Alexa masuk ke dalam ruangannya, tetapi tanpa dia sadari Arley juga ikut masuk ke dalam ruangannya."Alexa," panggil Arley yang berada di belakang Alexa sembari mengunci pintu.Dengan cepat Alexa menoleh. "Tu-tuan, kenapa masuk ke dalam ruanganku, sebentar lagi aku akan membawakan sarapan untukmu.""Ini bukan tentang sarapan, tapi ini tentang sikapmu yang tiba-tiba saja berubah. Apa kau ada masalah, atau mungkin ini tentang ciuman saat itu," kata Arley.Alexa menggeleng dengan sangat cepat. "Tidak, aku tidak apa-apa dan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal itu. Aku mohon jangan pernah membahas itu lagi.""Lalu, kenapa kau bersikap seperti ini padaku?" tanya Arley.Alexa menatap Arley penuh kebingungan, bagaimana dia mengatakannya pada lelaki itu bahwa sikapnya adalah karena perasaannya terhadap sang CEO tersebut.Belum lagi, masalah di keluarganya yang menginginkan hubungannya terjalin dengan Sean."Jadikan aku tempat curhatmu, aku yakin kau sedang memiliki masalah. Jangan
Sesuai yang dikatakan saat di kantor, malam ini Arley datang ke rumah Alexa atas permintaan Steve Johnson.Entah kedatangannya akan diterima atau tidak yang jelas dia ingin menghadap Steve Johnson sebagai kekasih dari Alexa."Ar, kamu tunggu di sini ya. Aku akan panggilkan Daddy dan Mommy sebentar," kata Alexa pada Arley yang duduk di sofa."Ya," ucap Arley, kemudian menyunggingkan senyumnya.Alexa pergi meninggalkan Arley untuk memanggil kedua orang tuanya di kamar. Jujur saja dia sangat gugup, khawatir kedua orang tuanya masih memasalahkan kesalahpahaman yang terjadi mengenai perusahaan.Tak membutuhkan waktu lama kini dia Daisy dan Steve sudah berada di ruang tamu bertemu dengan Arley.Arley bangkit dan mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Steve."Silakan duduk kembali," ujar Steve tanpa menerima uluran tangan dari Arley.Kini mereka semua pun duduk di sofa yang berada di ruang tamu, ada perasaan kasihan di hati Alexa pada Arley."Jadi, kau yang bernama Arley Williams?""Iy
Malam ini Daisy dan Steve mendatangi mansion Williams. Kedatangan mereka tak lain untuk mencari Alexa yang sejak siang tak diketahui keberadaannya.Mereka sangat yakin jika Alexa ada bersama Arley, karena lelaki itulah yang siang tadi diperdebatkan oleh Alexa dan Daisy."Silakan duduk, Tuan Steve dan Nyonya Daisy." Aura dingin terpancar dari wajah lelaki itu.Arley menduga kedatangan Steve dan Daisy hanya untuk kembali menentang hubungannya dengan Alexa."Tidak perlu! Kami datang ke sini untuk menjemput Alexa," ucap Steve.Arley tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Steve, pasalnya selama beberapa hari, dia sama sekali tak bertemu dengan Alexa."Maksud Anda apa? Alexa tak ada di sini," ujar Arley."Jangan berbohong dan jangan coba menyembunyikan Alexa, sejak siang dia tidak ada di rumah. Aku yakin putriku pasti ada di sini, karena hanya kau orang yang selalu Alexa ingat, bahkan dia tidak mau makan hanya karena ingin hubungannya denganmu disetuj
"Kamu harus percaya denganku, aku dan Ef tidak melakukan apa pun. Mengenai pakaianku yang robek ini, karena dia mencoba memaksaku untuk hal itu. Beruntung kamu cepat datang di sana," ungkap Alexa.Tatapan Arley kosong dan hanya tertuju pada jalan di depannya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil Arley.Alexa menunduk, ada perasaan kecewa di hatinya, karena Arley bersikap seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan.Semakin menatap Arley, semakin sesak dada Alexa."Tidak apa-apa, jika kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan, setidaknya aku sudah jujur padamu bahwa kami tidak melakukan apa pun," kata Alexa, tak peduli jika Arley mengabaikannya kembali.Arley menoleh dan menggenggam lengan Alexa. Lelaki itu mengulas senyumnya."Aku percaya padamu, jangan bersedih." Tangan Arley beralih mengusap pipi Alexa."Sungguh?" tanya Alexa."Tentu, sekarang kamu yang tidak percaya denganku?" tanya Arley, yang dibalas senyum oleh Alexa.Alexa tidak pernah mengira akan jatu
"Baby, ini hanya sementara. Alvin kutugaskan untuk urusan lain dan aku membutuhkan orang untuk membantu pekerjaanku, tidak akan lama. Hanya satu bulan. Setelah itu, dia akan ditarik ke perusahaan Jeremy untuk menjadi asistennya," tutur Arley."Kenapa harus wanita?" tanya Alexa.Arley memperhatikan keadaan di sekitarnya, setelah dirasa aman. Dia membawa Alexa masuk ke dalam ruangan wanita itu."Kamu cemburu, Baby? Wajahmu terlihat sangat menggemaskan jika cemburu seperti ini," kata Arley yang kini mengungkung tubuh Alexa di balik pintu."Apa harus bertanya seperti itu? Kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa harus wanita? Harusnya lelaki saja," ucap Alexa.Arley tersenyum menatap Alexa yang semakin menggemaskan di matanya."Itu permintaan Jeremy. Tenang saja asisten baru itu tidak akan lama denganku, apa kamu mulai meragukanku, hem?""Hubungan kita baru saja terjalin, tapi aku sudah melihat kamu seperti ini. Jelas saja aku ragu," jawab Alexa.Tangan Arley mengusap puncak kepala sang ke
Alexa terkejut dengan kedatangan Ef di rumahnya. Kakinya mendadak lemas, bukan karena takut dengan Ef, melainkan memikirkan tentang tanggapan orang tuanya."Apa yang akan Mommy pikirkan setelah melihat kedatangan Ef di sini? Ya Tuhan, ada saja yang membuat kepalaku pusing," batin Alexa.Langkahnya mendekati Ef yang sudah duduk di sofa ruang tamu."Ef, kenapa kau bisa datang ke sini? Apa tidak cukup kau ingin merusakku saat itu? Untuk apalagi datang menemuiku?""Honey, aku ingin minta maaf atas kejadian itu," ucap Ef. "kedatanganku ke sini juga untuk berkenalan dengan Tuan Johnson," sambung Ef.Alexa memegangi dadanya. "Apa yang akan dipikirkan Daddy? Melihat Arley saja, aku sudah ditentang. Apalagi melihat Ef.""Ef, lebih baik kau pulang saja. Aku sedang tidak ingin diganggu!" Alexa membuang pandangannya."Apa dia terpesona sekali denganku," batin Alexa.Perbedaan usia yang sangat jauh, membuatnya bertanya-tanya tentang perasaan Ef. Mungkinkah lelaki itu memang menyukainya?Namun, Ale
Alexa bekerja di butik milik teman sang mommy. Sedikitnya, Alexa sudah jago mendesain dan juga update mengenai fashion yang sedang trend."Alexa, siang nanti bantu saya mendesain gaun pesta untuk seorang model yang cukup terkenal. Saya ingin melihat desainmu, lusa dia akan datang melihat desain tersebut," kata Alin pemilik butik tersebut."Baik, Mrs Alin," jawab Alexa.Alexa mendapat ruangan sendiri di sana, cukup untuk membuatnya tenang sambil mengerjakan desain lainnya."Arley sedang apa ya sekarang?" gumam Alexa.Dia segera menghubungi sang kekasih, padahal baru beberapa jam yang lalu Arley mengantarnya ke butik."Hai, Tuan Arley," sapa Alexa pada lelaki yang berada di sambungan telepon."Hai, Baby. Bagaimana pekerjaanmu di sana. Lancar? Apa ada orang yang membuatmu susah?" tanya Arley.Alexa terkekeh. "Pekerjaanku lancar, tidak ada yang membuatku susah. Hanya saja aku memiliki teman di sini.""Tidak perlu memiliki teman, nanti malah membuatmu lupa denganku," kata Arley di seberang
"Tidak apa-apa, aku belum siap. Jika benar Mommy merusak hubungan mommy-nya Ef dengan Daddy," kata Arley.Batinnya pun ikut berkata, "Mungkin saja benar yang dikatakan Ef bahwa aku anak dari pria lain.""Hey, kenapa kamu berpikir seperti. Kamu, bahkan belum lihat kebenarannya, makanya ayo baca!" pinta Alexa memaksa."Kamu sudah membacanya, bukan?" tanya Arley, Alexa menganggukinya."Kalau begitu, beri tahu aku. Aku ingin mendengarnya dari kamu saja," ujar Arley.Alexa tampak berpikir sembari menatap Arley."Tidak gratis, ada syaratnya. Setuju tidak?""Di mana-mana itu syaratnya dulu diberi tahu, baru kamu tanya apakah aku setuju," kata Arley.Alexa tertawa. "Ya, maksud aku seperti itu. Kamu mau atau tidak, kalau aku meminta syarat?""Tergantung, memang apa syaratnya?""Memasak untukku, aku lapar!" Alexa langsung berjalan keluar dari gudang tersebut.Arley pun mengikuti Alexa. Dia berjalan di belakang wanita yang berlari kecil menuju dapur dengan sesekali Alexa menoleh dan tersenyum ke
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas