Usai meeting, Arley mengekor pada sang kekasih yang berjalan menuju ruangannya. Dia tahu, Alexa menghindar darinya juga beberapa staf yang terlihat penasaran dengan hubungan mereka."Baby." Arley menyamai langkahnya dengan Alexa."Kamu tidak kembali ke kantor?" tanya Alexa.Arley menggeleng dengan santai. "Pekerjaanku di kantor sudah selesai dan sekarang aku ingin menemanimu di sini. Pastinya kamu tidak akan keberatan, bukan?""Terserah!"Mereka berpapasan dengan Dayana yang turun dari ruang pemotretan. Alexa tak bereaksi apa pun, dia ingin melihat sikap Arley ketika bertemu dengan Dayana saat sedang bersamanya."Hai, Alexa. Aku sudah selesai pemotretan," kata Dayana. Wanita itu terlihat sangat ceria.Alexa pun mengulas senyumnya, tak ingin terlihat terluka dan membuat Dayana tertawa karena hal itu."Oh, oke. Apa sekarang sudah mau pulang?" tanya Alexa."Ya, aku masih ada pekerjaan lain di luar. Kalau begitu, aku permisi," jawab Dayana .Alexa menoleh ke arah Arley yang sejak tadi han
Setelah susah payah mengingatkan Alexa bahwa statusnya kini adalah seorang istri dari Arley Williams. Wanita itu pun akhirnya menurut dan ikut masuk ke dalam kamar Arley.Sebisa mungkin, Alexa tidak menunjukkan wajah tegangnya. Telapak tangan mulai terasa dingin menahan gugup, jika saja gaunnya tak mengikat kencang pada tubuhnya, mungkin saat ini jantungnya sudah melompat keluar."Duduklah, Baby!" Arley membawa wanita yang kini menjadi istrinya untuk duduk di sisi ranjang.Alexa pun duduk di sana. Dia menghindari tatapan Arley, takut jika lelaki itu terus menggodanya."Kembalilah seperti dulu, aku sangat merindukan kamu yang dulu. Alexandra Johnson yang sangat ceria, bukan pemarah seperti ini. Ini bukan sifat kamu," kata Arley.Alexa terdiam mendengar perkataan Arley, dia pun menyadari akan hal itu. Tidak tahu bagaimana caranya kembali seperti dulu karena hatinya yang terlanjur sakit, sebab kebohongan yang sudah dilakukan lelaki itu dan pengakuan pada orang tuanya."Itu tugasmu!"Arle
Alexa menendang kejantanan suaminya, membuat sang empu mengaduh kesakitan. Arley beguling dan merebahkan tubuhnya di samping Alexa sambil menahan nyeri di bawah sana.Arley tidak menyangka Alexa akan melakukan hal itu. Sesuatu yang membanggakan untuknya, kini ditendang istrinya sendiri."Apa rasanya begitu menyakitkan?" tanya Alexa. Wanita itu pun terlihat panik melihat Arley terus mengaduh.Alexa duduk dan menatap wajah Arley tampak berubah. Wajah yang semula berkabut gairah, kini justru memerah."Tidak, tidak begitu. Hanya sedikit nyeri, aku butuh kamu untuk mengobatinya," jawab Arley. Apa pun kondisinya, dia tetap mencoba mengambil keuntungan dari hat tersebut."Aku rasa lebih sakit lagi, saat aku melihat kamu berpelukan dengan Dayana!" Alexa beranjak dari ranjang dan duduk di sofa.Arley tergemap mendengar ucapan Alexa. Bukan kasihan padanya justru malah mengungkit hal yang tidak ada hubungannya dengan kejadian baru saja.Kini Arley yang merasa bersalah karena Alexa sudah menginga
Alexa menolak pulang ke mansion Williams. Setelah menikah dengan lelaki itu, entah kenapa dia menjadi lebih waspada karena Arley pasti akan lebih berkuasa atas dirinya."Lexa, kamu ini aneh sekali. Membuat malu saja!" seru Daisy."Ada apa sih, Mom? Di mana letak aku membuat Mommy malu?" tanya Alexa seraya membuka pintu kulkas di dapur.Daisy menghembuskan napas kasar. Putrinya masih saja tidak mengerti, tentang statusnya saat ini."Kamu itu seharusnya pulang ke mansion Arley bukannya ke sini!" kata Daisy.Alexa menuangkan air dingin dari botol kaca ke dalam gelas dan membawanya ke mini bar. Wanita itu menghempaskan bokongnya di kursi."Aku tahu! Memangnya setelah aku menikah dengan Arley, aku tidak boleh datang ke rumah ini?" tanya Alexa kecewa.Bagaimana bisa, seolah-olah sang mommy tak mengizinkannya untuk datang ke rumah itu."Bukan tidak boleh! Apa tanggapan Arley nanti? Pasti Mommy dikira tidak bisa mengajarimu!"Alexa segera menghabiskan air minum di dalam gelas tersebut hingga
Arley masuk ke dalam kamar dan menyimpan tas kantornya di sofa, dia duduk di sofa tersebut. Tangannya meraih ponsel yang berada di saku jasnya."Andai kamu tahu, baru sebentar tidak bertemu denganmu saja, aku sudah sangat merindukanmu Sugar Baby." Arley mencoba menghubungi Alexa.Tak lama, dia mendengar seperti dering ponsel berada di dalam kamarnya. Arley menajamkan pendengarannya, dia merasa tak salah mendengar. Dia sangat mengenali suara itu dan yakin bahwa itu adalah dering ponsel Alexa.Senyum lebar terukir di bibirnya, dia baru menyadari ada yang berbeda di ranjangnya. Di mana terlihat seperti seseorang yang sedang berbaring di ranjang dan tertutup selimut.Arley bergegas menuju ranjang dan langsung melompat ke atas ranjang."Baby," panggil Arley.Lelaki itu langsung memeluk Alexa yang berbaring di sana. "Baby, kamu tidur? Terima kasih kamu sudah datang, aku memang sedang merindukanmu."Arley memeluk sangat erat, meskipun yang berada di bawah selimut itu tak bergerak sedikit pun
Dua orang lelaki berada di sebuah ruangan. Aura dingin seakan memenuhi ruangan itu."Berikan sedikit hakku, kita sama-sama anak Daddy. Ada darah Williams mengalir di tubuhku, kau tidak bisa menguasai sepenuhnya harta Daddy!"Arley sudah menduga sejak awal bahwa kedatangan kakak tirinya, hanyalah mengenai harta."Harus berapa kali aku katakan, harta yang sekarang aku miliki bukanlah milik Daddy. Ini semua milik mommy-ku, yang berhasil aku kembangkan," kata Arley.Ef menggeleng, dia tidak percaya. Dia juga sangat membenci sifat Arley yang seperti ini, ingin menguasai sendiri harta Austin Williams."Jangan mencoba membohongiku lagi, sampai kapan pun aku tidak akan percaya dengan apa yang kau ucapkan itu! Jadi, berikan secepatnya aku sedang butuh untuk perusahaanku," kata Ef setengah memaksa.Arley tak kuasa menahan tawanya. "Kau pikir aku akan semudah itu memberikan padamu, setelah berkali-kali kau berusaha menghancurkan perusahaanku, kau mengambil vendor yang akan bekerja sama denganku
Alexa cukup penasaran dengan sahabat lama yang dimaksud oleh Dayana, pikirannya justru tertuju pada Arley. Mungkinkah sahabat lama yang dimaksud oleh Dayana adalah suaminya?"Jika yang dimaksud adalah Arley, kemungkinan saat ini Dayana sedang berada di kantor suamiku?"Tiba-tiba saja hatinya terasa panas, Alexa berpikir untuk menghubungi lelaki yang kini sudah menjadi suaminya. Namun, apakah Arley akan mengaku jika dia bertanya?"Apakah aku harus ke kantornya langsung?" gumam Alexa."Ya Tuhan, kenapa kepalaku jadi pusing seperti ini?" Alexa segera mencari nomor sang suami di ponsel dan segera menghubunginya.Jika dia terus bertanya-tanya sendiri, dia tidak akan mendapatkan jawabannya. Mengenai Arley akan jujur atau tidak, biarlah menjadi urusan nanti.Panggilan pun tersambung dan dijawab oleh Arley."Hey Baby, kita baru saja berpisah sebentar. Apakah kamu sangat merindukanku?" tanya Arley di seberang telepon."Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan," ujar Alexa tanpa menanggapi pertanyaa
Dayana benar-benar kesal pagi ini, sudah semalaman tidur di mansion Arley. Tetap saja tak bisa bertemu dengan Arley semalam.Kini, saat dia membuka mata dan mencari keberadaan Arley, justru membuatnya bertambah kesal dengan kehadiran Alexa di sana.Dia memang tidak ingin mengganggu hubungan antara Arley dan Alexa karena dia menghargai kesepakatan antara dirinya dan Arley. Akan tetapi, meskipun seperti itu. Dayana tetap ingin berada di Arley meski tanpa ikatan ataupun perasaan dari lelaki itu."Aku … aku ketiduran saat menunggu Arley semalam," kata Dayana."Baby, duduklah! Habiskan sarapanmu, Dayana kamu juga duduk dan sarapan bersama kami," ucap Arley.Dayana langsung mengambil duduk di samping Arley. "Semalam aku menunggumu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Sebenarnya Dayana tidak tahu apa yang akan dia bicarakan karena dia hanya beralasan agar bisa bertemu dengan Arley."Katakanlah!" pinta Arley."Emm, tidak jadi. Nanti saja," ucap Dayana.Alexa fokus dengan makanan yang berad
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas