Semenjak kejadian itu, Zelina dan Vidya sempat uring uringan. Bahkan keduanya pun tidak saling berbicara untuk beberapa hari. begitu juga dengan hari ini, sepertinya Zelina masih belum bisa berdamai dengan Vidya.
Ya meskipun Vidya udah menjelaskan semuanya kepada Zelina.
“Zel, lo masih marah sama gue?”tanya Vidya.
Zelina tak menjawab. Dirinya masih saja bergelut dengan laptop yang kini ada di hadapannya. Vidya mendekati si Zelina. Namun, Zelina jutru bergeser ke tempat duduk lainnya.
“Zel, gue minta maaf ya, atas semua yang terjadi. gue gak ada niat apa-apa kok sama lo dan cowok kemaren itu,”ucap Vidya serius.
Zelina hanya memandang si Vidya sebentar. Wajah Vidya tampak begitu serius. Saat kedua matanya saling bertemu, Zelina justru memalingkan wajahnya. Ia kembali lagi ke laptopnya.
“Oke, kalo lo masih belum bisa maafin gue. malam ini gue bakal tidur di rumahnya sasa aja. Sampai lo maafin gue,” ucap Vidya.
“Silahkan aja,”jawab Zelina santai.
Vidya padahal hanya berpura pura untuk mengancam si Zelina. Akan tetapi justru si Zelina membiarkan dirinya pergi.
Demi harga dirinya yang tinggi, ia pun mau tidak mau pergi ke rumah temannya sasa, untuk menginap sampai si Zelina mau memaafkannya.
Vidya pun lalu keluar dari rumah. Dan menuju ke rumah si sasa. Zelina hanya melihat dari kejauhan, dia hanya diam menatap kepergian si Vidya.
*****
Sedangkan di lain tempat, Sena tampak terburu buru dengan pekerjaannya. Wajahnya tampak begitu lelah dengan mata yang merah karena seharian harus menatap layar computer.
Ketika matahari sudah hampir terbenam, dan juga para karyawan lain sudah sebagian pulang.
“Sen, gak pulang?”tanyanya.
“Iya,”jawab Sena.
“Emmm, aku ikut pulang boleh gak? soalnya aku gak dijemput nih, toh rumah kita searah kan?”tanyanya lagi.
“Kamu bisa naik taksi atau pesan ojek online kan? aku ada urusan,”jawab Sena.
“Please sen. Kali ini aja,”paksanya.
“Gakbisa, maaf,”jawab Sena.
“Sen,….,”ucapnya.
“Aku pesenin kamu taksi online, tunggu aja di depan. Ini nomor platnya,”ucap Sena.
Setelah mengatakn itu, si Sena lalu keluar dari kantor dan menyambar mobilnya untuk pulang. sedangkan si farah tampak kecewa dengan jawaban si Sena.
“Sekarang kamu bisa nolak aku, dan besok akan buat kamu mengejar ngejar aku Sena, tunggu tanggal mainnya,”batinnya
Sena pun mampir ke toko buah terlebih dahulu. Dirinya sengaja membeli banyak buah untuk mengisi stok kulkasnya yang telah kosong.
Saat akan menuju ke toko buah, dirinya melihat gadis yang berada di seberang jalan sendirian.
Sepertinya dirinya tak asing dengan rambut dan juga postur tubuh si gadis tersebut. Setelah mendapatkan buah yang dibelinya. Dirinya menghampiri gadis tersebut, memastikan gadis tersebut adalah Zelina. Pujaan hatinya.
“Sepertinya Zelin, aku harus menghampirinya,”ucapnya
Dirinya menyebrang jalan. Namun, gadis itu telah menghilang. Sena mencari cari kesana kemari. Melihat sekitarnya. Hasilnya nihil, ternyata tidak ada Zelina disana.
“Kok gak ada. apa mungkin jangan jangan bayanganku saja. arghhh, kenapa sih, aku sulit banget melupakan kamu Zelin,”ucap Sena sambil melihat ke kanan kirinya.
Setelah memastikan bahwa Zelin taka da disana, dirinya pun kembali dan menuju pulang. saat di perjalanan, banyak orang berkerumun. Dirinya yang sudah jengah dan kesal. hanya bisa marah marah tak jelas.
“Ini ada apa lagi , aku harus mengeceknya,”ucapnya.
Sena pun turun dari mobilnya dan melihat apa yang terjadi.
“Ada apa ya pak?”tanya Sena.
“Itu mas, ada kecelakaan,”jawab Bapak –Bapak yang ditanya oleh Sena.
Karena sekilas dirinya melihat sosok perempuan. Dengan spontan Sena menyerobot masuk ke dalam kerumunan tersebut. Sontak badannya kaku dan terkejut dengan sosok perempuan yang ada di depannya ini. ternyata perempuan tersebut tidak lain adalah Zelina.
“Zelin, bangun zel,Zelina,”panggil Sena dengan kawatir.
Sena pun lalu duduk di samping Zelina. Memastikan Zelina tidak apa apa. namun Zelina tak merespon, dirinya hanya diam saja. Sena semakin cemas dengan keadaan Zelina.
“Mas kenal sama nih anak,”tanyanya.
“iya pak saya kenal,”jawab Sena
“Kalau begitu, mas bawa aja ke rumah sakit,”saran salah seorang yang ada di sana.
“Baik,”jawab Sena.
Setelah itu,Sena pun membopong Zelin untuk dibawa ke rumah sakit. dirinya merasa kawatir dengan kondisi Zelin yang tak sadarkan diri. dan juga terluka di beberapa bagian tubuhnya. Sehingga baju Sena berlumuran darah.
“Aku gak akan biarin kamu kenapa napa zel,”ucapnya.
Dirinya lalu melenggang ke rumah sakit. memberikan pertolongan untuk pujaan hatinya. Beberapa kali dirinya telah melukai, maka kini harus mengobati luka tersebut.
Aarkhhhh,”desis Zelina.
Masih dengan posisi mata yang terpejam, Zelina mendesis kesakitan.
“Sabar zel, aku akan bawa kamu kerumah sakit. tahan sebentar,”ucapnya menenangkan/
Sena melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Mencari rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Sena lalu membopong Zelina dan ditangani oleh suster.
“Maaf pak, bapak hanya bisa tunggu sampe sini,”ucap suster.
“Tapi sus…,”elak Sena
“Ini sudah prosedur rumah sakit, mohon bapak patuhi, permisi,”ucap suster.
Suster membawa pergi Zelina ke ruang ICU. Sena pun hanya bisa menunggunya dari luar ruangan. Wajahnya gelisah, mondar mandir di depan ruangan. Tak hanya itu, hatinya pun tak tenang. Sesekali mengintip ke daam ruangan. Namun tak terlihat karena tertutup oleh tirai.
Beberapa menit kemudian, dokter bersama suster pun keluar dari ruangan. Sontak, Sena pun lalu menghampiri dokter dan menanyakan keadaan si Zelina.
“Giman gimana dok keadaan Zelina?”tanya Sena khawatir
“Keadaannya sudah membaik, hanya kepalanya yang terluka. Oh ya pak? Sedari tadi pasien terus saja memanggil nama Sena, apa bapak tahu?”tanya dokter.
Sena kicep. Masih belum menjawab pertanyaan dokter padanya. tak menyangka, Zelina sampai sebegitunya. Memanggil nama Sena saat keadaanny tidak membaik. Senyum ulas terpancar di bibir Sena. Ia percaya si Zelina masih ada rasa padanya.
“emmmm… Sena itu saya sendiri dok,”jawab Sena.
“Kebetulan sekali pak. Apa bapak anggota keluarganya?soalnya pasien butuh keluarganya,”ucap dokter.
Sena bingung mau menjawab apa. jika dirinya menjawab jujur bahwa dirinya adalah mantan kekasih Zelina maka akan sulit nantinya. lalu apa yang akan dijawab Sena?
“Emm, saya kakaknya dok,”jawab Sena.
“Oh baiklah, oh ya pak. Pasien sudah boleh dijenguk. Tapi, tolong jangan diajak bicara banyak. Karena keadaannya sepenuhnya masih belum pulih,”jawab dokter.
“Baiklah, dok. Terimakasih,”jawab Sena.
“Saya pamit dulu, permisi,”ucap dokter berpamitan.
Setelah itu, dokter dan suster yang menangani Zelina pun pergi dari hadapan si Sena. Si Sena pun lalu masuk ke dalam untuk menjenguk dan melihat keadaan si Zelina. Zelina terlihat masih memejamkan mata dengan kepala yang terbalut dengan kassa. Sena pun duduk di samping Zelina. melihat gadisnya terbujur dengan penuh luka.
Sena meraih tangan Zelin dan menciumnya. Ketulusan cintanya begitu terlihat. Mengelus puncak kepala , pipi , dan juga lagi lagi dirinya mengecup tangan Zelina. Menunggu Zelina hingga terbangun.
“Arghhhh,”desis Zelina.
Zelina merintih kesakitan. Namun matanya masih terpejam. Dengan kelembutan, Sena mengelus puncak kepala Zelina untuk menenangkan.
“Sena…Senaaa,”rintih Zelina.
“Aku disini zel, bangunlah,”ucap Sena menenagkan.
Zelina justru malah menangis.
“Hikss…kamu jahat, hiks, hiks ,hiks.”
Sepertinya Zelina sedang mengingo. Karena setelah mengatakan kata tersebut dan memposisikan kepalanya. Zelina kembali terdiam dan lelap dalam tidurnya.
“Maafin saya, gak bisa jaga kamu,”ucap Sena meminta maaf.
Sena meminta maaf kepada Zelin atas kejadian yang telah dirinya lakukan. Kejadian yang membuat Zelina trauma dan berakhir seperti ini. Sena mengeluarkan ponselnya. Dirinya menelpon orang yang ada di seberang.
“Zelina dirawat di rumah sakit, bisakah kau kemari?”
Setelah mendapat jawaban dari seberang. Dirinya pun lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku dan dengan setia menunggu Zelina hingga terbangun. Lalu bagaimana reaksi Zelina ketika dirinya membuka mata dan orang yang pertama dilihat adalah Sena?
“Terkadang perlu menjauh untuk membuktikan ketulusan rasa cinta.”
“Zel , lo mau kemana sih? Tiduran aja dulu,” ucap Vidya melarang.Zelina terus bergerak dari ranjang rumah sakit. dirinya bosan sedari tadi hanya bisa tiduran. Karena vidya terus saja melarangnya untuk bergerak.“Zel,denger gaksih,”ucap Vidya.“Iya iya denger. Gue mau duduk vid, capek tiduran mulu,”keluh Zelina.“Zel, lo itu belum pulih bener. Jadi jangan banyak gerak, nanti luka yang ada di tubuh lo jadi makin nyeri,”ucap Vidya memberi wejangan.“Vid, tapi gue capek tiduran mulu, panas nih punggung gue. tolong ya vid,”ucap Zelin dengan memperlihatkan puppy eyes nya.Wajah zelina begitu memelas meminta tolong kepada vidya yang membuat vidya tidak tega dengan zelina. namun, dirinya juga harus melakukan amanah dari seseorang yang memintanya datang kemari.Satu kalimat yang masih terngiang di otaknya.“Tolong jaga zelina, jangan sampe dia banyak gerak,
“Zel , lo mau kemana sih? Tiduran aja dulu,” ucap Vidya melarang.Zelina terus bergerak dari ranjang rumah sakit. dirinya bosan sedari tadi hanya bisa tiduran. Karena vidya terus saja melarangnya untuk bergerak.“Zel,denger gaksih,”ucap Vidya.“Iya iya denger. Gue mau duduk vid, capek tiduran mulu,”keluh Zelina.“Zel, lo itu belum pulih bener. Jadi jangan banyak gerak, nanti luka yang ada di tubuh lo jadi makin nyeri,”ucap Vidya memberi wejangan.“Vid, tapi gue capek tiduran mulu, panas nih punggung gue. tolong ya vid,”ucap Zelin dengan memperlihatkan puppy eyes nya.Wajah zelina begitu memelas meminta tolong kepada vidya yang membuat vidya tidak tega dengan zelina. namun, dirinya juga harus melakukan amanah dari seseorang yang memintanya datang kemari.Satu kalimat yang masih terngiang di otaknya.“Tolong jaga zelina, jangan sampe dia banyak gerak,
Part 5 Apa ini Takdir?Pulih.Satu kata yang telah mewakili keadaan Zelina sekarang. Dirinya sudah tidak lagi terbaring diatas ranjang. Bahkan 2 hari setelah kepulangan, dirinya memaksakan untuk masuk kuliah. Kali ini dirinya tengah berkutat dengan tugas yang sudah beberapa hari tidak ia sentuh. Dirinya adalah sosok mahasiswa yang rajin, dan juga aktif baik dalam organisasi maupun pada pelajaran mata kuliah.“Zel,”panggil“Oii, kenapa?”jawab zelina.Zelina menoleh kea rah sumber suara.“Lo ikut gak?”tanyanya.“Ikut apa?”tanya zelin balik.“Itu acara yang diadakan oleh kampus,”jawabnya.“Acara apa emangnya, gue belum tahu sih. Lo tahu sendiri kan, kalau gue baru juga baru masuk,”jawab zelina.“Heheh, iya juga sih. Ini nih gue kasih lihat. Gue sempet moto tuh poster tadi di madding,”ucap zelinaZelina menerima ponsel temanny
Part 6 Kehilangan jejakLapangan Kampus Adyatama.Disinilah Zelina berada. Dengan punggung yang memanggul tas besar berisi barang barang miliknya. Dirinya mengikuti acara yang diadakan oleh kampusnya. Awalnya terpaksa, namun karena Vidya sahabatnya juga ikut. Mau tak mau dia pun juga ikut. Setelah semalam bernegosiasi, akhirnya Zelin memutuskan untuk ikut dan mendaftarkan diri.“Mana sih panitia nya, gaktau panas apa,”keluh Zelina.Zelina celingak celinguk melihat kanan kirinya. Melihat mahasiswa yang berseliweran membuat kepalanya pusing. Ia pun memutuskan untuk duduk di sebuah taman dekat lapangan.Tiba tiba saja, rasa dingin ia rasakan di pipinya.“Nyesss…,”Zelina pun menoleh. Dan ternyata telah tertempel minuman botol yang dingin ke pipi nya.“Kak Azka,”ucap Zelina.Tanpa menjawab, laki-laki yang bernama Azka justru alah duduk di samping Zelina dan menyodorkan air minum u
Sena.Jalanan yang ramai berlalu lalang dihiasi dengan kerlip cahayanya. Bintang yang bertaburan di langit pun juga menyapa Sena pada malam ini. Tak lupa lagu yang terdengar lirih dalam mobil menambah suasana kegalauan Sena. Lagu favoritnya semenjak mengenal Zelina. Entah mengapa salah satu lagu dari penyanyi yang tersohor dengan ciri khas nadanya yang tinggi itu, dengan judul putus atau terus. Lagu itu mewakili keadaannya sekarang. Sepulang dari rumah Zelina dirinya sengaja untuk tidak pulang ke rumahnya. Melainkan dirinya mencari udara segar di luar.“Drrrtt….drttt.”Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia pun meraih dan membacanya.“Ibu,”ucapnya saat dirinya membaca sekilas.Merasa gagal focus. Ia pun lalu berhenti di pinggir jalan untuk membuka pesan dari ibunya.“Tumben ibu nyuruh pulang,”ucapnya sambil tertawa getir.Dengan perasaan yang campur aduk dirinya pun lalu melenggang pulang m
“Lo mau kemana zel?”tanya Vidya.“Ikut lo, kita kan sekelompok,”jawab Zelina.“Kita tuh emang sekelompok, tapi kan beda tempat,”ucap Vidya.“Yaelah vid, terus gue dimana dong?”ucap Zelina.“Entah,”ucap Vidya sambil mengangkat bahunya.Zelina pun hanya mendengus mendengar jawaban dari temannya. pasalnya dirinya lupa mendapat bagian dimana. Malam itu waktu pembagian kelompok dan tempat mengabdi, dirinya justru tertidur tidak mendengarkan. Dan sekarang, dirinya bingung harus kemana dirinya pergi. Mau tidak mau harus tanya lagi ke panitia.“Gue duluan zel, bye , bye,”ucap Vidya lalu pergi.“Hmmm,”jawab Zelina.Vidya yang sudah tahu kemana dirinya pergi, akhirnya pun meninggalkan Zelina sendirian. Sedangkan Zelina pun lalu menghampiri si panitia untuk tanya kemana dirinya ditempatkan.“Kak Azka.”“Iya Zelina, ken
“Duh, mana sih rumahnya. Mana gelap lagi,” ucap Zelina sambil menyusuri jalanan pulang.Zelina menyusuri jalanan pulang sendirian tanpa ada teman yang mendampinginya. Bahkan Vidya pun langsung pulang saja tanpa mengantarkan Zelina pulang, ya karena rumah yang ditempati oleh Zelina berada jauh dari rumah Vidya dan berbeda arah. Selain itu tumben kak Azka tidak megantarkannya pulang, karena kak Azka yang tak tahu entah kemana.Zelina melihat kanan kiri jalanan sambil menyalakan senter ponselnya yang tak begitu terang. Bulu kudukku pun terangkat dan merinding.“Gak ada orang lagi, mana sepi pula jalannya,” gerutu Zelina di sepanjang jalan.“Kresekkk….kressekkkk…..”Zelina menoleh ke belakang mencari sumber suara. Namun saat dirinya menoleh, justru tidak ada apa-apa. ia pun melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang cepat.“Duh, lowbat lagi,” gerutu Zelina sambil meliha
Suasana pagi yang bersinar cerah ternyata tak sama dengan suasana hati Zelina kali ini. Bagaimana tidak, hatinya berkecamuk kesal dan bahagia. Bahagia bisa bertemu lagi, kesal jika terus saja mengingat masa kelam bersama Sena. Entahlah. Dirinya sudah beberapa hari berada di keluarga Pradipta. Mekipun belum sah dijuluki mrs. Sena. Akan tetapi berkat kegiatan ini, dirinya bisa menjadi bagian dari keluarga Sena. Hari ini dirinya mulai nimbrung di dapur iBu Astri. Meskipun dirinya tidak ahli dalam dunia masak memasak, akan tetapi demi menjaga nama baik dan harga diri.“Biar ina saja bu yang memotong bawangnya,”ucap Zelina.“Yaudah. Oh ya ina, ibu mau bangunin bapak dulu. kamu lanjutin masaknya ya, nanti ibu kesini lagi.”jawab Bu Astri sambil menyodorkan pisau dan sayuran kepada Zelina.“Iya bu, “jawabnya sambil tersenyum kea rah Bu Astri.Bu Astri pun menyodorkan pisau dan bawang putih ke arah Zelina untuk dipotong po
“Dengan berat hati saya putuskan, bahwa kamu tidak bisa mengikuti dan melanjutkan acara in lagi “ucap salah satu panitia acara. Zelina mengulas senyumnya. Dalam hatinya bersorak gembira tanpa ada kekecewaan. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. “Okay gue terima, gue juga sebenarnya dari awal gak niat buat ikut nih acara gak jelas ini, thanks buat semuanya,” Zelina berdiri dari kursinya dan melangkah keluar dari ruang rapat. Senyumnya masih terulas di sudut bibirnya. “Akhirnya gue bisa juga pergi dari sini, “ ucap Zelina Ia berjalan keluar dari halaman balai desa dan menuju pulang. sebenarnya ia berencana untuk menghindari Sena, namun kali ini ia tidak bisa. Sena yang mengetahui Zelina pun lalu keluar dari mobilnya dan menghampiri Zelina. “Gimana? Kamu gapapa kan?” tanya Sena khawatir. “Gue gapapa, bisa minggirin tangan lo gak?”keluh Zelina. “Kamu bener gak dihukum kan? kamu gak dipukul kan sama mereka?” tanya Sena khawatir. “Ishhh, gue gapapa Sena. gue baik baik aja. Mending
Sena sukses mampu membuat Zelina yang sedari tadi mengoceh tak jelas menjadi diam. Mata Zelina seolah terhipnotis dengan pemandangan indah yang ada di depannya. Apalagi dilihat dari kejauhan di tempat yang tinggi. Hutan yang asri dengan berbagai macam warna dan pengunjung yang berseliweran di sekitarnya. Sena yang kini duduk di samping Zelina, berupaya mendekat. Kini jarak keduanya cukup tipis, namun Zelina tidak sadar akan hal itu. ia sibuk mengabadikan view yang ada di depannya.“Suka?”tanya Sena.Zelina hanya mengangguk pelan. Sena hanya bisa mengulas senyumnya. Bukan Sena kalau tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Ia meletakkan pelan kepalanya di pundak Zelina. membuat pemiliknya terkejut.“Eh,”ucap Zelina singkat.“Sebentar saja Zelina,”pinta Sena.Kini pundak Zelina adalah tempat ternyaman kedua bagi Sena setelah kasur. ia pun juga memejamkan kedua matanya. Berbeda dengan Zelina yang
“Jadi gitu ceritanya?” tanya Vidya. “Sebenarnya masih ada banyak yang gue sembunyikan dari lo Vid, gue gakmau lo jauhin atau bahkan benci sama gue,”batin Zelina. Zelina hanya menjawab dengan anggukan. Sedangkan Vidya semakin penasaran apa yang terjadi dengan keduanya sebelumnya. “Zel, lo tapi gak sampe di emmmm itu kan ?” tanya Vidya ambigu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Sedangkan Zelina yang lemot loading lama alias lola, ia masih saja tidak mampu mencerna pertanyaan dari Vidya barusan. “Diapain sih Vid?” tanya Zelina tidak jelas. “Gitu emm itu, secara pak Sena normal, dan lo kan juga cantik. mana ada ada sih yang gak nafsu sama lo, “Frontal banget sih lo vid. Ya …gue gaktau, secara gue udah kek nyaman gitu di peluk. Dan gue gaktau lagi apa yang te
Zelina sudah sadar satu jam yang lalu. Namun dirinya masih enggan untuk membuka matanya. Tidak hanya itu, ia bahkan melihat kekhawatiran dari seorang Sena.“Zelina, bangun. Maafkan saya Zelina,”ucap Sena.Zelina hanya diam saja tanpa menanggapi Sena. Sesekali tangan Sena menyelipkan rambut Zelina yang menutupi wajahnya. Bahkan Sena juga mengompres tubuh Zelina, karena sedari tadi tubuh Zelina terasa panas.“Zel, saya tahu kamu sebenarnya udah sadar. Ayo bangun zel, jangan bikin saya jadi khawatir gini,”ucap Sena.Sena terus saja mengoceh tak jelas. sesekali dirinya juga mencium puncak tangan Zelina. karena tak kuat melihat Sena dan merasa geli . Zelina pun akhirnya membuka matanya perlahan. Dia pun mulai melancarkan dramanya.“Gue dimana, auhh,”ucapnya sambil memegang kepalanyaZelina hendak bangun dari tidurnya. Namun Sena, yang mendengar lenguhan Zelina lalu membantu Zelina untuk duduk.
“Zel , lo yakin sama keputusan lo?” tanya vidya.“Iya vid, udah deh tenang aja,”jawab Zelina.“Tapi Zel…,”tanya vidyaNamun terpotong oleh Zelina.“Vid, lo gak yakin sama sobat lo ini?” tanya Zelina dengan penuh penekanan.“Iya Iya, gue yakin kok lo bisa nanti,”jawab vidya pasrah.“Nah gitu dong, ini baru sobat gue. thank ya vid. Pulang ke kota, gue traktir lo es krim deh,”ucap Zelina Senang sambil memeluk vidya.“Beneran?”tanya vidya penasaran.“Hmm, es krim paddle pop, hahahha,”jawab Zelina.Keduanya kini melenggang pergi menuju balai desa untuk mendapatkan pembekalan dan juga pelaporan. Tak hanya itu, katanya pun juga ada tamu yang bakal mengisi acara hari ini di balai desa. Sepanjang perjalanan keduanya tertawa riang seakan tak ada beban. Dan sampailah di balai desa, dimana semua peserta dan panitia telah berk
Suasana pagi yang bersinar cerah ternyata tak sama dengan suasana hati Zelina kali ini. Bagaimana tidak, hatinya berkecamuk kesal dan bahagia. Bahagia bisa bertemu lagi, kesal jika terus saja mengingat masa kelam bersama Sena. Entahlah. Dirinya sudah beberapa hari berada di keluarga Pradipta. Mekipun belum sah dijuluki mrs. Sena. Akan tetapi berkat kegiatan ini, dirinya bisa menjadi bagian dari keluarga Sena. Hari ini dirinya mulai nimbrung di dapur iBu Astri. Meskipun dirinya tidak ahli dalam dunia masak memasak, akan tetapi demi menjaga nama baik dan harga diri.“Biar ina saja bu yang memotong bawangnya,”ucap Zelina.“Yaudah. Oh ya ina, ibu mau bangunin bapak dulu. kamu lanjutin masaknya ya, nanti ibu kesini lagi.”jawab Bu Astri sambil menyodorkan pisau dan sayuran kepada Zelina.“Iya bu, “jawabnya sambil tersenyum kea rah Bu Astri.Bu Astri pun menyodorkan pisau dan bawang putih ke arah Zelina untuk dipotong po
“Duh, mana sih rumahnya. Mana gelap lagi,” ucap Zelina sambil menyusuri jalanan pulang.Zelina menyusuri jalanan pulang sendirian tanpa ada teman yang mendampinginya. Bahkan Vidya pun langsung pulang saja tanpa mengantarkan Zelina pulang, ya karena rumah yang ditempati oleh Zelina berada jauh dari rumah Vidya dan berbeda arah. Selain itu tumben kak Azka tidak megantarkannya pulang, karena kak Azka yang tak tahu entah kemana.Zelina melihat kanan kiri jalanan sambil menyalakan senter ponselnya yang tak begitu terang. Bulu kudukku pun terangkat dan merinding.“Gak ada orang lagi, mana sepi pula jalannya,” gerutu Zelina di sepanjang jalan.“Kresekkk….kressekkkk…..”Zelina menoleh ke belakang mencari sumber suara. Namun saat dirinya menoleh, justru tidak ada apa-apa. ia pun melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang cepat.“Duh, lowbat lagi,” gerutu Zelina sambil meliha
“Lo mau kemana zel?”tanya Vidya.“Ikut lo, kita kan sekelompok,”jawab Zelina.“Kita tuh emang sekelompok, tapi kan beda tempat,”ucap Vidya.“Yaelah vid, terus gue dimana dong?”ucap Zelina.“Entah,”ucap Vidya sambil mengangkat bahunya.Zelina pun hanya mendengus mendengar jawaban dari temannya. pasalnya dirinya lupa mendapat bagian dimana. Malam itu waktu pembagian kelompok dan tempat mengabdi, dirinya justru tertidur tidak mendengarkan. Dan sekarang, dirinya bingung harus kemana dirinya pergi. Mau tidak mau harus tanya lagi ke panitia.“Gue duluan zel, bye , bye,”ucap Vidya lalu pergi.“Hmmm,”jawab Zelina.Vidya yang sudah tahu kemana dirinya pergi, akhirnya pun meninggalkan Zelina sendirian. Sedangkan Zelina pun lalu menghampiri si panitia untuk tanya kemana dirinya ditempatkan.“Kak Azka.”“Iya Zelina, ken
Sena.Jalanan yang ramai berlalu lalang dihiasi dengan kerlip cahayanya. Bintang yang bertaburan di langit pun juga menyapa Sena pada malam ini. Tak lupa lagu yang terdengar lirih dalam mobil menambah suasana kegalauan Sena. Lagu favoritnya semenjak mengenal Zelina. Entah mengapa salah satu lagu dari penyanyi yang tersohor dengan ciri khas nadanya yang tinggi itu, dengan judul putus atau terus. Lagu itu mewakili keadaannya sekarang. Sepulang dari rumah Zelina dirinya sengaja untuk tidak pulang ke rumahnya. Melainkan dirinya mencari udara segar di luar.“Drrrtt….drttt.”Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia pun meraih dan membacanya.“Ibu,”ucapnya saat dirinya membaca sekilas.Merasa gagal focus. Ia pun lalu berhenti di pinggir jalan untuk membuka pesan dari ibunya.“Tumben ibu nyuruh pulang,”ucapnya sambil tertawa getir.Dengan perasaan yang campur aduk dirinya pun lalu melenggang pulang m