Share

Bab 9

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2025-01-20 20:46:57

Ibu mertuaku itu pergi meninggalkanku ketika sudah selesai memarahiku perihal aku yang membangkang pada suami. Padahal bukan itu yang sedang kulakukan, aku tidak sepenuhnya membangkang, tapi aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak dulu, yaitu sedikit tegas atas semua sifat Mas Lukas dan ibunya.

"Rasain!" bisik Mbak Rita tepat di telingaku sebelah kanan.

Aku sedikit terkejut dengan kedatangannya, karena sebelum ini pun Mbak Rita tak terlihat tapi tiba-tiba ada di dekatku. Berarti tak hanya Ibu yang menguning pembicaraanku dengan Mas Lukas, melainkan Mbak Rita juga.

"Kenapa? Justru seharusnya kamu kasih aku selamat Mbak karena sebentar lagi aku akan membuka usaha," jawabku masih santai.

"Elehh, usaha tanpa restu suami saja buat apa. Harusnya kamu itu nurut sama suamimu, tidak malah membangkang seperti ini!" tandasnya ketus, sama seperti perkataan ibunya.

Aku tak gentar dengan kata-katanya, justru aku terkekeh kecil. "Masih mending mau usaha, daripada cuma menyusahkan sua
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Masakan Mertua   Bab 10

    Taksi online menjadi pilihanku lagi sebagai kendaraan yang mengantarkanku ke rumah. Harapanku tak muluk-muluk, aku hanya berdoa semoga kehidupanku bisa lebih baik setelah ini. Dengan kujalankan usaha ini, semoga saja sikap acuh dan ketus mertua serta iparku bisa berubah. Serta, suamiku juga bisa lebih membuka dirinya mengenai apa yang kukeluhkan padanya.Aku tak langsung pulang kali ini, melainkan dengan sengaja aku membawa Huda ke tempat area bermain anak. Di sana Huda terlihat sangat senang, karena ini pun merupakan kali pertamanya dia merasakan hal itu.Biasanya Mas Lukas akan selalu memberikan seribu alasannya ketika aku menyinggungnya soal sesekali ingin membawa Huda ke tempat ini. Aku yang biasanya selalu mengalah hanya memilih membawa Huda ke pasar malam yang kadang ada di tempat kami.Sebelum berangkat pun tadi aku sudah mengirimkan pesan pada Mas Lukas jika aku hendak pergi keluar bersama Huda. Namun dia sama sekali tidak tahu jika aku sampai pergi ke tempat ini. Biarlah, nan

    Last Updated : 2025-01-20
  • Masakan Mertua   Bab 11

    "Apa katamu? Berani sekali mengataiku pelit!" bentak Mbak Rita semakin emosi.Kami saling bertatapan, kini aku sudah tak takut lagi dengannya. Orang seperti Mbak Rita memang sekali-kali harus dilawan. Jika Mas Lukas tidak bisa membelaku, maka aku akan cari pembelaan sendiri."Memang faktanya begitu. Setiap hari pamer gaji suami besar, tapi nyatanya masih merongrong pada adiknya!"Kedua bahunya naik turun, aku yakin jika dia tengah benar-benar marah dengan kata-kataku. Mas Lukas seharusnya lihat, seberapa keras saudara dan ibunya kepadaku. Namun dia seakan selalu tutuo mata mengenai hal itu, dia pikir aku hanya mengada-ada saja."Diam! Ada apa ini berisik sekali!" teriak Ibu dari dapur.Aku tak mengindahkan tatapan bengis Mbak Rita. Gegas aku mundur dan masuk ke dalam kamar. Bukan karena aku mengalah, hanya saja ini sudah hampir Maghrib dan aku sangat menghindari perdebatan disaat Maghrib. Pamali.Kuletakkan tas lusuhku di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang. Aku mengatur nafas dan

    Last Updated : 2025-01-30
  • Masakan Mertua   Bab 12

    "Baik, baik. Beri aku waktu, dan jangan gegabah seperti ini," terang Mas Lukas seraya menarik tubuhku ke dalam pelukannya.Kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Kudengar detak jantungnya yang berdetak sangat cepat, serta nafasnya yang tak beraturan. Aku yakin saat ini emosi jiwanya sedang membara, sama sepertiku.Lima tahun bukan waktu yang singkat, seharusnya Mas Lukas sudah bisa mengerti sikap dan perangaiku. Namun, aku lihat sampai detik ini dia masih saja berpegang teguh pada kepercayaannya pada ibu dan Mbak Rita.Sebenarnya aku tak menyalahkannya yang selalu memprioritaskan ibunya. Walau bagaimanapun aku tahu jika seorang lelaki sampai kapanpun adalah milik ibunya. Hanya saja, aku rasa sikap Ibu pun tak sepenuhnya benar, terlebih sampai menguasai seluruh keuanganku dan Mas Lukas."Aku tidak gegabah, Mas. Semua sudah kupikirkan baik-baik dan dalam waktu yang tak singkat pula. Perjalanan rumahtangga kita sudah masuk diusia lima tahun, seharusnya kamu bisa sedikit saja paham d

    Last Updated : 2025-01-30
  • Masakan Mertua   Bab 13

    Pada akhirnya aku memantabkan hati untuk keluar dari rumah Mas Lukas. Aku rasa lima tahun bukan waktu yang singkat, dan selama itu Mas Lukas tidak pernah mengerti hatiku. Jadi sekarang tidak ada gunanya lagi aku ada disampingnya.Jika dia masih perduli dan ingin bersamaku, seharusnya dia bisa memahamiku dan percaya padaku. Namun jika sudah begini, aku tak akan tahan lagi.Mungkin ibu mertua dan iparku tidak butuh denganku, dan lebih menginginkan Mas Lukas sendirian. Oleh karena itu mereka tak pernah memperlakukanku dengan baik.Tak apa, aku seharusnya sudah pergi dari dulu. Namun karena aku merasa butuh berbakti pada Mas Lukas, maka kutahan seluruh rasa di hatiku dan memilih bertahan. Namun sekarang, sudah tidak ada alasan lagi aku bertahan.Kumasukkan barang-barangku ke dalam taksi online yang sudah kupesan. Huda pun menuruti semua yang kukatakan. Syukurlah dia bukan anak yang susah di atur.Kepergianku kali ini pun sama sekali tak melibatkan Mas Lukas. Aku mematikan ponsel, lalu per

    Last Updated : 2025-01-30
  • Masakan Mertua   Bab 14

    Tak menunggu waktu lama, pintu penginapanku diketuk oleh seseorang. Terdengar salam dari luar, dan aku yakin itu Mas Lukas. Dengan malas aku membukanya, karena bagaimanapun juga aku harus menghormatinya sebagai suamiku.Huda asik bermain di atas kasur, berbekal mainan yang ia bawa dari rumah neneknya ia terlihat sedang asik sendiri. Memang begitulah anakku, tak perlu barang baru dan mewah, jika dia suka pasti akan asik dengan dunianya sendiri. Semua itu karena sedari kecil aku sudah membiasakannya seperti itu, tak ada kemewahan di hidup kami."Waalaikumsalam," jawabku seraya membuka pintunya.Wajah Mas Lukas terlihat frustasi, mungkin dia tak menyangka jika aku akan senekat ini. Biarkan saja, ini sudah menjadi keputusan final bagiku.Kupersilahkan ia masuk, lalu kututup kembali pintunya. Apapun yang akan terjadi nanti aku tidak akan ikut dengannya masuk ke dalam rumahnya lagi. Sesekali aku memang harus bersikap tegas seperti ini.Huda juga terlihat sangat senang ketika melihat ayahnya

    Last Updated : 2025-01-30
  • Masakan Mertua   BAB 15

    Pov Lukas"Mana mungkin Lukas kaya gitu, Bu? Dia kan lebih percaya sama omongan Ibu. Udah, Ibu bilang gitu aja nanti dia pasti percaya," tutur Mbak Rita terdengar aneh ketika aku baru selesai mandi.Mungkin mereka tidak tahu jika aku sudah di depan pintu dapur, karena aku memang belum lama masuk ke dalam rumah. Kacamataku tertinggal di kamar mandi, dan hal itulah yang membuatku kembali ke sana.Namun baru sampai di depan pintu dapur aku mendengar pembicaraan aneh antara Mbak Rita dan Ibu. Entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi mereka menyebut namaku."Eheemm ...." Aku berdehem lalu masuk ke dapur dan berlalu ke kamar mandi guna mengambil kacamataku.Mata sebelah kananku sedikit bermasalah karena minus, kadang aku memang menggunakan kacamatanya untuk membantuku melihat agar lebih jelas. Namun tak setiap saat kugunakan, rasanya aku kurang begitu percaya diri jika menggunakannya setiap saat. Padahal Diana sudah menyuruhku untuk menggunakannya terus, katanya biar tidak tambah parah.

    Last Updated : 2025-02-11
  • Masakan Mertua   Bab 16

    Tepat dua hari, seperti yang Mas Lukas janjikan, dia benar-benar datang dan menjemputku serta Huda. Raut wajahnya sumeringah, tapi kulihat ada setitik kesedihan di dalamnya."Ibu sudah tahu soal ini?" tanyaku memecah keheningan.Kebetulan siang ini waktu menginapku sudah habis, mau tak mau aku juga harus segera keluar. Huda pun nampaknya juga tidak nyaman berada di tempat ini."Sudah," jawabnya singkat."Lalu?""Sudah, tidak usah bahas itu sekarang. Yang penting kamu ikut denganku dulu."Aku hanya mengangguk, lalu menuntun Huda dan mengikutinya. Entah Mas Lukas akan membawa kami kemana, aku menurut saja dengannya. Semoga kali ini dia tak lagi-lagi mengecewakanku.Mas Lukas menghentikan angkot, lalu membawaku melesat meninggalkan tempat penginapan. "Bu, kenapa tidak naik mobil bagus seperti kemarin lagi?" tutur Huda polos."Em ... Itu ....""Kita naik ini saja dulu, Sayang. Uang Ayah habis untuk membayar kontrakan," jawab Mas Lukas sebelum aku melontarkan kata-kata."Bu, besok kalau a

    Last Updated : 2025-02-11
  • Masakan Mertua   Bab 17

    "Bagaimana keadaannya, Pak? Maaf saya belum bisa berkunjung," ucapku lewat sambungan telepon dengan Pak Nias.Diseberang sana kudengar sangat ramai, entah beliau sedang ada dijalan atau memang usaha kami yang ramai. Harapanku usaha yang tengah kudirikan ini bisa berkembang dengan cepat, mengingat jika makanan adalah kebutuhan pokok bagi semua orang. Dan aku pun yakin jika masakan-masakannya pun juga enak."Wah, saya sampai kewalahan, Mbak. Dulu saat masih menjadi milik saya tidak sampai seperti ini. Nanti saya akan kirimkan hasil laba seminggu ini pada Anda, rasanya seminggu ini saja sudah bisa menutup modal awal yang Mbak keluarkan," tuturnya membuatku tertegun."Apa saya tidak salah dengar?""Tidak. Silahkan kesini jika Mbak Diana tidak percaya. Sepertinya kita juga harus mencari karyawan lagi karena pelanggan begitu banyak.""Alhamdulillah, berarti ini rejeki kita, Pak," ujarku dengan penuh rasa syukur."Ah, tidak. Ini sih karena rejeki Mbak Diana yang bagus, buktinya dulu waktu ma

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Masakan Mertua   Bab 19

    "Bu, bagaimana keadaanmu? Apa sudah mendingan?" tanya Mas Lukas lagi ketika Ibu belum menjawab perkataan sebelumnya."Aku sudah baik, seperti yang kamu lihat."Terdengar sedikit ketus, tapi bagiku itu bukan hal baru lagi karena Ibu memang selalu seperti itu kepadaku. Namun yang aneh bagiku adalah sikap yang Ibu tunjukkan pada Mbak Rita. Kenapa sekarang jadi begini? Bukankah selama ini Ibu terlihat sangat melindungi anak perempuannya itu."Syukurlah, kemarin Mbak Rita menemuiku kasih kabar kalau Ibu sakit. Memangnya kenapa, Bu? Apa masih ada hubungannya sama renovasi dapur? Bukankah Lukas sudah katakan kalau ....""Sudahlah, jangan sok perduli pada Ibu. Kamu urus saja hidupmu itu."Sejujurnya saja aku sedikit heran dengan sikap Ibu. Tak biasanya beliau seperti ini. Apa mungkin, Ibu bersikap seperti ini karena telah ditinggalkan oleh Mas Lukas?"Bu, bukannya begitu. Lagipula Lukas tak punya uang sebanyak itu, Ibu tahu sendiri kerjaan Lukas itu seperti apa," tandas Mas Lukas merendah, ta

  • Masakan Mertua   Bab 18

    Pada akhirnya aku ikut dengan Mas Lukas ke rumah Ibu, Huda kubawa serta karena memang tidak ada yang menjaga di rumah. Semenjak kepindahanku ke kontrakan pun aku belum sempat mengunjungi orangtuaku karena kesibukan di kedai sangat padat. Lagipula aku juga masih berbenah kontrakan dan aku takut jika kabar yang kubawa akan membuat mereka semakin kepikiran.Sepanjang perjalanan Mas Lukas hanya diam. Dia tak banyak bicara seperti biasanya. Mungkin dia sedang memikirkan ibunya yang kata Mbak Rita mogok makan karena perihal renovasi dapur.Sebelum berangkat, aku sudah sepakat dengan Huda jika dia tidak boleh berbuat macam-macam di rumah neneknya. Aku takut jika nanti Huda akan rewel selama di sana."Em, kita nggak mampir beli oleh-oleh dulu, Mas?" tanyaku basa-basi, tak lain hanya untuk membuka pembicaraan."Nggak usah. Kita langsung kesana aja, aku pengen lihat kondisi Ibu."Kuanggukkan kepalaku, lalu meliriknya lewat pantulan kaca spion. Mas Lukas tampak serius mengendarai motornya, sedan

  • Masakan Mertua   Bab 17

    "Bagaimana keadaannya, Pak? Maaf saya belum bisa berkunjung," ucapku lewat sambungan telepon dengan Pak Nias.Diseberang sana kudengar sangat ramai, entah beliau sedang ada dijalan atau memang usaha kami yang ramai. Harapanku usaha yang tengah kudirikan ini bisa berkembang dengan cepat, mengingat jika makanan adalah kebutuhan pokok bagi semua orang. Dan aku pun yakin jika masakan-masakannya pun juga enak."Wah, saya sampai kewalahan, Mbak. Dulu saat masih menjadi milik saya tidak sampai seperti ini. Nanti saya akan kirimkan hasil laba seminggu ini pada Anda, rasanya seminggu ini saja sudah bisa menutup modal awal yang Mbak keluarkan," tuturnya membuatku tertegun."Apa saya tidak salah dengar?""Tidak. Silahkan kesini jika Mbak Diana tidak percaya. Sepertinya kita juga harus mencari karyawan lagi karena pelanggan begitu banyak.""Alhamdulillah, berarti ini rejeki kita, Pak," ujarku dengan penuh rasa syukur."Ah, tidak. Ini sih karena rejeki Mbak Diana yang bagus, buktinya dulu waktu ma

  • Masakan Mertua   Bab 16

    Tepat dua hari, seperti yang Mas Lukas janjikan, dia benar-benar datang dan menjemputku serta Huda. Raut wajahnya sumeringah, tapi kulihat ada setitik kesedihan di dalamnya."Ibu sudah tahu soal ini?" tanyaku memecah keheningan.Kebetulan siang ini waktu menginapku sudah habis, mau tak mau aku juga harus segera keluar. Huda pun nampaknya juga tidak nyaman berada di tempat ini."Sudah," jawabnya singkat."Lalu?""Sudah, tidak usah bahas itu sekarang. Yang penting kamu ikut denganku dulu."Aku hanya mengangguk, lalu menuntun Huda dan mengikutinya. Entah Mas Lukas akan membawa kami kemana, aku menurut saja dengannya. Semoga kali ini dia tak lagi-lagi mengecewakanku.Mas Lukas menghentikan angkot, lalu membawaku melesat meninggalkan tempat penginapan. "Bu, kenapa tidak naik mobil bagus seperti kemarin lagi?" tutur Huda polos."Em ... Itu ....""Kita naik ini saja dulu, Sayang. Uang Ayah habis untuk membayar kontrakan," jawab Mas Lukas sebelum aku melontarkan kata-kata."Bu, besok kalau a

  • Masakan Mertua   BAB 15

    Pov Lukas"Mana mungkin Lukas kaya gitu, Bu? Dia kan lebih percaya sama omongan Ibu. Udah, Ibu bilang gitu aja nanti dia pasti percaya," tutur Mbak Rita terdengar aneh ketika aku baru selesai mandi.Mungkin mereka tidak tahu jika aku sudah di depan pintu dapur, karena aku memang belum lama masuk ke dalam rumah. Kacamataku tertinggal di kamar mandi, dan hal itulah yang membuatku kembali ke sana.Namun baru sampai di depan pintu dapur aku mendengar pembicaraan aneh antara Mbak Rita dan Ibu. Entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi mereka menyebut namaku."Eheemm ...." Aku berdehem lalu masuk ke dapur dan berlalu ke kamar mandi guna mengambil kacamataku.Mata sebelah kananku sedikit bermasalah karena minus, kadang aku memang menggunakan kacamatanya untuk membantuku melihat agar lebih jelas. Namun tak setiap saat kugunakan, rasanya aku kurang begitu percaya diri jika menggunakannya setiap saat. Padahal Diana sudah menyuruhku untuk menggunakannya terus, katanya biar tidak tambah parah.

  • Masakan Mertua   Bab 14

    Tak menunggu waktu lama, pintu penginapanku diketuk oleh seseorang. Terdengar salam dari luar, dan aku yakin itu Mas Lukas. Dengan malas aku membukanya, karena bagaimanapun juga aku harus menghormatinya sebagai suamiku.Huda asik bermain di atas kasur, berbekal mainan yang ia bawa dari rumah neneknya ia terlihat sedang asik sendiri. Memang begitulah anakku, tak perlu barang baru dan mewah, jika dia suka pasti akan asik dengan dunianya sendiri. Semua itu karena sedari kecil aku sudah membiasakannya seperti itu, tak ada kemewahan di hidup kami."Waalaikumsalam," jawabku seraya membuka pintunya.Wajah Mas Lukas terlihat frustasi, mungkin dia tak menyangka jika aku akan senekat ini. Biarkan saja, ini sudah menjadi keputusan final bagiku.Kupersilahkan ia masuk, lalu kututup kembali pintunya. Apapun yang akan terjadi nanti aku tidak akan ikut dengannya masuk ke dalam rumahnya lagi. Sesekali aku memang harus bersikap tegas seperti ini.Huda juga terlihat sangat senang ketika melihat ayahnya

  • Masakan Mertua   Bab 13

    Pada akhirnya aku memantabkan hati untuk keluar dari rumah Mas Lukas. Aku rasa lima tahun bukan waktu yang singkat, dan selama itu Mas Lukas tidak pernah mengerti hatiku. Jadi sekarang tidak ada gunanya lagi aku ada disampingnya.Jika dia masih perduli dan ingin bersamaku, seharusnya dia bisa memahamiku dan percaya padaku. Namun jika sudah begini, aku tak akan tahan lagi.Mungkin ibu mertua dan iparku tidak butuh denganku, dan lebih menginginkan Mas Lukas sendirian. Oleh karena itu mereka tak pernah memperlakukanku dengan baik.Tak apa, aku seharusnya sudah pergi dari dulu. Namun karena aku merasa butuh berbakti pada Mas Lukas, maka kutahan seluruh rasa di hatiku dan memilih bertahan. Namun sekarang, sudah tidak ada alasan lagi aku bertahan.Kumasukkan barang-barangku ke dalam taksi online yang sudah kupesan. Huda pun menuruti semua yang kukatakan. Syukurlah dia bukan anak yang susah di atur.Kepergianku kali ini pun sama sekali tak melibatkan Mas Lukas. Aku mematikan ponsel, lalu per

  • Masakan Mertua   Bab 12

    "Baik, baik. Beri aku waktu, dan jangan gegabah seperti ini," terang Mas Lukas seraya menarik tubuhku ke dalam pelukannya.Kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Kudengar detak jantungnya yang berdetak sangat cepat, serta nafasnya yang tak beraturan. Aku yakin saat ini emosi jiwanya sedang membara, sama sepertiku.Lima tahun bukan waktu yang singkat, seharusnya Mas Lukas sudah bisa mengerti sikap dan perangaiku. Namun, aku lihat sampai detik ini dia masih saja berpegang teguh pada kepercayaannya pada ibu dan Mbak Rita.Sebenarnya aku tak menyalahkannya yang selalu memprioritaskan ibunya. Walau bagaimanapun aku tahu jika seorang lelaki sampai kapanpun adalah milik ibunya. Hanya saja, aku rasa sikap Ibu pun tak sepenuhnya benar, terlebih sampai menguasai seluruh keuanganku dan Mas Lukas."Aku tidak gegabah, Mas. Semua sudah kupikirkan baik-baik dan dalam waktu yang tak singkat pula. Perjalanan rumahtangga kita sudah masuk diusia lima tahun, seharusnya kamu bisa sedikit saja paham d

  • Masakan Mertua   Bab 11

    "Apa katamu? Berani sekali mengataiku pelit!" bentak Mbak Rita semakin emosi.Kami saling bertatapan, kini aku sudah tak takut lagi dengannya. Orang seperti Mbak Rita memang sekali-kali harus dilawan. Jika Mas Lukas tidak bisa membelaku, maka aku akan cari pembelaan sendiri."Memang faktanya begitu. Setiap hari pamer gaji suami besar, tapi nyatanya masih merongrong pada adiknya!"Kedua bahunya naik turun, aku yakin jika dia tengah benar-benar marah dengan kata-kataku. Mas Lukas seharusnya lihat, seberapa keras saudara dan ibunya kepadaku. Namun dia seakan selalu tutuo mata mengenai hal itu, dia pikir aku hanya mengada-ada saja."Diam! Ada apa ini berisik sekali!" teriak Ibu dari dapur.Aku tak mengindahkan tatapan bengis Mbak Rita. Gegas aku mundur dan masuk ke dalam kamar. Bukan karena aku mengalah, hanya saja ini sudah hampir Maghrib dan aku sangat menghindari perdebatan disaat Maghrib. Pamali.Kuletakkan tas lusuhku di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang. Aku mengatur nafas dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status