Share

7 | Igor Samudra

Author: Mokaciinoo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Fiona sedang menunggu lift dengan wajah datar diiringi oleh orang yang bergosip terang-terangan tentangnya. Meskipun dia tidak mengundang salah satu dari mereka ke acara pernikahan suaminya, tetap saja gosip mengenai dia yang dimadu telah menyebar ribuan mil jauhnya. Fiona tidak peduli. Sejak dia bersedia diduakan oleh sang suami, dia sudah siap dengan hal ini.

Bahkan jika ada kalimat tidak menyenangkan yang mampir di telinganya, Fiona hanya mengambil sikap acuh tak acuh.

"Pantas aja suaminya nyari orang lain, judes gitu!" kata seseorang yang tidak dia kenal.

"Mungkin di rumah dia juga bossy orangnya, makanya suaminya jadi enggak betah!" timpal yang lain.

"Hush, nanti dia dengar!"

"Biarin aja dia dengar. Biar dia sadar diri kalau dunia gak cuma berputar sama dia seorang!"

Fiona melirik orang yang baru saja berbicara dan hanya mendengus dengan sudut bibir sedikit terangkat.

"Udah-udah, dia ngeliat ke sini barusan!" seseorang berkata dengan panik.

Alis Fiona sedikit berkedut mendengar nada itu. Dia tidak bisa tidak bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah dia memang semenyeramkan dan semenyebalkan itu di kantor?

Namun, karena tidak bisa menemukan jawabannya sendiri, Fiona hanya mengendikkan bahu tak mau ambil pusing.

Adapun ditengah penantian yang dirasa cukup lama ini, sebuah lengan tiba-tiba tersampir di bahunya. Fiona tidak perlu menoleh untuk melihat siapa gerangan pemilik lengan kurang ajar ini.

Dari aroma akrab parfum yang menelisik ke dalam hidungnya saja sudah bisa membangkitkan memori-memori lama yang membuatnya pusing.

"Kamu benar-benar kembali?" tanya Fiona sambil tetap menatap lurus pada pintu lift yang belum juga terbuka. Tangannya terlipat gusar di depan dada.

"Kyaaa!!"

Fiona tidak cukup penasaran dengan alasan jeritan wanita-wanita yang sedang menunggu bersamanya. Apalagi kalau bukan karena pria di sampingnya ini.

Tiga tahun tak bertemu dengan pria ini tidak membuat ingatan Fiona akan pria ini hilang begitu saja. Setiap detail dari wajah tampannya masih bisa diingat dengan jelas. Termasuk lekukan dangkal di sudut bibir kirinya setiap kali pria ini tersenyum.

Bukannya menjawab pertanyaan Fiona dengan santai. Pria ini justru semakin merapatkan tubuh mereka.

"Morning, Darling!" bisikan dan hembusan nafas hangat membelai telinga Fiona. Aroma khas pasta gigi bercampur musk yang menggelitik indera penciumannya membuat Fiona tanpa sadar menggigit sudut bibirnya.

"Itu siapa?!"

Pertanyaan datang tak henti-henti dari orang-orang sekitar. Beruntung pintu lift yang ditunggu akhirnya berdenting terbuka. Menumpahkan orang-orang di dalamnya.

Tanpa menunggu basa-basi, Fiona bergegas melangkah ke dalam lift diikuti oleh pria lengket itu.

"Dunia memang harusnya hanya berputar di sekitarku doang!" bisik Fiona pada wanita yang tadi menggunjingnya.

Fiona bisa melihat wanita itu menggeram kesal. Dan justru disanalah letak kebahagiaannya. Bisa membungkam mulut jaill itu dengan kejailan yang sama.

"Kamu sudah mendapat pemberitahuan untuk langsung ke ruang meeting?" tanya pria itu pada Fiona. Suara berat dan seksinya tak ayal membuat para wanita di dalam kotak sempit ini berbisik-bisik ribut.

Fiona sendiri segera merogoh tasnya untuk mengambil benda pipih yang masuk ke dalam kategori barang paling penting di hidupnya. Sebuah pesan whats*pp dari Freya terpampang di layar ponselnya.

"Tangan kamu berat. Bisa diturunkan?" pinta Fiona dengan sabar sambil berusaha menepis lengan yang tergantung nyaman di bahunya.

Ting,

Pintu lift terbuka di lantai lima belas tempat ruang meeting berada. Fiona membawa kakinya keluar dari lift dengan lengan pria itu masih tersampir tak tahu malu di bahunya. Sampai akhirnya kepalanya yang sejak tadi hanya menghadap lurus ke depan perlahan ditolehkan ke samping. Sorot mata tajam dia berikan pada pria tampan dengan senyum cemerlang di pagi hari ini.

"Aku baru saja mau melepasnya," ujar pria itu sambil nyengir lebar.

Dia sama sekali tidak takut dengan sorot mata tajam Fiona. Dia hanya suka menggoda wanita yang dicintainya itu.

Fiona tidak menanggapi dan hanya berjalan lurus menuju ruang meeting. Jalan mereka terpisah, pria itu berjalan menuju kepala meja yang diatur berbentuk persegi panjang. Sedangkan Fiona berjalan ke ujung meja yang lainnya. Duduk di samping Freya.

"Kamu dateng bareng dia?" tanya Freya dengan kerutan samar di antar alisnya.

"Ketemu depan lift," jawab Fiona singkat.

"Kenapa dia tiba-tiba kembali?" tanya Fiona sambil menatap Freya. Sahabatnya ini memiliki jaringan informasi luas yang tersebar di seluruh kantor.

"Pak Idam lagi sakit, jadi deh dia ditarik ke sini buat gantiin bapaknya," jawab Freya dengan berbisik.

"Semudah itu? tinggal bilang, kamu gantiin ayah jadi CEO terus udah yuk cus, jadi CEO?" tanya Fiona yang membuat Freya memutar matanya.

"Kamu gak tahu aja beberapa bulan ini kondisi di atas caos banget buat nentuin siapa yang bakal gantiin Pak Idam. Semua sisi narik urat, cuma kan kita gak gosipin aja," balas Freya masih dengan berbisik-bisik.

Dia bisa memaklumi kenapa sahabatnya ini agak ketinggalan gosip perkantoran. Sahabatnya ini terlalu sibuk dengan rencana morotin suaminya yang pelit itu.

"Kirain dia balik karena tahu aku dimadu," tukas Fiona membuat Freya hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Cih. Kepedean!" sahut Freya dengan geli.

"Pertemuan ini tidak akan lama. Kita bertemu disini hanya untuk perkenalan saja. Perkenalkan, saya Igor Samudra. Mulai hari ini saya akan menggantikan Pak Idam Samudra sebagai CEO baru perusahaan ini. Mohon kerjasamanya!"

Gosip pagi Fiona dan Freya diinterupsi oleh suara berat, dan berwibawa dari ujung meja. Tampang cengengesan pria itu saat menggoda Fiona tadi telah lama sirna. Digantikan oleh wajah keras serta tegas yang biasa ditampilkan untuk orang banyak.

"Tidak perlu banyak basa-basi, setiap menajer memberikan laporan kinerja untuk kuartal ini pada saya sesegera mungkin!" Titah Igor.

Bisik-bisik langsung terdengar begitu ucapan itu keluar.

"Cukup perkenalan dari saya, kalian bisa kembali bekerja. Ingat, waktu adalah uang!" tutup pria itu dengan dingin. Pertemuan singkat ini berakhir begitu saja.

Satu per satu karyawan bangkit dari posisi mereka, dan keluar dari ruang meeting dengan tertib. Termasuk Fiona dan Freya.

Melihat Fiona keluar paling belakang, Igor tidak melepaskan kesempatannya. Dia langsung menyambar bahu wanita terkasih itu untuk dibawa mendekat ke arahnya. Fiona yang tidak siap spontan menabrak dada bidang di belakangnya.

"Lama tidak bertemu. Kamu tidak merindukanku?" tanya pria itu. Ekspresi konyol kembali menghiasi wajahnya.

"Tidak sama sekali!" jawab Fiona dengan tegas.

Freya yang tadi berjalan di samping Fiona memilih untuk melipir pergi. Dia sengaja meninggalkan ruang bagi Fiona yang terlihat masih berjuang melepaskan jerat dari tangan gurita pria itu.

"Aku mendengar berita yang cukup mengejutkan kali ini,"

"Apa itu?" tanya Fiona meski dia sudah memiliki tebakan di dalam hatinya.

"Jaya selingkuh dari kamu? dia menikah lagi?!"

Tampang konyol Igor berubah menjadi tegas dan keras. Fiona bahkan bisa melihat pria ini menggertakkan gigi dengan kesal.

* * *

Related chapters

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   8 | Igor Samudra (2)

    Helaan nafas lolos dari hidung Fiona ketika melihat kemarahan yang tampak di wajah Igor. Meski dia tidak apakah kemarahan ini bersifat sungguhan atau hanya dibuat-buat. "He-em," gumam Fiona membenarkan. Tidak ada yang perlu disembunyikan dari pria ini. Karena, lebih dari siapapun, pria ini adalah orang yang paling mengetahui segala hal tentang dirinya. Dialah Igor Samudra. Sumber rasa pusing Fiona yang paling. Bahkan melebihi rasa pusing yang bisa diberikan suaminya padanya. Pria ini bisa dikatakan fans berat Fiona sejak dulu ketika mereka masih SMA, kemudian berlanjut hingga mereka kuliah. Sampai tiga tahun lalu ketika dia menikah dengan Sanjaya Adiguna. Pria ini akhirnya memutuskan untuk menjauh dari hidupnya. Banyak orang bertanya-tanya, kenapa dia lebih memilih Mas Jaya dibandingkan pria ini. Jawabannya hanya satu, karena pria ini terlalu kaya! Dia adalah putra bungsu dari pemilik perusahaan Samudra Group, salah satu perusahan F&B terbesar di Asia yang tak lain adalah tempat

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   9 | Bertemu Adik Ipar

    Saat jam makan siang, Tidak sampai lima menit, Fiona sudah tiba di cafe Kenangan yang memang biasa dia kunjungi saat jam makan siang. Setibanya disana, dia mengedarkan pandangan ke segala penjuru cafe dengan desain interior bernuansa tradisional itu. Dengan segala furnitur yang terbuat dari kayu dan berbagai pajangan antik yang menghiasi membuat setiap pengunjung bisa merasakan nuansa hangat rumah tempo dulu. Apalagi dengan penggunaan lampu-lampu berwarna kuning yang hangat dan temaram. Belum lagi dengan adanya kipas angin yang berputar berderit-derit mengkhawatirkan di atas kepala mereka memperkuat nuansa tradisional cafe ini. Tidak butuh waktu lama bagi Fiona untuk menemukan Aruna, sang adik ipar di antara manusia-manusia lain yang sedang sibuk menyantap makan siang mereka. Wanita cantik itu terlihat melambai anggun ke arahnya dari meja nomor lima yang ada di sudut cafe. Sebelum berjalan menghampiri adik iparnya, Fiona menghentikan langkahnya di depan meja kasir. "Aku pesan dua

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   10 | Bertemu Adik Ipar (2)

    Fiona menelan makanan yang ada di dalam mulutnya. Dia kemudian berdehem pelan sebelum kemudian berkata. "Loh, kamu benar-benar gak tau, Run? Mobilnya Mbak Zoya baru aja sampai di rumah kemarin sore!" beritahu Fiona dengan nada pura-pura terkejutnya."Kemarin banget ini, Mbak?" tanya Aruna memastikan. Fiona mengangguk sembari sekali lagi menyendok makan siangnya ke dalam mulut. "Benar-benar mobil baru, Mbak?" tanya Aruna sekali lagi. Dia benar-benar sanksi. Disela kunyahannya Fiona menganggukkan kepala dengan antusias. Dia semakin menuangkan bensin pada api yang sudah menyala. "Uhh. Bagus banget mobilnya. Mercedes-Benz warna hitam mengkilap," beritahu Fiona setelah menelan makanannya. Aruna memundurkan punggungnya ke sandaran kursi dan mulai sibuk mengutak-atik iPhone di tangannya. Mungkin mencari bagaimana penampilan mobil yang dimaksud. Fiona tidak peduli. Dia sendiri memilih fokus dengan makanan yang ada di hadapannya. "Ini gak bisa dibiarin!" gumam Aruna yang samar-samar bisa

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   11 | Menabur Perselisihan

    Matahari telah tenggelam sepenuhnya, menyisakan gelap yang terus beranjak naik. Lampu-lampu jalan juga telah dinyalakan untuk memberikan penerangan bagi sekitar. Semenjak suaminya menikah lagi, Fiona selalu pulang terlambat. Dia sengaja mampir di restauran, atau cafe terdekat terlebih dulu untuk makan malam. Sehingga ketika dia sampai di rumah nanti, dia tidak perlu berada di meja makan yang sama dengan pasangan pasutri baru itu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika Fiona tiba di rumah. Dia masih memarkir mobil bututnya di bahu jalan karena mobilnya ini tidak lagi memiliki tempat di garasi. Untung rumah mereka berada di ujung kompleks, dan jalanan di depan rumah tergolong lebar sehingga keberadaan mobilnya tidak perlu mengganggu pengguna jalan lain. Setelah menarik nafas panjang, dan menghembuskannya keras, Fiona mengunci mobilnya sebelum menyeret langkah kakinya ke dalam rumah. "Adik kamu kayaknya lebih butuh mobil deh daripada Zoya. Sekarang adik kamu

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   12 | Drama Tengah Malam

    Begitu ruang tengah mulai terdengar sepi, Fiona mulai beranjak meninggalkan pintu kamarnya menuju kamar mandi. Setelah menemukan bahwa dirinya dikhianati, ini pertama kalinya Fiona merasa hatinya begitu ringan, dan berbunga-bunga. "Ini baru permulaan ya saudara-saudara," Fiona bermonolog sendiri sambil menatap wajahnya yang tersenyum licik dari balik cermin wastafel. "Waktunya menjalankan misi selanjutnya!" Fiona meraih benda pipih berbentuk persegi panjang yang hampir tidak pernah terpisahkan darinya itu. Ibu jarinya bergerak lincah di atas benda itu sebelum kemudian dia merapatkan si pipih itu ke telinganya. [Halo!] Sapa seseorang dari seberang. "Nau, gimana?"[Apanya?]"Kamu udah ngomong belum sama Max?" tanya Fiona sembari bergerak menuju bathtub, dan mulai mengisinya dengan air. [Udah. Dia udah setuju,]Senyum Fiona semakin lebar ketika mendengar kalimat positif ini. "Oke deh. Kamu jangan khawatir. Kalo rencana ini sukses, hasil jual mobilnya nanti dibagi 60 : 40, gimana?"

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   13 | Menyusun Rencana

    Fiona bersama dengan Freya tiba di cafe Kenangan setelah berjalan selama 5 menit dari Samudra Group. Fiona yang tidak bisa tidur semalaman kini dihiasi dengan mata panda. Semangat kerjanya yang biasa menggebu-gebu juga tampak melempem seperti kerupuk disiram air. Kepalanya pun pusing karena kekurangan pasokan oksigen. Langkah kakinya yang biasa tegas, dan mantap kini bergoyang ke kiri dan ke kanan seperti zombie. "Ra, aku pesan lalapan. Minumnya air putih aja!" sebut Fiona pada Rara yang bertugas sebagai penjaga kasir. "Aku nasi goreng gila. Minumnya jus jeruk!" sambung Freya menyebutkan pesanan masing-masing. "Oke, ada lagi?" tanya Rara dengan ramah. "Udah itu aja dulu. Di mejanya Naura ya!"Rara menganggukkan kepala sembari mengacungkan jempol bulatnya. "Sip!" katanya. Tidak butuh waktu lama bagi Fiona dan Freya untuk menemukan meja bundar yang telah dihuni oleh Naura dan suaminya. Mereka berada tepat di sudut cafe yang lumayan sepi. "Kamu kenapa lemes banget?" tanya Naura pad

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   14 | Suami Selingkuh, Aku Juga Bisa!

    "Kamu mau kemana?" tanya Freya ketika melihat Fiona menekan tombol lift menuju lantai 20."Ke ruangan bos!""Ah~" Freya mengeluarkan nada panjang sebagai tanda mengerti. Tidak lupa, dia juga melemparkan kerlingan menggoda pada Fiona yang memilih untuk tidak peduli. "Kamu ada rencana memulai kisah baru nih sama dia?" "Gak dulu!" tegas Fiona. "Yakin?~""Yakin!""Hati-hati loh. Hati kamu saat ini adalah hati yang biasanya paling rentan tergoda asmara lain!" nasihat Freya setengah serius, setengah bercanda. " ... ""Semoga sukses ya!" Freya mengacungkan kedua kepalan tangannya di udara sebelum keluar dari lift yang akhirnya berhenti di lantai tempat ruangannya berada. Alis Fiona berkedut. Dia tidak mengerti apa yang menjadi niat sahabatnya itu, apakah dia mendukungnya untuk bersama Igor atau apa? Ting, Pintu lift yang membawa Fiona ke lantai 20 berhenti. Dengan langkah mantap dia keluar dari kotak besi itu, dan terus berjalan menuju ruangan Igor. "Apa Pak Igor ada di ruangan?"

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   15 | Aku Tahu Rahasiamu

    Keesokan hari, Fiona masih berangkat ke kantor seperti biasa. Tapi kali ini hatinya penuh dengan antisipasi. Lupakan hubungan ambigunya dengan Igor kemarin. Pagi ini dia baru saja mendapat pesan dari Max bahwa dia sudah siap mengeksekusi rencana perampokan mereka. Sebelum berangkat, tidak banyak perdebatan yang terjadi antara Fiona beserta suami dan istri baru suaminya itu. Mbak Zoya juga dengan patuh memasak sarapan untuk suami serta kedua putranya, tentu saja minus Fiona. Dan yang jelas, Fiona sama sekali tidak peduli. Dengan uang tebal di dompet, apa yang perlu dia khawatirkan? Dia bisa makan kapan, dan dimanapun dia mau. 'Boy, ini terakhir kalinya kamu ada di garasi rumah ini!" bisik Fiona sembari mengelus body mulus mobil mewah itu. Hanya sekilas, dan dia terus berjalan menuju mobilnya sendiri yang terparkir di bahu jalan di luar sana. * * *Zoya tak henti-hentinya menebar senyum sehangat sinar matahari. Janji Mas Jaya padanya membuat hati Zoya berbunga-bunga. Akhirnya setel

Latest chapter

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   116 | Persidangan (TAMAT)

    1 bulan kemudian, Kasus yang menimpa Mas Fadli dan Mbak Zoya akhirnya dilimpahkan ke pengadilan. Dikarenakan bukti itu datangnya dari Fiona, mau tidak mau dia tetap harus hadir sebagai saksi di pengadilan. Ketika hal itu terjadi, dia bisa melihat dengan jelas wajah terkejut keluarga mantan suaminya. "Fiona!" seru mereka dengan terkejut. Walau begitu, Fiona memilih sikap acuh tak acuh. Dia mengikuti seluruh rangkaian persidangan dengan khidmat. Dia juga menjawab pertanyaan dari Jaksa penuntut umum dengan jujur tanpa ada yang dia sembunyikan. "Jadi ini semua ulah kamu? Harusnya dari awal aku membunuhmu!" raung Zoya dengan marah yang membuat dirinya mendapat peringatan dari hakim. Melihat Fiona duduk di kursi saksi membuat Zoya menggeram penuh amarah. Jika pengungkapan bukti sabotase mobil Mas Agung ini diserahkan oleh Paman Rusdi, mungkin Zoya tidak akan semarah ini. Tapi yang melakukannya adalah musuh bebuyutannya. Orang yang sudah Zoya cap sebagai penyebab atas setiap kemalangan

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   115 | Motif

    "Jaya! Mas Fadli, Jay!"Ketika Jaya tiba di rumah, hal pertama yang menyambutnya adalah raungan sang kakak yang baru saja sadar dari pingsannya. "Mbak, tenang! Coba ceritakan ada apa?" tanya Jaya berusaha untuk bersikap tenang meski hatinya sendiri sudah gundah gulana. "Mas Fadli, Jay! Mas Fadli!" pekik Mbak Arum dengan histeris. Air mata terus merebak membanjiri pipinya. "Mbak, jelaskan pelan-pelan apa yang terjadi?" tanya Jaya dengan penuh kesabaran. "Mas Fadli ditangkap polisi!" ungkap Arum dari sela-sela sengguk tangisnya. "APA?!" pekik Ibu Marni dengan keras hingga memenuhi ruangan. "Tadi siapa orang yang menghubungi Mbak?" tanya Jaya masih dengan nada tenang meskipun hatinya sudah hancur berantakan. "Namanya Chandra. Pengacara Mas Fadli. Katanya sekarang dia ada di kantor polisi untuk menemani Mas Fadli diinterogasi," jawab Arum dengan tergugu. "Kalau begitu, ayo kita ke kantor polisi," ajak Jaya sembari beranjak dari sofa yang dia duduki. "Ayo! Ayo!" timpal Ibu Marni d

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   114 | Fadli Tertangkap

    Fadli yang berangkat ke kantor ketika jarum jam hampir menunjukkan pukul 11 pagi tiba-tiba dihadang oleh beberapa rekan kerjanya. Wajah kaku mereka membuat Fadli tiba-tiba merasakan firasat buruk di hatinya. Pikirannya bahkan langsung tertuju pada Zoya, dan ancamannya. Apalagi ketika mengetahui bahwa Jaya ternyata tidak berhasil membujuk Fiona untuk mencabut tuntutannya. 'Jangan bilang si Zoya sudah mengatakan tentang hal itu pada polisi!' gumam Fadli dengan panik. "Ada apa ini?" tanya Fadli pura-pura tidak merasakan keanehan dari mereka. Akan tetapi, dia perlahan mulai mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Sayangnya, sebelum Fadli sempat melaksanakan niatnya itu, dia telah lebih dulu dibekuk oleh rekan-rekan sejawatnya. "Sialan! Apa yang kalian lakukan?" maki Fadli dengan berang. Kini tangannya bahkan sudah diborgal yang terasa menginjak harga dirinya. Tanpa menghiraukan protesan dari Fadli, seorang polisi yang menangani kasus Fiona sebelumnya terus menyeret Fadli menuju

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   113 | Menginterogasi Ibu Mastah

    Di kediaman Adiguna, "Loh, Fadli? Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Ibu Marni ketika melihat menantunya justru duduk dengan khidmat di sofa ruang keluarga. Seperti yang dikatakan Jaya kemarin, dia berpura-pura untuk tidak tahu menahu perihal yang katanya rahasia menantunya ini. Toh, semuanya juga belum terbukti kebenarannya. Bagaimana jika Zoya berbohong? Pun jikalau yang dikatakan Zoya itu benar, mereka bisa mengambil tindakan nanti. Tidak perlu terburu-buru. "Ini sudah jam setengah sembilan loh!" tambah Ibu Marni memperingatkan. "Fadli mau nanya dulu sama Ibu, apa Jaya berhasil membujuk Fiona untuk mencabut tuntutannya?" tanya Fadli penuh harap. "Huh! Dia tidak mau mencabut tuntutannya!" balas Ibu Marni seraya mendengus sinis. " ... "Tanpa sadar, geraham Fadli bergemeretak dengan tidak puas. Sayang sekali dia tidak berdaya! "Buk! Fadli mau bertemu dengan Ibu Mastah dulu, boleh?" tanya Fadli meminta izin. Alis Ibu Marni berkedut pelan. "Bertemu Ibu Mastah? Buat apa?" tanya

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   112 | Kentang Panas

    Pagi-pagi sekali. Jarum jam bahkan masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tapi paman Rusdi sudah menunggu di depan perusahaan tempat Fiona bekerja. Gelagatnya yang mencurigakan membuat seorang satpam perusahaan yang bertugas pagi ini terus menatapnya dengan curiga. "Permisi, Pak!" tegur Paman Rusdi dengan malu-malu. "Ada apa?" tanya satpam itu sedikit ketus. Wajahnya bahkan memberengut jijik. Aroma yang menguar dari tubuh pria gelandangan itu membuatnya ingin segera mengakhiri interaksi ini. "Di dalam sini ada karyawan yang namanya Fiona Larasati 'kan?" tanya paman Rusdi. Gelagatnya yang menurut sang satpam sudah mencurigakan sejak awal, membuat satpam yang bertugas itu semakin mengerutkan kening. Dia tidak mungkin tidak mengenal orang yang disebutkan oleh pria ini. Pasalnya, nama yang disebutkan itu sudah sangat terkenal di perusahaan. Selain karena kedekatannya dengan sang bos perusahaan. Wanita ini juga sering viral lantaran masalah keluarganya. Dan kabar terbaru yang ke

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   111 | Menghubungi Paman Rusdi

    Ibu Mastah bergegas kembali ke kamarnya untuk mencoba menghubungi sang adik kandung melalui nomor yang hanya mereka ketahui sendiri. Tadinya dia berniat mengunjungi ruang keluarga untuk menanyakan tentang kabar putrinya yang tidak juga pulang hingga semalam ini. Siapa yang menduga dia justru mendengar obrolan penting itu. "Halo," sapa Ibu Mastah dengan antusias begitu sambungan telepon mulai terhubung. [Huh! Sekarang kamu baru menghubungiku?!]Ibu Mastah harus menjauhkan ponsel butut di tangannya dari sisi telinga karena kerasnya suara bentakan sang adik dari seberang sana. "Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Aku dengar dari Jaya dan ibunya kalau kamu memiliki bukti pembunuhan yang dilakukan oleh Fadli. Apa benar?" tanya Ibu Mastah. Rentetan kalimat panjang ini diutarakan dalam satu tarikan nafas tergesa. [ ... ]"Halo, Rusdi?" panggil Ibu Mastah karena sang adik tidak membalas perkataannya. [Jadi mereka sudah tahu!] "Apa?" tanya Ibu Mastah. [Kak, Zoya ada dimana?]Ibu Mastah m

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   110 | Fakta yang Terungkap (2)

    Bumi telah diselimuti kegelapan ketika Fiona terbangun dari tidur lelapnya. Hanya lampu dari nakas yang menyala buram yang menerangi kamar sederhana itu. Fiona tidak langsung beranjak dari tempatnya. Kepalanya masih linglung mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi. Akan tetapi, suara yang datang dari luar kamarnya membuat Fiona tidak bisa berbaring lebih lama lagi. Dia perlahan beranjak dari ranjang empuknya, dan menyeret langkahnya untuk keluar dari kamar. "Fiona tidak akan menarik tuntutannya!"Sayup-sayup kalimat itulah yang menyambut Fiona ketika dia membuka pintu kamar. "Fiona sedang tidur!" "Gor," sapa Fiona lirih dengan suara serak khas bangun tidurnya. Igor yang sedang menelepon menyeret pandangannya ke arah sosok Fiona kemudian tersenyum teduh. "Pokoknya Fiona tidak akan menarik tuntutannya!" seru Igor untuk yang terakhir kalinya sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon. "Kamu sudah bangun? Bagaimana keadaan kamu?" tanya Igor seraya beranjak dari sofa yang

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   109 | Fakta yang Terungkap

    "Gak perlu! Ayo pulang!" tolak Ibu Marni dengan tegas. "Jangan dengarkan omong kosongnya!" lanjut Ibu Marni dengan penuh amarah. Dia lalu meraih tangan Jaya dan hendak menyeretnya untuk pergi meninggalkan sang menantu yang terlihat tidak lebih dari orang gila saat ini. "Huh! Anda yang paling tahu apakah yang aku ucapkan ini hanya omong kosong belaka atau tidak!" dengus Zoya santai. " ... "Sambil mendumel dengan suara rendah, Ibu Marni terus melangkah menjauh dari Zoya. "Mas, jika kamu tidak segera membebaskan aku sekarang juga. Aku jamin keluarga kamu tidak akan pernah menemukan ketenangan lagi!" ujar Zoya memberi peringatan. Langkah kaki Jaya spontan berhenti mendengar nada ancaman yang disampaikan oleh Zoya dengan begitu tenang ini. Jaya yakin bahwa siapapun itu orangnya, apabila menghadapi kondisi terpojok pasti akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan diri. Jaya tidak ingin menganggap remeh ancaman sang istri ini. "Kamu pasti mikir kalau aku sama Mas Fadli saling naksir

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   108 | Menjenguk Zoya di Kantor Polisi

    Pasca insiden penculikan ini, Igor tak sekalipun meninggalkan sisi Fiona. Di tidak mau hal buruk ini terjadi lagi untuk yang kesekian kalinya pada sang wanita terkasih. "Aku baik-baik saja kok, Gor. Kamu bisa pulang," ujar Fiona begitu mereka tiba di apartemen Fiona setelah kembali dari rumah sakit. "Mulai sekarang, aku akan tinggal di sini!" putus Igor penuh tekad. "Hah?""Aku khawatir hal yang sama seperti ini akan terulang kembali," pungkas Igor. Dia masih memiliki bayang-bayang ketidakberdayaan di dalam benaknya. Kalau sampai dia datang terlambat, apa yang akan terjadi pada Fiona? Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat Igor merasa tidak sanggup! Dan sebenarnya, Fiona juga sedikit dihantui perasaan ketakutan akibat dari pengalaman yang menimpanya kali ini. Namun, posisinya dalam hubungan dengan Igor agak tidak menguntungkan untuk mereka bersama. Belum lagi, dia juga sudah berjanji pada ibunda Igor bahwa hubungan mereka tidak akan sampai pada tahap yang lebih serius t

DMCA.com Protection Status