Alexa membeku saat melihat Arley dan Ef berada di dalam restoran yang sama dengannya. Lelaki itu mengatakan jika dia ada pembahasan dengan klien, tetapi yang saat ini Alexa lihat, Arley bersama Ef."Apa yang sedang mereka bicarakan di sini?" gumam Alexa.Alexa juga memerhatikan mereka hanya berdua dan tidak ditemani oleh siapa pun."Mungkinkah mereka sudah berbaikan? Jika iya, kenapa wajah mereka sangat tegang?"Wanita itu terkejut saat Arley menarik kerah kemeja Ef, wajahnya terlihat sangat marah dan tidak lama kemudian. Lelaki itu mendaratkan pukulan di rahang.Alexa membekap mulutnya sendiri dia tidak mengerti dengan apa yang kedua lelaki itu perdebatkan, tetapi Arley terlihat begitu marah dengan Ef."Arley!" Dari kejauhan Alexa memanggil sang kekasih.Arley dan Ef menoleh ke arah Alexa dan seketika Arley melepaskan tangannya dari kemeja Ef."Baby, kenapa kamu bisa di sini?" tanya Arley."Aku yang harusnya bertanya, kenapa kamu di sini? Bukankah kamu bilang ada pembahasan penting d
Alexa datang ke mansion Arley membawakan kue yang dibuat oleh Daisy. Wanita paruh baya itu meminta Alexa untuk memberikannya pada Arley."Aku tidak menyangka Mommy akan sebaik ini pada Arley," gumam Alexa sembari berjalan menuju kamar Arley yang berada di lantai teratas.Mansion Arley tak pernah ramai karena hanya dihuni oleh Arley dan satu asisten rumah tangga.Saat sampai di lantai atas, Alexa bingung hendak ke kamar Arley atau ruang kerja lelaki itu, pasalnya pintu ruang kerja Arley sedikit terbuka.Tidak ada salahnya jika Alexa mencoba mencari Arley di ruang kerjanya. Mungkin saja, Arley berada di sana dan tengah bekerja."Babe." Alexa mengetuk pintu ruang kerja.Setelah dua menit Alexa menunggu di depan pintu, akhirnya Arley keluar dari ruang kerja tersebut."Baby, kenapa tidak memberitahuku dahulu jika akan datang?" tanya Arley."Apa kedatanganku mengganggu? Memangnya kamu sedang apa? Boleh aku masuk?" Ale
Alexa membiarkan rasa sakit, menguasai dadanya. Membiarkan tangis mengambil alih senyumnya. Cinta yang pernah diperjuangkan, kini justru menusuknya teramat dalam."Kenapa kamu melakukan ini? Apa salahku?"Alexa terduduk seorang diri di rooftop kantornya. Hatinya hancur, dia sangat membenci dirinya sendiri.Setelah sesuatu yang berharga dari dirinya direnggut tanpa sepengetahuannya, nyatanya tidak membuat sang kekasih hanya singgah di hatinya."Aku terlalu bodoh! Bisa-bisanya aku memercayai lelaki sepertimu!"Arley baru saja datang dan melihat kekasihnya menangis. Tangis itu begitu menyakitkan untuknya."Kamu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Maafkan aku, tapi aku memang tidak memiliki hubungan apa pun dengan Dayana."Alexa menoleh pada Arley yang kini berada di belakangnya. Matanya memancarkan kekecewaan dan kebencian pada lelaki itu."Jangan katakan apa pun dari mulutmu yang menyimpan banyak kepalsuan! Aku membencimu, Arley. Kamu lelaki brengsek yang pernah kukenal!"Arley hanya
Dayana kecewa melihat sikap Arley yang terkesan tak mementingkan dirinya, padahal lelaki itu sendiri yang menahannya untuk tidak pergi."Jangan permainkanku seperti ini! Apa kau sengaja ingin membalas dendam karena dahulu aku tidak menerima cintamu? Lalu, sekarang kau ingin mengembalikan keadaan itu?" Dayana menatap penuh kemarahan.Arley mengusap wajahnya kasar. "Day, aku sama sekali tidak memiliki pikiran seperti yang kau tuduhkan. Jika kau ingin pergi dariku sekarang, pergilah. Aku tidak akan menahanmu lagi."Tidak akan menahannya lagi, katanya? Mudah sekali bibir Arley mengatakannya.Dayana tersenyum getir. Miris sekali menjadi dirinya, setelah merasa dirinya tak lagi dibutuhkan. Arley membuangnya begitu saja."Apa benar yang kau katakan saat di depan Alexa bahwa kau tidak lagi mencintaiku?" tanya Dayana.Hening.Selalu saja seperti itu, dia selalu tak bisa menjawab tentang pertanyaan apakah dia mencintai Dayana."Aku menganggapmu hanya masa lalu dan kini aku mencintai wanita lain
Alexa bak wanita yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di klub malam. Tangannya memegang erat lengan sahabatnya dan menyembunyikan tubuhnya di belakang Elea."Apa yang kamu takutkan?" tanya Elea."Tidak ada, aku hanya risih. Kamu harus janji, kita tidak akan minum," jawab Alexa."Hem, ya. Santai saja." Elea berjalan lebih dulu dari Alexa.Satu orang lelaki, menghampiri mereka dengan wajah yang terlihat masih sadar dan tidak terpengaruh oleh alkohol."Hai, Nona cantik," sapa lelaki tersebut."Hai," jawab Elea.Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Elea juga Alexa, bermaksud untuk kenalan.Kedua wanita itu pun menerima uluran tangan lelaki tersebut."Aku Vino," kata lelaki itu, "maaf jika aku bicara terlalu to the point. Apakah di antara kalian ada yang berstatus single. Aku punya teman yang baru saja patah hati, jika di antara kalian ada yang mau menjadi teman bicaranya, aku akan merasa sangat senang sekali," kata Vino."Dia!" Elea menunjuk Alexa dengan semangat."Tidak! Aku tida
Mengingat ucapan Arley semalam, yang mengatakan bahwa hari ini dia akan menikah.Alexa pikir orang yang akan menikah dengan Arley adalah Dayana, tetapi Dayana masih datang ke kantor pagi ini."Apa dia membohongiku? Mungkin bukan Dayana wanita yang akan dia nikahi?"Alexa melihat Dayana yang berjalan ke arahnya, dia tidak tahu untuk apa tujuan wanita itu.Wajah Alexa seketika memerah, teringat kembali kejadian saat di ruangannya."Aku perlu bicara denganmu," ujar Dayana dengan wajahnya yang sinis.Apa maksud Dayana seperti itu, bukankah yang seharusnya bersikap demikian adalah dirinya?"Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi antara kita!" Alexa tak ingin terlihat lemah di hadapan Dayana.Dayana tersenyum sinis. "Aku hanya mengingatkan bahwa aku dan Arley saling mencintai satu sama lain, maka aku harap kau bisa menjauhi dia!"Setelah mengatakan hal itu, Dayana membawa langkahnya pergi meninggalkan Alexa yang terlihat tak bisa menerima ucapan Dayana."Dasar Arley brengsek!""Sema
"Kau datang ke sini?"Arley sengaja mendatangi apartemen di mana Dayana tinggal di sana. Dia ingin bicara empat mata pada wanita itu, mengenai hubungan mereka yang tidak akan bertumbuh seperti keinginan Dayana."Ya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.""Masuklah! Kita bicara di dalam saja," ujar Dayana.Mereka duduk di sofa ruang tamu, Arley sedikit memberikan jarak di antara mereka. Bukan hanya fisik, melainkan sikapnya.Mungkin terlihat terlambat karena Dayana terlanjur berharap pada hubungan mereka"Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak ingin mendengarnya jika itu menyakitkan untukku."Belum berbicara, Dayana sudah mengingatkannya lebih dulu."Kau harus mendengarnya! Aku akan melangsungkan pernikahanku dengan Alexa. Aku memberikanmu dua pilihan—""Tunggu!" Dayana memotong pembicaraan Arley.Apa dia tidak salah mendengar? Pernikahan katanya?"Apa maksudmu? Pernikahan apa yang kau bicarakan? Bukankah kalian sudah berakhir, lalu …."Dayana seperti kehabisan kata-kata dengan semua
Saat ini, Arley benar-benar penuh tanda tanya bagi Alexa. Di mana dia tak satu pun pertanyaannya yang terjawab mengenai pernikahan yang dirahasiakan."Aku harus selalu siap, menunggu hari pernikahan tiba. Entah kapan hari itu datang?" gumam Alexa.Wanita itu menjatuhkan dirinya di ranjang empuk miliknya. Menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang membayangkan kejadian saat di kantor."Ya Tuhan, kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini?"Alexa mencoba memejamkan matanya, menutup hari yang sangat membingungkan. Berharap esok akan terjawab semua rasa penasarannya."Sugar Daddy sialan!" umpat Alexa sembari memegang dadanya.____Alexa terbangun saat jam sudah hampir pagi. Beranjak dari ranjang untuk membasuh wajahnya."Aku harus membuat sarapan lebih awal, aku harus mengisi perutku, kemudian pergi ke kantor lebih pagi," gumam Syakilla.Usai membasuh wajah, dia bergegas turun ke dapur dan mulai membuat 4 porsi sarapan. Dua untuk Daisy dan Steve dan dua lagi untuknya."Satu untuk
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas