Sejak kedatangan Alexa di mansion Williams, sekali pun dia tidak pernah pulang ke rumahnya. Tidak peduli bagaimana tanggapan orang tuanya, dia tidak akan bisa tenang berada di dalam rumah, jika selalu dipaksa menikah dengan yang tidak dia cintai."Kamu memasak?" tanya Arley memeluk Alexa dari belakang."Ya, tetapi aku tidak tahu kamu akan suka atau tidak karena aku yakin ini rasanya tidak akan enak," jawab Alexa diiringi kekehan kecil.Arley menyibak rambut Alexa hingga leher jenjang itu terekspos jelas. "Aku tidak mau kamu kelelahan dan Nyonya Daisy akan memarahiku, jika dia tahu di sini putrinya memasak.""Jangan berlebihan. Di rumah, aku memang tidak memasak karena Mommy melarangku," kata Alexa."Akan tetapi, sekarang aku menginginkan memasak untukmu karena ...." Alexa menghentikan ucapannya dan tetap melanjutkan memasaknya."Apa? Katakan!" Arley penasaran.Alexa tak kunjung menjawab pertanyaan Arley, membuat lelaki itu semakin penasaran dengan apa yang terjadi.Arley membalikkan t
"Mommy pasti menyesal telah berpikir untuk menjodohkan aku dengan lelaki sepertimu!"Sean tertawa, dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Alexa. Yang jelas dia akan membuat Alexa menjadi miliknya."Turuti saja apa yang kukatakan, setelah kau mengerti. Baru aku akan melepaskanmu dari ruangan ini. Semakin cepat kau mengerti maka semakin cepat pula kau bebas dari sini," kata Sean.Alexa menggeleng meremehkan perkataan Sean."Aku tidak akan sudi menuruti kata-katamu!"Sean membuka ikat pinggang dan mengarahkannya pada tubuh wanita yang duduk di lantai dengan tangan dan kaki yang terikat."Aku ingin melihat sampai mana kau bertahan!""Meski aku harus mati di tanganmu, aku tidak akan sudi sedikit pun kau menyentuhku!" Alexa menatap tajam lelaki yang berdiri di hadapanmu."Lihat saja, aku akan membuatmu memohon ingin disentuh!" Sean melempar sabuknya ke wajah Alexa, kemudian pergi meninggalkan wanita itu di dalam gudang.Setelah kepergian Sean, Alexa menangis sejadinya. Sejujurnya dia ta
Mengenai kabar kematian itu. Alexa, Steve dan Daisy tentu saja terkejut, sementara Arley terlihat biasa saja."Arley, apa kau mengetahui tentang kematian Sean atau ... kau ada hubungan dengan kematian Sean?" tanya Steve."Tidak. Saya, Alexa dan para anak buah saya keluar bersamaan dan meninggalkan Sean yang masih berada di sana. Anda bisa tanyakan langsung dengan Alexa, saya bahkan tak menyentuhnya sama sekali," jawab Arley.Alexa mengangguk dengan sangat yakin. Perkataan lelaki itu memang benar tak ada yang dilebihkan ataupun dikurangi, sama seperti yang dia lihat di gudang sebelumnya."Arley benar, Dad. Dia tidak ada hubungannya dengan kematian Sean," ujar Alexa.Niat awal Steve dan Daisy mendatangi keluarga Sean adalah untuk membatalkan perjodohan anak mereka. Namun, Sean sudah tiada yang artinya perjodohan itu batal dengan sendirinya.Jauh di lubuk hati Steve dan Daisy merasakan sakit hati dengan apa yang sudah diperbuat oleh Sean kepada putrinya. Namun, mereka tetap memandang Ver
"Kamu jadi istriku saja," kata Arley.Bukan tersenyum atau tersentuh, Alexa malah merajuk dan jalan lebih dulu ke ruangan Arley.Jujur saja lelaki itu tidak paham apa yang terjadi pada kekasihnya. Dia pun mengekor pada Alexa dan masuk ke dalam ruang kerjanya."Hei, ada apa?" tanya Arley pada Alexa yang sudah duduk di sofa dengan menyilangkan kedua tangannya di dada sembari mencebikkan bibirnya."Kamu pikir deh apa yang membuat aku seperti ini!" Alexa memalingkan wajahnya dan menatap ke arah lain.Arley menggaruk kepalanya yang tak gatal, baru kali ini dia begitu terlihat bodoh menanggapi sikap Alexa."Maaf, aku tidak tahu. Katakan apa salahku!" Arley duduk di samping Alexa.Alexa kembali memalingkan wajahnya tak ingin menatap Arley. Namun, kali ini Arley memaksanya untuk menatap dirinya."Katakan, Baby! Sungguh, aku tidak tahu. Jangan membuatku terus-terusan terlihat bodoh seperti ini," kata Arley."Kam
"Aku belum mau menikah, usiaku masih sangat muda, bahkan aku belum merasakan manisnya menjadi desainer fashion," ucap Alexa.Daisy memutar bola mata malas, mendengar jawaban sang anak. Putri satu-satunya itu benar-benar sulit dimengerti. Saat diminta untuk melanjutkan cita-citanya Alexa malah memilih mengejar Arley, kini Daisy dan Steve meminta dia agar menjalin hubungan yang lebih serius, Alexa malah ingin melanjutkan cita-citanya."Terserah kamulah Mommy sudah pusing mengurusmu.""Harusnya saat itu kita program anak lebih banyak saja, daripada hanya punya Alexa, tetapi pusingnya seperti mengurus anak banyak," kata Steve.Alexa menyipitkan matanya, bibirnya mencebik. Selera makannya semakin hilang."Daddy ini, kenapa bicara seperti itu sih? Kalian tidak senang memiliki anak sepertiku, padahal aku ini cantik, lucu, menggemaskan dan—""Sulit diatur," sela Daisy.Apa-apaan ini? Masih sepagi ini Alexa sudah di roasting oleh
Beberapa hari berlalu, Alexa sering mendatangi Arley di kantornya. Akan tetapi, semakin hari sikap lelaki itu tak seperti biasanya yang selalu hangat kepadanya. Alexa menyadari jika sikap Arley kini, sama seperti pertama kali mengenalnya."Aku tidak paham dengan sikapmu sekarang," kata Alexa."Aku? Aku sama seperti biasanya, memangnya di mana sikapku yang membuat kamu tidak paham?"Di mana katanya?"Akhir-akhir ini kamu berubah tidak seperti biasanya, apa ada kesalahanku?" tanya Alexa.Arley menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu maksud.""Cukup! Jangan mengelak lagi, apa kamu pikir aku tidak punya perasaan? Kamu bersikap seperti ini padaku secara tiba-tiba, tanpa aku tahu salahku di mana," ujar Alexa."Perasaan? Kamu membicarakan perasaan?" Arley tersenyum sinis.Alexa yang berada di seberang meja Arley pun berjalan menghampiri Arley
Hampir satu hari Alexa tak mengenakan pakaian, sebab pakaiannya yang sudah tak berbentuk.Matanya memerah dan sembab karena menangis tak berkesudahan. Dia tidak tahu setelah ini akan seperti apa kehidupannya.Rasanya sia-sia, dia sudah memperjuangkan hubungannya dengan Arley dan mungkin saja hubungan itu akan berakhir jika Arley mengetahui Alexa yang sudah kotor.Alexa terkesiap menatap pintu yang baru saja terbuka. Matanya melebar saat melihat sosok lelaki yang datang dan masuk ke dalam kamar hotel.Pintu dikuncinya. Langkah lelaki itu semakin mendekat dengan satu buah paper bag di tangannya.Alexa membeku. Air matanya mengalir deras tanpa perintah. Hatinya semakin sakit saat melihat kedatangan lelaki itu."Jangan bilang, kamu yang sudah melakukan ini semua padaku!"Lelaki itu menatap datar pada Alexa. Dia juga melempar paper bagian ia bawa ke atas sofa."Pakai ini! Aku akan mengantarmu pulang!" ucapannya dingi
"Alexa, sekarang keputusanmu apa? Berkarir atau—"Belum sempat Steve meneruskan ucapannya, Alexa sudah memotongnya lebih dulu. "Berkarir, Dad. Aku rasa aku ingin berkarir lebih dulu, aku ingin mewujudkan cita-citaku menjadi seorang desainer fashion terkenal, membuat Mom dan Dad bangga padaku."Alexa sangat bersemangat menceritakan keinginannya itu. Daisy mengangguk dan tersenyum bahagia. "Mommy setuju. Mommy sudah salah berpikir tentang Arley, ternyata dia membawa pengaruh baik untukmu.""Andai, Mommy tahu putrinya sudah dirusak oleh lelaki itu, maafkan aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik. Aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya pada Mommy karena aku mencintai dan takut Mommy membenci Arley," batin Alexa.Jika mengingat hal itu, Alexa benar-benar membenci dirinya sendiri, meski itu bukanlah kesalahannya, tetapi dia merasa jijik dan kotor. Seperti tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari dirinya."Kalau begitu, kamu akan m