Share

Efek Mabuk

Author: Sin Cera
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau harus berhenti minum, Em," kata Shopie Kim, ketika melihat Emily yang baru muncul dari balik kamar tidurnya. Rambutnya mencuat kemana-mana.

Emily merenggangkan tubuhnya dengan menyatukan kedua telapak tangannya, lalu menariknya ke atas kepalanya. "Apa aku melakukan  kesalahan semalam?" tanya Emily kepada gadis berwajah asia yang sekarang sedang memakan sebuah apel. Sementara satu tangan Shopie mengenggam apel, tangannya yang lain memegang segelas air mineral.

"Kau tak ingat?  Setelah kembali dari toilet, kau merancau tak jelas tentang memberi pelajaran kepada para brengsek. Setelahnya kau langsung jatuh tertidur. Aku dan Jess berusaha keras membopongmu kembali ke apartement," jelas Shopie panjang lebar. Ia lalu menggigit apelnya lagi dan mengunyahnya lamat-lamat sambil menatap Emily.

Emily mengangkat bahunya. "Aku tidak ingat," katanya singkat.

"Ngomong-ngomong, Em. Siapa yang kau beri pelajaran ketika kau ke toilet?" tanya Shopie dengan wajah penasaran.

Emily mengerutkan dahinya. Mencoba mengingat kejadian semalam. Matanya ikut memicing. Ekspresinya nampak serius. Shopie ikut terdiam, menunggu cerita Emily.

"Aku tidak ingat," kata Emily akhirnya.

Shopie mendengus jengkel. "Apa yang bisa kuharapkan darimu," katanya sambil menegak habis air mineral di gelasnya.

"Jika, aku memang melakukan tindakkan kriminal kemarin. Hari ini pasti akan ada orang yang mencariku," kata Emily sambil menuangkan sereal dan susu ke mangkuknya.

Tiba-tiba terdengar suara bel. Membuat Emily dan Shopie saling berpandangan. "Siapa yang bertamu sepagi ini?" gumam Shopie lebih kepada dirinya sendiri, sambil berjalan ke arah pintu.

Shopie menatap ke arah interkom yang menampilkan wajah dua orang pria berbadan besar dan seorang lelaki pirang jangkung. "Apa yang bisa kubantu?" tanya Shopie lewat interkom.

"Apakah ini benar tempat tinggal Ms. Grace?" tanya si lelaki pirang.

"Ya. Benar. Ada urusan apa kalian dengan Emily?" tanya Shopie sambil mengerutkan kening.

"Ada apa, Shop?" tanya Emily yang tiba-tiba muncul dari balik punggung Shopie.

Shopie mengangkat bahunya. "Aku tidak tau. Mereka mencarimu," kata Shopie sambil melirik ke arah layar interkom.

Emily berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Ada yang bisa kubantu?" tanya Emily kepada tiga orang lelaki yang berdiri di hadapannya sekarang.

Lelaki berambut pirang membuka dompetnya. Lalu, ia menyodorkan secarik kartu nama kepada Emily. "Saya Anthony Black. Manager Mr. Spears," kata Anthony ketika Emily sudah menerima kartu namanya.

"Spears? Harold Spears yang kau maksud?" tanya Emily sambil mengerutkan keningnya.

"Yeah. Saya manager pribadi Mr. Spears."

Kening Emily berkerut semakin dalam. "Lantas? Ada perlu apa manager aktor papan atas mencariku?" tanya Emily semakin bingung.

"Mr. Spears memintaku untuk membawamu menemuinya. Ada suatu hal yang perlu di bicarakan dengan anda, Nona," jelas Anthony panjang lebar.

"Kau pernah bertemu Harold Spears?" tanya Shopie yang tiba-tiba muncul dari belakang Emily.

"Tentu saja tidak," jawab Emily yakin.

"Tidak. Kalian pernah bertemu, dan karena itulah Mr. Spears ingin menemui anda lagi," kata Anthony.

Emily menggelengkan kepalanya. "Aku yakin sekali aku tidak pernah berurusan dengan Harold Spears. Bertemu dengannya saja aku tak pernah," Emily menegaskan.

"Jika anda menolak ikut bersama kami, maka kami terpaksa harus membawa paksa anda," kata Anthony dengan raut wajah yang masih terlihat tenang.

Emily mengangkat tangannya. "Aku mengerti," ia menatap ngeri ke arah dua lelaki besar dengan jaket kulit yang sejak tadi hanya membisu. "Aku akan ikut denganmu. Tapi, setidaknya kau harus menjelaskan lebih detail mengapa aku harus ikut denganmu," Emily membuang napasnya pelan. "Aku tidak ingin mati tanpa tau alasan aku dibunuh."

"Tidak akan ada yang membunuhmu, Miss."

"Bukankah aku bisa melaporkan kalian ke kantor polisi karena percobaan penculikkan, atau menganggu ketenangan masyarakat sipil lainnya," komentar Shopie yang ternyata masih ikut menyimak keributan di depan apartemennya.

"Silahkan saja anda menghubungi polisi, Nona. Tapi, mungkin itu akan tambah menyulitkan teman anda," komentar Anthony. Ia lalu mengalihkan pandangan ke arah Emily. "Jadi, apakah anda akan ikut denganku, Nona?"

"Tidak. Dia tidak akan ikut dengan anda, kecuali anda menjelaskan lebih detail apa yang sebenarnya terjadi di sini," tegas Shopie sambil memegang lengan Emily dan berjalan satu langkah di depannya. Ia berusaha membentengi temannya.

Anthony yang sejak tadi berbicara tenang akhirnya menghembuskan napasnya cepat. "Baiklah." Anthony menatap Emily yang berdiri di belakang Shopie.  "Kau semalam mabuk bukan, Nona?" tanya  Anthony kepada Emily.

"Bagaimana kau tau?" tanya Shopie sambil memicingkan matanya, dan memberikan tatapan menyelidik ke arah Anthony. Ia tidak memberikan kesempatan Emily untuk membuka mulutnya sendiri.

"Karena semalam, ketika mabuk, kau melakukan penyerangan terhadap Harold Spears," jelas Anthony.

"Penyerangan?" kali ini Emily yang bersuara. Kebingungan semakin terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Jelaskan!" titah Shopie. "Temanku, tak pernah dengan sembarangan menyerang seseorang ketika mabuk," imbuhnya.

"Tapi, pada kenyataannya itu yang dilakukan teman anda. Kami mempunyai rekaman CCTV-nya. Ms. Grace dengan jelas mencium Mr. Spears. Hal ini, bisa menjadi kasus pelecehan seksual jika—"

"Oh.... My.... God," kata Emily sambil menutup mulutnya. Ingatan samar dirinya mencium seseorang terputar cepat di kepalanya.

Shopie menolehkan kepalanya cepat ke arah Emily. "Jadi, kau benar mencium Harold Spears?"

"Aku tidak yakin. Tapi, kurasa aku memang mencium seseorang."

"Kurasa, aku mengerti. Jadi, ketika kau mengatakan telah memberi pelajaran kepada seseorang ketika mabuk. Apakah itu maksudnya kau mencium orang tersebut?" tanya Shopie.

"Aku tidak ingat. Tapi, kurasa... ya!" jawab Emily.

"Astaga, Em. Kau dalam masalah besar," komentar Shopie.

"Ehm...." Anthony berdeham, membuat dua gadis di hadapannya mengalihkan pandangan ke arahnya. "Jadi, Ms. Grace. Apa kau akan berkerjasama?"

Emily menganggukkan kepalanya setelah menelan ludahnya. "Baiklah, aku akan ikut denganmu. Aku perlu meminta maaf secara langsung dan memberikan konpensasi," kata Emily. "Tapi, aku perlu bersiap terlebih dahulu. Kau tidak akan membiarkanku pergi hanya dengan piyama, bukan? Walaupun aku sudah melakukan hal yang tidak sopan ketika mabuk. Tapi, setidaknya aku masih memiliki kesopanan ketika sadar," imbuh Emily panjang lebar.

"Baiklah. Kami akan menunggu di luar," kata Anthony.

"Kalian yakin tidak ingin menunggu di dalam saja?"  tawar Shopie, ketika Emily sudah masuk ke dalam apartemen mereka.

"Tidak. Kami menunggu di sini saja," jawab Anthony.

Shopie mengangkat bahunya acuh. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan." Shopie segera menyusul Emily masuk ke dalam apartemennya.

Tiga puluh menit kemudian, Emily sudah keluar dengan pakaian lengkap. Diikuti dengan Shopie yang mengekor di belakangnya. Hal itu membuat Anthony menatap Shopie dengan tanda tanya.

"Biarkan aku ikut. Aku hanya ingin memastikan bahwa temanku aman," pinta Shopie.

"Baiklah. Ayo kita pergi," kata Anthony.

Related chapters

  • May I Love You?   Harold Spears

    Emily pergi bersama Shopie dengan mobilnya. Mengikuti mobil milik Anthony. Hingga mereka sampai ke sebuah kompleks apartement mewah.Sesampainya di lobby apartemen, Shopie ditahan untuk tidak ikut naik ke atas. Sedangkan Emily diminta untuk mengikuti Anthony ke atas. Ke tempat di mana Harold Spears tinggal.Setelah sampai di depan sebuah pintu, Anthony menekan sebuah bel yang terletak di samping pintu apartemen nomor 13 ini. Melihat nomor apartemennya saja, Emily sudah bergidik ngeri. Ia sekarang sedang berpikir apa yang akan dilakukan oleh Harold Spears kepadanya. Mengingat perlakuannya yang kurang ajar kepada selebriti tersebut."Masuk!" terdengar suara maskulin dari interkom.Anthony membuka pintu dengan kartu akses di tangannya. Ia lalu membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Emily untuk ikut masuk.Emily mengikuti Anthony masuk ke dalam apartemen dengan nuansa abu-abu ini. Apartemen yang Emily duga merupakan milik Harold Spears, terlihat elega

  • May I Love You?   Kontrak Kesepakatan

    "Kesepakatan?" tanya Emily dengan wajah bingung.Harold menganggukkan kepalanya. "Ya! Aku sudah membuat kontraknya dan kau hanya tinggal menandatanganinya.""Bagaimana jika aku tidak mau menandatanganinya?" tantang Emily."Kau pasti mau. Karena kau tidak punya pilihan," kata Harold percaya diri."Cih... kau percaya diri sekali," komentar Emily sebelum Harold pergi meninggalkannya. Emily menatap punggung Harold yang memasuki sebuah ruangan.Harold kembali dengan sebuah amplop besar berwarna coklat beserta sebuah pena di tangannya. "Kau bisa melihatnya terlebih dahulu," katanya sambil menyerahkan amplop tersebut kepada Emily. Kemudian dengan isyarat tangan, ia mempersilahkan Emily untuk duduk di sofa.Mereka duduk berhadap-hadapan. Dengan sebuah meja yang menjadi pembatasnya. Emily membuka amplop coklat dan mengeluarkan kertas putih di dalamnya. Lalu, membaca lamat-lamat isi yang

  • May I Love You?   Hari Pertama Kontrak

    Emily menekan-nekan bel apartemen Harold yang tak kunjung dibuka. Emily mendengus jengkel. Ia baru saja beranjak pergi saat terdengar suara dari interkom."Siapa? Ada yang bisa kubantu? Ini masih sangat pagi. Bukankah tidak sopan menekan bel apartemen seseorang berulang kali di pagi hari seperti ini?" tanya sebuah suara yang masih terdengar serak seperti baru saja bangun tidur. Nadanya suaranya terlihat kesal karena waktu istirahatnya harus diganggu.Langkah Emily berderap kembali menuju depan apartemen Harold. "Emily Grace. Aku datang untuk membersihkan apartemenmu seperti kontrak kesepakatan yang sudah kutandatangani. Aku datang karena takut kalau saja kau akan menuntutku karena melanggar kontrak. Dan juga perlu kuingatkan bahwa kau sendiri yang menyuruhku untuk datang pada jam enam pagi. Tapi, jika pagi ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku, aku dengan senang hati akan pergi dari sini. Terima—" belum selesai Emily menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara pintu

  • May I Love You?   Pertemuan Pertama

    Tiga orang gadis berusia pertengahan dua puluh tahun sedang berkumpul di sebuah club malam yang terkenal di kota New York. Alunan musik yang diputar DJ nampak menggema memenuhi ruangan.Emily, Jessica dan Shopie berkumpul di sebuah ruangan khusus dan menikmati minuman mereka sambil bercengkrama melepas penat akibat pekerjaan."Kau harus berhenti berkerja, Em. Dan berkencanlah," komentar Jessica kepada Emily temannya. Menurutnya kehidupan Emily sungguh membosankan dan ia butuh berkencan.Emily mengibaskan tangannya, ia lalu menegak minuman keras di tangannya. "Tidak. Aku menyukai kehidupanku sekarang. Aku tak butuh lelaki," komentar Emily setelah menandaskan minuman di tangannya."Apa kau ada masalah? Kau sudah minum lebih banyak daripada biasanya," komentar Shopie.Emily kembali menuangkan minuman ke gelas. "Tidak. Aku baik-baik saja," katanya lalu menegak habis minuman di gelasnya.Jessica menahan tangan Emily yang hendak menuangkan cairan yang m

Latest chapter

  • May I Love You?   Hari Pertama Kontrak

    Emily menekan-nekan bel apartemen Harold yang tak kunjung dibuka. Emily mendengus jengkel. Ia baru saja beranjak pergi saat terdengar suara dari interkom."Siapa? Ada yang bisa kubantu? Ini masih sangat pagi. Bukankah tidak sopan menekan bel apartemen seseorang berulang kali di pagi hari seperti ini?" tanya sebuah suara yang masih terdengar serak seperti baru saja bangun tidur. Nadanya suaranya terlihat kesal karena waktu istirahatnya harus diganggu.Langkah Emily berderap kembali menuju depan apartemen Harold. "Emily Grace. Aku datang untuk membersihkan apartemenmu seperti kontrak kesepakatan yang sudah kutandatangani. Aku datang karena takut kalau saja kau akan menuntutku karena melanggar kontrak. Dan juga perlu kuingatkan bahwa kau sendiri yang menyuruhku untuk datang pada jam enam pagi. Tapi, jika pagi ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku, aku dengan senang hati akan pergi dari sini. Terima—" belum selesai Emily menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara pintu

  • May I Love You?   Kontrak Kesepakatan

    "Kesepakatan?" tanya Emily dengan wajah bingung.Harold menganggukkan kepalanya. "Ya! Aku sudah membuat kontraknya dan kau hanya tinggal menandatanganinya.""Bagaimana jika aku tidak mau menandatanganinya?" tantang Emily."Kau pasti mau. Karena kau tidak punya pilihan," kata Harold percaya diri."Cih... kau percaya diri sekali," komentar Emily sebelum Harold pergi meninggalkannya. Emily menatap punggung Harold yang memasuki sebuah ruangan.Harold kembali dengan sebuah amplop besar berwarna coklat beserta sebuah pena di tangannya. "Kau bisa melihatnya terlebih dahulu," katanya sambil menyerahkan amplop tersebut kepada Emily. Kemudian dengan isyarat tangan, ia mempersilahkan Emily untuk duduk di sofa.Mereka duduk berhadap-hadapan. Dengan sebuah meja yang menjadi pembatasnya. Emily membuka amplop coklat dan mengeluarkan kertas putih di dalamnya. Lalu, membaca lamat-lamat isi yang

  • May I Love You?   Harold Spears

    Emily pergi bersama Shopie dengan mobilnya. Mengikuti mobil milik Anthony. Hingga mereka sampai ke sebuah kompleks apartement mewah.Sesampainya di lobby apartemen, Shopie ditahan untuk tidak ikut naik ke atas. Sedangkan Emily diminta untuk mengikuti Anthony ke atas. Ke tempat di mana Harold Spears tinggal.Setelah sampai di depan sebuah pintu, Anthony menekan sebuah bel yang terletak di samping pintu apartemen nomor 13 ini. Melihat nomor apartemennya saja, Emily sudah bergidik ngeri. Ia sekarang sedang berpikir apa yang akan dilakukan oleh Harold Spears kepadanya. Mengingat perlakuannya yang kurang ajar kepada selebriti tersebut."Masuk!" terdengar suara maskulin dari interkom.Anthony membuka pintu dengan kartu akses di tangannya. Ia lalu membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Emily untuk ikut masuk.Emily mengikuti Anthony masuk ke dalam apartemen dengan nuansa abu-abu ini. Apartemen yang Emily duga merupakan milik Harold Spears, terlihat elega

  • May I Love You?   Efek Mabuk

    "Kau harus berhenti minum, Em," kata Shopie Kim, ketika melihat Emily yang baru muncul dari balik kamar tidurnya. Rambutnya mencuat kemana-mana.Emily merenggangkan tubuhnya dengan menyatukan kedua telapak tangannya, lalu menariknya ke atas kepalanya. "Apa aku melakukan kesalahan semalam?" tanya Emily kepada gadis berwajah asia yang sekarang sedang memakan sebuah apel. Sementara satu tangan Shopie mengenggam apel, tangannya yang lain memegang segelas air mineral."Kau tak ingat? Setelah kembali dari toilet, kau merancau tak jelas tentang memberi pelajaran kepada para brengsek. Setelahnya kau langsung jatuh tertidur. Aku dan Jess berusaha keras membopongmu kembali ke apartement," jelas Shopie panjang lebar. Ia lalu menggigit apelnya lagi dan mengunyahnya lamat-lamat sambil menatap Emily.Emily mengangkat bahunya. "Aku tidak ingat," katanya singkat."Ngomong-ngomong, Em. Siapa yang kau beri pelajaran ketika kau ke toilet?" tanya Shopie dengan wajah

  • May I Love You?   Pertemuan Pertama

    Tiga orang gadis berusia pertengahan dua puluh tahun sedang berkumpul di sebuah club malam yang terkenal di kota New York. Alunan musik yang diputar DJ nampak menggema memenuhi ruangan.Emily, Jessica dan Shopie berkumpul di sebuah ruangan khusus dan menikmati minuman mereka sambil bercengkrama melepas penat akibat pekerjaan."Kau harus berhenti berkerja, Em. Dan berkencanlah," komentar Jessica kepada Emily temannya. Menurutnya kehidupan Emily sungguh membosankan dan ia butuh berkencan.Emily mengibaskan tangannya, ia lalu menegak minuman keras di tangannya. "Tidak. Aku menyukai kehidupanku sekarang. Aku tak butuh lelaki," komentar Emily setelah menandaskan minuman di tangannya."Apa kau ada masalah? Kau sudah minum lebih banyak daripada biasanya," komentar Shopie.Emily kembali menuangkan minuman ke gelas. "Tidak. Aku baik-baik saja," katanya lalu menegak habis minuman di gelasnya.Jessica menahan tangan Emily yang hendak menuangkan cairan yang m

DMCA.com Protection Status