Beberapa hari berlalu, Alexa sering mendatangi Arley di kantornya. Akan tetapi, semakin hari sikap lelaki itu tak seperti biasanya yang selalu hangat kepadanya. Alexa menyadari jika sikap Arley kini, sama seperti pertama kali mengenalnya.
"Aku tidak paham dengan sikapmu sekarang," kata Alexa."Aku? Aku sama seperti biasanya, memangnya di mana sikapku yang membuat kamu tidak paham?"Di mana katanya?"Akhir-akhir ini kamu berubah tidak seperti biasanya, apa ada kesalahanku?" tanya Alexa.Arley menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu maksud.""Cukup! Jangan mengelak lagi, apa kamu pikir aku tidak punya perasaan? Kamu bersikap seperti ini padaku secara tiba-tiba, tanpa aku tahu salahku di mana," ujar Alexa."Perasaan? Kamu membicarakan perasaan?" Arley tersenyum sinis.Alexa yang berada di seberang meja Arley pun berjalan menghampiri ArleyHampir satu hari Alexa tak mengenakan pakaian, sebab pakaiannya yang sudah tak berbentuk.Matanya memerah dan sembab karena menangis tak berkesudahan. Dia tidak tahu setelah ini akan seperti apa kehidupannya.Rasanya sia-sia, dia sudah memperjuangkan hubungannya dengan Arley dan mungkin saja hubungan itu akan berakhir jika Arley mengetahui Alexa yang sudah kotor.Alexa terkesiap menatap pintu yang baru saja terbuka. Matanya melebar saat melihat sosok lelaki yang datang dan masuk ke dalam kamar hotel.Pintu dikuncinya. Langkah lelaki itu semakin mendekat dengan satu buah paper bag di tangannya.Alexa membeku. Air matanya mengalir deras tanpa perintah. Hatinya semakin sakit saat melihat kedatangan lelaki itu."Jangan bilang, kamu yang sudah melakukan ini semua padaku!"Lelaki itu menatap datar pada Alexa. Dia juga melempar paper bagian ia bawa ke atas sofa."Pakai ini! Aku akan mengantarmu pulang!" ucapannya dingi
"Alexa, sekarang keputusanmu apa? Berkarir atau—"Belum sempat Steve meneruskan ucapannya, Alexa sudah memotongnya lebih dulu. "Berkarir, Dad. Aku rasa aku ingin berkarir lebih dulu, aku ingin mewujudkan cita-citaku menjadi seorang desainer fashion terkenal, membuat Mom dan Dad bangga padaku."Alexa sangat bersemangat menceritakan keinginannya itu. Daisy mengangguk dan tersenyum bahagia. "Mommy setuju. Mommy sudah salah berpikir tentang Arley, ternyata dia membawa pengaruh baik untukmu.""Andai, Mommy tahu putrinya sudah dirusak oleh lelaki itu, maafkan aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik. Aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya pada Mommy karena aku mencintai dan takut Mommy membenci Arley," batin Alexa.Jika mengingat hal itu, Alexa benar-benar membenci dirinya sendiri, meski itu bukanlah kesalahannya, tetapi dia merasa jijik dan kotor. Seperti tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari dirinya."Kalau begitu, kamu akan m
"El, aku mau tanya. Saat aku mabuk, siapa yang memberitahu Arley tentang keberadaanku?" tanya Alexa.Elea mengernyit dan tampak berpikir. "Bagaimana maksudnya? Aku tidak paham.""Saat malam kita di klub, aku minum dan pasti mabuk kan? Saat aku sadar, aku sudah bersama Arley, siapa yang memberitahu Arley?"Elea terkejut. Dia pikir Flo mengantar Alexa sampai ke rumahnya."Saat itu aku mendadak ada urusan, Lexa. Jadi, aku menitipkanmu pada Flo. Hanya Flo yang mengetahui tentang ini, Apa kamu tidak bertanya pada kekasihmu itu, kenapa kamu bisa ada bersamanya?" tanya Elea.Mereka duduk di kursi taman dengan masing-masing dari mereka memegang cup minuman."Aku tidak bertanya apa pun pada Arley."Jelas saja dia tidak bertanya, otaknya sudah teralihkan dengan kejadian setelah dia mabuk."Biar aku yang tanyakan pada Flo, aku akan menghubungi sekarang," kata Elea, segera meraih pons
Arley berpamitan pada Alexa untuk urusan pekerjaan di California. Kali ini lelaki itu pergi bersama Alvin. Ada beberapa meeting penting bersama klien di sana."Berapa hari di sana?" tanya Alexa."Tidak lama, Baby. Aku hanya menginap satu malam di hotel dan mengambil penerbangan pagi sekali untuk kembali ke NYC," jawab Arley.Rasanya Alexa sangat berat untuk berjauhan dengan Arley. "Aku pasti merindukanmu.""Mau peluk?" tanya Arley.Alexa mengangguk dan Arley pun segera membawa wanita itu dalam dekapannya. Mereka leluasa berpelukan karena berada di dalam ruangan Alexa.Alexa memeluk Arley sangat erat, ada kekhawatiran jika harus berjauhan dengan Arley. Khawatir akan terulang seperti saat di Hudson bersama Rihanna."Apa yang kamu pikirkan? Aku hanya satu malam di sana," kata Arley. Dia sudah menyadari perubahan yang terjadi pada sang kekasih."Kamu tidak akan menghianatiku, kan?" tanya Alexa.Arley mengacak rambut Alexa karena gemas. "Jangan berpikir buruk tentangku seperti itu, aku menc
Alexa berdiri di balkon kamarnya, menunggu panggilan telepon dari sang kekasih. Sebelumnya, Alexa sempat menghubungi Arley lebih dulu. Namun, tak tepat waktu, Arley sedang ada acara makan malam dengan klien."Apa belum selesai, makan malamnya?" gumam Alexa sembari menyentuhkan ponselnya di dagu.Alexa berjalan ke ranjangnya dan menghempaskan bokongnya di sana. Matanya sudah mengantuk, tetapi dia ingin mendengar suara Arley sebelum dia tidur.Terlihat berlebihan memang, tetapi begitulah keadaannya. Baru berapa jam tak bertemu saja rasanya dia sudah sangat rindu.Ditambah karena keadaan Arley yang jauh, membuat hatinya resah.Alexa membaringkan tubuhnya di ranjang, mungkin dia membutuhkan waktu untuk tidur sejenak sembari menunggu telepon dari sang kekasih.____Alexa terbangun dari tidurnya saat hari sudah pagi dan terkejut kala mengingat Arley tak juga menghubunginya.Buru-buru dia melihat ponsel yang berada di dekatnya dan … ponsel Alexa dalam keadaan mati."Ya, Tuhan. Aku lupa mengi
"Hari ini aku sudah mendapatkan BA untuk promosikan outfit-outfit yang aku desain sendiri," ujar Alexa."Wah selamat ya, Love My Outfit Group semakin sukses aku lihat. Kamu hebat," puji Arley.Alexa tersenyum. "Ini semua berkat kamu, kamu yang lebih hebat. Jika tanpa bantuan kamu, aku mana mungkin bisa seperti sekarang.""Terima kasih, Babe," kata Alexa.Arley menganggukkan kepalanya. "Apa aku hanya mendapatkan ucapan terima kasih?""Loh memangnya aku harus memberikan apa?" tanya Alexa kebingungan.Arley mendekatkan wajahnya pada Alexa dan tatapannya mengunci pandangan milik Alexa agar tak melihat ke arah lain."Aku menginginkan …."Tubuh Alexa rasanya menegang, Arley membuatnya benar-benar sangat panik. Dia takut, Arley akan melakukan hal yang sudah pernah dia lakukan sebelumnya."Aku tidak mau melakukan itu! Aku tidak suka!" Alexa mendorong tubuh Arley.
Seusai pemotretan, Alexa mengenalkan Dayana pada kekasihnya."Dayana, bagaimana apakah Arley yang kita kenal adalah orang yang sama?" tanya Alexa.Dayana tertawa mendengar pertanyaan Alexa. "Sesuai dugaanku, mereka orang yang berbeda. Sudah kukatakan, Arley yang kukenal, dia sangat mencintaiku. Jadi, sangat tidak mungkin dia memiliki kekasih lain," jawab Dayana."Bagus!" Alexa tersenyum lebar begitu pun Dayana."Dayana, kenalkan ini Arley. Dia kekasihku," ucap Alexa.Dayana mengulurkan tangannya, dengan dinginnya Arley menjabat tangan Dayana dan melepaskannya kembali."Maaf, Day. Dia memang seperti ini, tetapi dia sangat baik." Alexa tak nyaman saat Arley menunjukkan sikap dingin dan ketusnya pada Dayana."Tidak apa-apa, aku santai orangnya. Senang bisa mengenalmu, Tuan Arley." Dayana menyunggingkan senyumnya, kemudian pergi meninggalkan Alexa dan Arley yang masih di ruang pemotretan.Arley terlihat tidak nyaman melihat Dayana bersikap demikian."Baby, sepertinya aku harus kembali ke
Arley memasangkan sabuk pengaman pada sang kekasih. Dia merasa sangat bersalah karena semalam mengabaikan panggilan Alexa."Maaf untuk semalam, aku benar-benar tidak bis—""Okay, tidak masalah. Aku maklum kamu pasti sibuk," jawab Alexa sembari tersenyum. Dia harus lebih mengerti dengan Arley yang seorang CEO di perusahaan besar dan pastilah memiliki kesibukan yang sangat padat."Kamu yakin tidak marah?" tanya Arley.Alexa mengusap rahang tegas milik Arley."Kenapa aku harus marah? Memangnya kamu berbohong?" tanya Alexa.Arley tidak menjawab, dia mencubit kecil hidung Alexa, juga mengacak rambut wanita itu."Hei ada apa ini? Aku mau ke kantor, penampilan aku jadi berantakan. Dasar menyebalkan!" gerutu Alexa.Berada di dekat Alexa membuat Arley selalu tersenyum dan bahagia dengan tingkah gadis itu."Kamu senang sekali mencubit dan mengacak rambutku ini. Kamu mau aku terlihat tidak cantik lagi?" tanya Alexa merajuk."Tidak, Baby! Kamu tetap cantik dan akan selalu cantik, meskipun rambutm
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas