Dayana kecewa melihat sikap Arley yang terkesan tak mementingkan dirinya, padahal lelaki itu sendiri yang menahannya untuk tidak pergi."Jangan permainkanku seperti ini! Apa kau sengaja ingin membalas dendam karena dahulu aku tidak menerima cintamu? Lalu, sekarang kau ingin mengembalikan keadaan itu?" Dayana menatap penuh kemarahan.Arley mengusap wajahnya kasar. "Day, aku sama sekali tidak memiliki pikiran seperti yang kau tuduhkan. Jika kau ingin pergi dariku sekarang, pergilah. Aku tidak akan menahanmu lagi."Tidak akan menahannya lagi, katanya? Mudah sekali bibir Arley mengatakannya.Dayana tersenyum getir. Miris sekali menjadi dirinya, setelah merasa dirinya tak lagi dibutuhkan. Arley membuangnya begitu saja."Apa benar yang kau katakan saat di depan Alexa bahwa kau tidak lagi mencintaiku?" tanya Dayana.Hening.Selalu saja seperti itu, dia selalu tak bisa menjawab tentang pertanyaan apakah dia mencintai Dayana."Aku menganggapmu hanya masa lalu dan kini aku mencintai wanita lain
Alexa bak wanita yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di klub malam. Tangannya memegang erat lengan sahabatnya dan menyembunyikan tubuhnya di belakang Elea."Apa yang kamu takutkan?" tanya Elea."Tidak ada, aku hanya risih. Kamu harus janji, kita tidak akan minum," jawab Alexa."Hem, ya. Santai saja." Elea berjalan lebih dulu dari Alexa.Satu orang lelaki, menghampiri mereka dengan wajah yang terlihat masih sadar dan tidak terpengaruh oleh alkohol."Hai, Nona cantik," sapa lelaki tersebut."Hai," jawab Elea.Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Elea juga Alexa, bermaksud untuk kenalan.Kedua wanita itu pun menerima uluran tangan lelaki tersebut."Aku Vino," kata lelaki itu, "maaf jika aku bicara terlalu to the point. Apakah di antara kalian ada yang berstatus single. Aku punya teman yang baru saja patah hati, jika di antara kalian ada yang mau menjadi teman bicaranya, aku akan merasa sangat senang sekali," kata Vino."Dia!" Elea menunjuk Alexa dengan semangat."Tidak! Aku tida
Mengingat ucapan Arley semalam, yang mengatakan bahwa hari ini dia akan menikah.Alexa pikir orang yang akan menikah dengan Arley adalah Dayana, tetapi Dayana masih datang ke kantor pagi ini."Apa dia membohongiku? Mungkin bukan Dayana wanita yang akan dia nikahi?"Alexa melihat Dayana yang berjalan ke arahnya, dia tidak tahu untuk apa tujuan wanita itu.Wajah Alexa seketika memerah, teringat kembali kejadian saat di ruangannya."Aku perlu bicara denganmu," ujar Dayana dengan wajahnya yang sinis.Apa maksud Dayana seperti itu, bukankah yang seharusnya bersikap demikian adalah dirinya?"Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi antara kita!" Alexa tak ingin terlihat lemah di hadapan Dayana.Dayana tersenyum sinis. "Aku hanya mengingatkan bahwa aku dan Arley saling mencintai satu sama lain, maka aku harap kau bisa menjauhi dia!"Setelah mengatakan hal itu, Dayana membawa langkahnya pergi meninggalkan Alexa yang terlihat tak bisa menerima ucapan Dayana."Dasar Arley brengsek!""Sema
"Kau datang ke sini?"Arley sengaja mendatangi apartemen di mana Dayana tinggal di sana. Dia ingin bicara empat mata pada wanita itu, mengenai hubungan mereka yang tidak akan bertumbuh seperti keinginan Dayana."Ya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.""Masuklah! Kita bicara di dalam saja," ujar Dayana.Mereka duduk di sofa ruang tamu, Arley sedikit memberikan jarak di antara mereka. Bukan hanya fisik, melainkan sikapnya.Mungkin terlihat terlambat karena Dayana terlanjur berharap pada hubungan mereka"Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak ingin mendengarnya jika itu menyakitkan untukku."Belum berbicara, Dayana sudah mengingatkannya lebih dulu."Kau harus mendengarnya! Aku akan melangsungkan pernikahanku dengan Alexa. Aku memberikanmu dua pilihan—""Tunggu!" Dayana memotong pembicaraan Arley.Apa dia tidak salah mendengar? Pernikahan katanya?"Apa maksudmu? Pernikahan apa yang kau bicarakan? Bukankah kalian sudah berakhir, lalu …."Dayana seperti kehabisan kata-kata dengan semua
Saat ini, Arley benar-benar penuh tanda tanya bagi Alexa. Di mana dia tak satu pun pertanyaannya yang terjawab mengenai pernikahan yang dirahasiakan."Aku harus selalu siap, menunggu hari pernikahan tiba. Entah kapan hari itu datang?" gumam Alexa.Wanita itu menjatuhkan dirinya di ranjang empuk miliknya. Menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang membayangkan kejadian saat di kantor."Ya Tuhan, kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini?"Alexa mencoba memejamkan matanya, menutup hari yang sangat membingungkan. Berharap esok akan terjawab semua rasa penasarannya."Sugar Daddy sialan!" umpat Alexa sembari memegang dadanya.____Alexa terbangun saat jam sudah hampir pagi. Beranjak dari ranjang untuk membasuh wajahnya."Aku harus membuat sarapan lebih awal, aku harus mengisi perutku, kemudian pergi ke kantor lebih pagi," gumam Syakilla.Usai membasuh wajah, dia bergegas turun ke dapur dan mulai membuat 4 porsi sarapan. Dua untuk Daisy dan Steve dan dua lagi untuknya."Satu untuk
Usai meeting, Arley mengekor pada sang kekasih yang berjalan menuju ruangannya. Dia tahu, Alexa menghindar darinya juga beberapa staf yang terlihat penasaran dengan hubungan mereka."Baby." Arley menyamai langkahnya dengan Alexa."Kamu tidak kembali ke kantor?" tanya Alexa.Arley menggeleng dengan santai. "Pekerjaanku di kantor sudah selesai dan sekarang aku ingin menemanimu di sini. Pastinya kamu tidak akan keberatan, bukan?""Terserah!"Mereka berpapasan dengan Dayana yang turun dari ruang pemotretan. Alexa tak bereaksi apa pun, dia ingin melihat sikap Arley ketika bertemu dengan Dayana saat sedang bersamanya."Hai, Alexa. Aku sudah selesai pemotretan," kata Dayana. Wanita itu terlihat sangat ceria.Alexa pun mengulas senyumnya, tak ingin terlihat terluka dan membuat Dayana tertawa karena hal itu."Oh, oke. Apa sekarang sudah mau pulang?" tanya Alexa."Ya, aku masih ada pekerjaan lain di luar. Kalau begitu, aku permisi," jawab Dayana .Alexa menoleh ke arah Arley yang sejak tadi han
Setelah susah payah mengingatkan Alexa bahwa statusnya kini adalah seorang istri dari Arley Williams. Wanita itu pun akhirnya menurut dan ikut masuk ke dalam kamar Arley.Sebisa mungkin, Alexa tidak menunjukkan wajah tegangnya. Telapak tangan mulai terasa dingin menahan gugup, jika saja gaunnya tak mengikat kencang pada tubuhnya, mungkin saat ini jantungnya sudah melompat keluar."Duduklah, Baby!" Arley membawa wanita yang kini menjadi istrinya untuk duduk di sisi ranjang.Alexa pun duduk di sana. Dia menghindari tatapan Arley, takut jika lelaki itu terus menggodanya."Kembalilah seperti dulu, aku sangat merindukan kamu yang dulu. Alexandra Johnson yang sangat ceria, bukan pemarah seperti ini. Ini bukan sifat kamu," kata Arley.Alexa terdiam mendengar perkataan Arley, dia pun menyadari akan hal itu. Tidak tahu bagaimana caranya kembali seperti dulu karena hatinya yang terlanjur sakit, sebab kebohongan yang sudah dilakukan lelaki itu dan pengakuan pada orang tuanya."Itu tugasmu!"Arle
Alexa menendang kejantanan suaminya, membuat sang empu mengaduh kesakitan. Arley beguling dan merebahkan tubuhnya di samping Alexa sambil menahan nyeri di bawah sana.Arley tidak menyangka Alexa akan melakukan hal itu. Sesuatu yang membanggakan untuknya, kini ditendang istrinya sendiri."Apa rasanya begitu menyakitkan?" tanya Alexa. Wanita itu pun terlihat panik melihat Arley terus mengaduh.Alexa duduk dan menatap wajah Arley tampak berubah. Wajah yang semula berkabut gairah, kini justru memerah."Tidak, tidak begitu. Hanya sedikit nyeri, aku butuh kamu untuk mengobatinya," jawab Arley. Apa pun kondisinya, dia tetap mencoba mengambil keuntungan dari hat tersebut."Aku rasa lebih sakit lagi, saat aku melihat kamu berpelukan dengan Dayana!" Alexa beranjak dari ranjang dan duduk di sofa.Arley tergemap mendengar ucapan Alexa. Bukan kasihan padanya justru malah mengungkit hal yang tidak ada hubungannya dengan kejadian baru saja.Kini Arley yang merasa bersalah karena Alexa sudah menginga