin menelepon beberapa staf tapi ini masih jam empat pagi.Adam mencoba berjalan dan memasak air di teko listrik yang terletak di nakas, lalu mengambil handuk kecil di kamar mandi. Dengan pelan dia mengompres memar itu agar nyerinya berkurang.Tangan besarnya mencari-cari sesuatu di laci, berharap ada minyak gosok atau apa pun yang bisa mengobati. Nihil, dia lupa kalau ini di hotel, bukan rumah sendiri. Hingga beberapa saat Adam terbangun karena bunyi alarm di ponsel. Ternyata dia ketiduran setelah hampir setengah jam mengompres lututnya.Adam berjalan ke kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Nyerinya sudah berkurang, tapi sepertinya dia tidak bisa ikut touring hari ini. Tunangannya pasti kecewa karena sudah mengorbankan banyak hal. Sekalipun anak direktur utam
Hari ini adalah hari terakhir acara gathering. Sebagimana yang biasanya terjadi di tahun-tahun sebelumnya, acara akan ditutup dengan makan malam, dan pemberian reward bagi karyawan yang berprestasi.Adam memakai jas terbaik dan menyisir rambutnya supaya terlihat lebih rapi. Dia juga mencukur cambang dan memakai parfum mahal. Laki-laki itu memang tampan sekarang, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Saat dimana dia terpuruk dan terjerumus ke dalam dunia malam setelah perceraian.Alena tidak tahu bahwa Adam membawa luka hati yang begitu dalam sehingga fustrasi dan harus tinggal di luar negeri. Jika tidak, maka dia akan mengemis untuk meminta rujuk, sementara orang tuanya tidak setuju."Mas udah siap?" Suara merdu sang kekasih terdengar di balik telepon.Cintia memakai gaun kesukaannya malam ini. Gaun yang membuat namanya tiba-tiba naik daun sebagai seorang model setelah pemotretan karena hasil yang memuaskan."Udah, Sayang. Aku ke ba
Cintia memasuki kantor dengan santai. Sebagai salah satu pemegang saham, kini dia mendapatkan hak untuk mengunjungi perusahaan saat meeting tertentu. Dia juga diberikan ruangan tersendiri karena status sebagai anak direktur utama."Pagi Pak Dirut," sapanya saat memasuki ruangan papanya. Gadis itu langsung duduk di sofa sembari mengambil air mineral yang terletak di meja."Kamu gak kerja?""Lagi off pemotretan. Aku pengen lihat-lihat suasana kantor," jawabnya."Udah gak ada Adam lagi di sini. Apa yang mau kamu lihat? Biasanya kamu datang kan cuma buat ngelepas kangen sama dia," kata papanya. Laki-laki itu meletakkan mouse dan duduk di samping putrinya."Aku gak cari dia kok, Pa. Kan aku sendiri yang mau dia keluar dari kantor ini," jelas Cintia santai."Tapi papa tau hati kamu juga gak tega. Kamu benci tapi masih cinta."Cintia tersentak dengan wajah merona. Apa yang diucapkan papanya langsung mengena ke dalam h
"Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh."Suara MC terdengar menggema memandu acara. Hari ini seluruh keluarga berkumpul di kediaman orang tua Alena untuk menghadiri acara aqiqah putra mereka."Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, maka hari ini kita dapat menghadiri acara aqiqah adik Aksa Adyatama bin Adam Al-Kautsar. Untuk itu marilah kita ...."Semua orang begitu khidmat mengikuti setiap rangkaian acara, mulai dari pembacaan ayat suci Al Qur'an, sambutan tuan rumah, pencukuran rambut serta doa penutup.Setelah semua selesai, tamu-tamu yang lain mulai berdatangan dan mencicipi hidangan. Adam memotong dua ekor kambing untuk putranya di usia ke dua puluh hari, juga mengundang hampir semua kenalan. Mereka ingin berbagi kebahagiaan dan memperkenalkan sang buah hati.Alena sendiri sejak siang
Cafe ramai hari ini. Adam sampai kewalahan melayani pembeli. Antrean cukup panjang terutama untuk pembelian via online. Menu angkringan menjadi best seller selama beberapa bulan terakhir, padahal resepnya sederhana dengan bumbu racikan sang mama.Alena tidak turun sejak pagi, hanya berbaring di lantai atas. Perutnya sudah semakin membesar dan tak sanggup banyak beraktivitas. Tadi saja saat menaiki tangga kakinya terasa nyeri.Adam sudah meminta Alena untuk pulang ke rumah orang tua tetapi wanita itu menolak. Dia ingin mendampingi sang suami bekerja sekalipun tak bisa membantu apa-apa. Usia kandungan wanita itu sudah memasuki 36 minggu. Itu berarti tinggal menghitung hari menunggu si mungil di dalam perut dilahirkan.Alena dan Adam sudah mempersiapkan persalinan nanti, mulai dari biaya rumah sakit dan dokter, juga perlengkapan bayi. Pada bulan ke enam, jenis kelamin putra mereka sudah terlihat sehingga kedua mama sibuk mencarikan nama."Pak. Bahan untuk
Sebuah mobil box berwarna putih berhenti di depan ruko berukuran minimalis dengan membawa beberapa barang. Dibantu oleh seorang asisten, supir menurunkan isinya dengan hati-hati.Adam segera membuka pintu ruko dan ikut membantu menyusun letak beberapa barang. Sementara itu, Alena duduk di kursi sembari memperhatikan aktivitas itu dan mengusap perutnya yang semakin membuncit.Empat bulan setelah mengundurkan diri, Adam dan Alena sepakat untuk membuka sebuah cafe di salah satu ruas jalan besar. Pertimbangan itu diambil karena bisnis kuliner cukup menjanjikan dengan perputaran uang yang lebih cepat.Adam sudah mengajukan lamaran pekerjaan di beberapa perusahaan dan melakukan interview. Namun, hingga kini memang belum ada satupun yang cocok, sehingga dia memilih untuk berwira usaha."Konsepnya ini maunya gimana?" tanya Alena saat melihat beberapa kursi kayu mulai diangkut ke dalam."Ada yang lesehan dengan target pasaran mahasiswa dan
Suasana di kantor hari itu begitu sepi dan tak sama seperti biasanya. Bisik-bisik mulai terdengar mengenai audit yang dilakukan oleh para pemegang saham secara diam-diam dan melibatkan beberapa petinggi perusahaan.Semua orang menjadi ketakutan kedoknya akan terbongkar. Apalagi Adam yang notabene kesayangan direktur utama bisa terkena kasus dan akan segera diproses.Kabar yang beredar bahwa ada yang sengaja mengincar posisi empuk manager personalia sehingga menggunakan segala cara untuk menggeser laki-laki itu.Adam sendiri dengan begitu santainya memasuki ruangan dan menyapa para karyawan seperti biasa. Namun, dia meminta sekretaris untuk mengadakan rapat internal satu jam ke depan. Laki-laki itu ingin berpamitan dan meminta maaf secara langsung kepada bawahannya jika selama bekerja sama, sikapnya menimbulkan rasa tak nyaman."Permisi, Pak," ucap si sekretaris mengetuk pintu ruangannya sebepum masuk."Ya, masuk," jawab Adam tena
Bunyi mesin kendaraan yang memasuki pekarangan rumah, membuat Alena bersemangat dan segera berjalan keluar untuk menemui sang suami. Dia hafal dengan segala sesuatu tetang Adam, bahkan suara mobilnya juga."Tumben cepat banget datangnya, Mas," sambutnya di depan bahkan sebelum laki-laki itu mengetuk pintu.Biasanya Adam akan berkunjung di Jumat malam dan menginap hingga hari Minggu. Rasanya ada yang beda ketika sore hari begini suaminya sudah tiba."Sayang." Adam mencium dahi Alena dengan mesra sembari menggandeng tangan istrinya masuk ke rumah."Mas besok libur, kan? Jadi nginap di sini aja," ucapnya lemah sembari bergelayut manja di lengan laki-laki itu."Iya, besok libur. Tapi mas gak nginap di sini, Sayang," bisik Adam manja.Mereka berdua menapaki anak tangga menuju ke lantai dua, tempat di mana kamar Alena berada."Kenapa? Mas gak kangen aku?" Alena membuka lemari dan menganbilkan baju ganti untuk Ad
"Pagi, Pak. Hari ini rapat direksi jam sepuluh pagi."Begitulah sapaan yang Adam terima saat memasuki ruangan setelah mengantre absen di lobi depan. Pagi-pagi dia sudah berangkat ke kantor dan meminta sekretarisnya memesankan sarapan.Alena sudah kembali ke rumah orang tuanya karena kondisi fisik yang semakin drop. Sehingga dia mengalah sekalipun rasa sepi menemani setiap malam.Setiap hari setelah pulang kerja dia akan menjenguk Alena untuk melepas rindu lalu pulang setelah istrinya bermanja-manja. Papa mertuanya bahkan sempat meminta agar dia ikut pindah, namun laki-laki itu menolak."Permisi, Pak. Ini sarapannya. Saya belikan di cafetaria," ucap si sekretaris sembari meletakkan sebuah plastik berisi rice bowl dan orange juice sesuai dengan pesanan Adam."Thanks. Kamu boleh lanjut kerja," kata Adam dengan mata masih berfokus kepada layar di depan. Sebelum rapat direksi dimulai nanti, semua sudah harus beres dikoreksi."Oke, Pak
Setelah melewati bulan madu yang seru selama beberapa hari, di mana banyak kelakuan Adam yang membuat Alena kesal tapi sekaligus bahagia, akhirnya mereka pulang ke rumah.Koper yang tadinya kosong karena pergi hanya membawa pakaian seadanya, kini penuh dan justeru bertambah dengan oleh-oleh yang cukup banyak, hingga mereka harus membayar tambahan biaya bagasi.Alena benar-benar menghabiskan uang suaminya untuk berbelanja ini dan itu. Adam sendiri sengaja menjamu istrinya, karena dulu belum pernah kesampaian. Lagipula, kesempatan itu mungkin tidak akan datang dua kali. Bisa saja nanti dia hamil dan harus menunda berpergian jauh.Mereka mengunjungi beberapa toko yang menjual oleh-oleh dan membeli berbagai macam barang, seperti kaus juga makanan khas Bali. Alena bahkan sempat berfoto-foto di beberapa spot.Tak hanya pantai, mereka juga mengunjungi beberapa pura, bermain rafting, dan Tanah Lot. Adam benar-benar mengajak istrinya berkeliling, wal
"Flight attension. Landing station."Pesawat yang mereka tumpangi mendarat mulus di Bandara Ngurai Rai, Bali. Adam dan Alena langsung mengantre untuk mengambil barang bawaan mereka di bagasi.Mereka tak membawa banyak barang kali ini, karena Adam tak mendapatkan izin cuti lama. Perusahaan sedang gencar-gencarnya melakukan promo untuk produk baru yang sebentar lagi akan launching. Sehingga ada banyak kegiatan yang timnya harus persiapkan."Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga," ucap Adam sembari memeluk istrinya dengan mesra. Sepanjang perjalanan dia kerap menggoda Alena dengan mencubit pipi dan hidung saat wanita itu terlelap.Setelah akad nikah dan malamnya mereka memadu