Lapangan Kampus Adyatama.
Disinilah Zelina berada. Dengan punggung yang memanggul tas besar berisi barang barang miliknya. Dirinya mengikuti acara yang diadakan oleh kampusnya. Awalnya terpaksa, namun karena Vidya sahabatnya juga ikut. Mau tak mau dia pun juga ikut. Setelah semalam bernegosiasi, akhirnya Zelin memutuskan untuk ikut dan mendaftarkan diri.
“Mana sih panitia nya, gaktau panas apa,”keluh Zelina.
Zelina celingak celinguk melihat kanan kirinya. Melihat mahasiswa yang berseliweran membuat kepalanya pusing. Ia pun memutuskan untuk duduk di sebuah taman dekat lapangan.
Tiba tiba saja, rasa dingin ia rasakan di pipinya.
“Nyesss…,”
Zelina pun menoleh. Dan ternyata telah tertempel minuman botol yang dingin ke pipi nya.
“Kak Azka,”ucap Zelina.
Tanpa menjawab, laki-laki yang bernama Azka justru alah duduk di samping Zelina dan menyodorkan air minum untuknya.
“Buat kamu,”ucap Azka
“Buat aku?”tanya Zelina.
“Hmm,”jawab Azka
“Eh, makasih kak,”ucapnya.
Zelina pun menerima sodoran minuman itu dan tanpa basa basi diteguknya sampai tinggal separuh. Azka melihatnya sambil tersenyum ulas. Sontak Zelina pun menyudahi minumnya dan mengusap bibirnya.
“Heheh, maaf ya kak. Langsung aku minum,”ucapnya.
“Gapapa, gue kasih buat diminum kok bukan buat disimpen,”jawabnya.
“Anjir, skakmat deh gua,” batin Zelin
Zelin mengulas senyumnya untuk menutupi rasa malunya. Bahkan dirinya pun juga diam tanpa membuka percakapan. Duduk termangu berdua di depan lapangan universitas. Sungguh mengesankan bukan?.
“Lo mau kemana bawa tas gede kek gini?”tanyanya.
“Emmm, itu kak mau ikut acara kampus yang katanya pengabdian masyarakat atau apa itu lah,”jawabnya.
“Oh,”jawab Azka.
“Kakak sendiri?”tanyanya.
“Emmm, gue nyamperin lo,”jawabnya.
“Ohh, kirain kak Azka juga mau ikut,”ucapnya.
“Ya kalau lo ikut gue juga ikut,”jawabnya.
“Kok ?”tanyanya bengong.
Zelina tampak melongo melihat Azka yang menjawab pertanyaannya. Zelin berpikir sejenak untuk mengingat siapa Azka sebenarnya. Dan ternyata ia baru teringat kalau sebenarnya Azka adalah…
“Eh iya deng, lupa gue. kalau kak Azka mah anak BEM. Wajar aja ikut,”
“Hmmm, D
“Heheheh,”
“Oh ya Zel, lo berangkat naik apa?”
“Berangkat kesini? Atau gimana?”
“Berangkat ke tempat acara,”
Zelina memalingkan pandangannya . ia merasa bego sekali.
“Delman,”
Azka hanya manggut manggut mengiyakan perkataan Zelina.
“E..,”
Tiba tiba saja Vidya datang ke arahnya dengan berlari.
“Zel..huh…huh…huh….,”tanya Vidya dengan ngos ngosan.
Vidya datang dengan nafas yang ngos-ngosan.
“Kenapa lo?”tanya Zelina.
“Gue nyariin…lo….kesana kemari tapi ujung ujungnya berduaan sama kak Azka,”celetuk Vidya.
“Emm, gue gak berduaan kok. Kan ada lo,”jawab Zelina asal
“Kan sekarang, udah ayo ikut gue, berangkat,”ucap Vidya menarik tangan Zelina.
“Oh ya kak Azka, kita pergi dulu ya. Dan makasih,”ucap Vidya sok manis.
“Hmmm,”jawab Azka.
“Ngapain lo pamitan sama tuh buaya, udah ayok,”ucap Zelina.
Vidya menarik tangan Zelina dari hadapan Azka. Sepertinya Vidya tidak menyukai Azka yang dekat dengan Zelina. Zelina mau tidak mau pun harus mengikuti si Vidya. Karena bagaimanapun, tangannya telah ditarik paksa. Sedangkan Azka hanya berdiri melongo melihat kepergian Zelina dari hadapannya.
Azka adalah salah satu anggota BEM yang terkenal karena wajahnya yang tampan. Tak hanya itu dirinya pun juga dikagumi, khususnya kaum hawa. Namun, dirinya justru bersikap biasa saja dan tidak mau menggunakan kelebihannya untuk menggandengan cewek cewek di kampusnya. Tak hanya itu, Azka juga dikenal dengan anggota BEM yang memiliki kualitas baik di akademik maupun non akademik. Namun begitu, sampai sekarang Azka masih belum memiliki pacar. Meskipun serangan dari ciwi ciwi sempat membanjiri DM instagramnya. Namun, tak ada satupun yang ia balas. Lalu kenapa si Vidya kalau si Azka adalah buaya?
Kembali pada Zelina. kini dirinya tengah duduk di dalam bus bersama Vidya. Sambil menunggu isi bus terpenuhi, maka tak heran banyak panitia yang juga mencari kesempatan untuk menebar pesona.
“Zel, lihat tuh orang. Kibas rambut terus,”ucap Vidya.
“Hahahaha, ya gapapalah vid. Rambut rambut nya dia,”ucap Zelina.
“Ya tiap kali gue lihat, gue hitung sampai lima pasti dia kibasin rambutnya. Dasar cowok tebar pesona,”ucap Vidya.
“emmm, biasanya nih. Kalau orang ngedumel terus ngomentarin orang apalagi lawan jenisnya, itu tanda tanda lo suka,”
“ehh, naudubillahmindalik , gue suka sama dia? Gak deh gak, spesies crocodile, yang harus di lindungi. Yakali gue suka sama dia,”
“lo jangan gitu vid. Karena benci dan cinta tuh beda tipis. Awas aja kemakan omongan sendiri nanti,”
“iya iya Zel, “
Keduanya pun terdiam. Karena bus sudah melaju menuju tempat acara.
******
Masih dengan laptop. Masih dengan kertas yang bertebaran di meja. Sena masih saja bekerja, sebelum besok hari libur. Dirinya harus membereskan pekerjaannya sebelum nantinya menumpuk. karena besok adalah hari libur, maka ia pun berencana untuk mengunjungi Zelina. dirinya ingin menjenguk kekasihnya itu. oh bukan, lebih tepatnya ialah mantan. Meskipun Sena masih belum menembak secara terus terang pada Zelina. hingga sudah waktunya pulang tiba, tanpa basa basi dirinya pun meluncur ke rumah Zelina. melenggang melewati jalanan yang begitu ramai berlalu lalang.
Sesampainya di rumah Zelina.
“Tok tok tok.”
Sena mengetuk pintu rumah Zelina. Tak ada sahutan. Ia pun lalu mengetok lagi hingga beberapa kali. Tetapi juga tak ada sahutan. Ia pun mengintip dari jendela , sepertinya tak ada penghuninya. Saat Sena mengintip dari jendela. Tiba tiba saja ada sosok yang menepuk bahunya dan bertanya.
“Mas, mau ngapain?”tanya salah seorang bapak bapak.
Sena tampak gelagapan karena kaget.
“Mas mau nyuri ya?”
“Ehh, enggak. Saya hanya ingin bertamu. Tapi setelah saya ketok pintunya tidak ada sahutan. Jadi saya intip, ternyata tidak ada penghuninya,”ucapnya.
“Jangan mengada ngada ya mas, banyak yang ngaku seperti itu, tapi ujung ujungnya nyuri,”ucapnya.
Sena tak tahu harus berkata apa. ia berpikir dengan penampilannya seperti ini ia masih dikatakan sebagai pencuri. Dasar bapak bapak. Sena pun memiliki ide untuk mengeluarkan kartu nama yang disana tertera ia sebagai pekerja di sebuah perusahaan, bukan sebagai pencuri.
“Ini kartu nama saya pak, kalau bapak tidak percaya dengan saya,”ucapnya.
Bapak tersebut pun melihat kartu nama Sena. Dan akhirnya….
“Baiklah, saya percaya sama anda. Lalu, mas mau cari siapa?”tanyanya.
“Emm, saya kesini ingin bertemu dengan Zelina,”jawabnya,
“Ada hubungan apa mas sama mbak Zelina?”tanyanya.
“Emm, saya pacarnya. Dan saya kesini ingin mengunjunginya. Tapi kenapa rumahnya sepi? Apa anda tahu?”jawabnya.
“Kalau soal itu saya tidak tahu mas. Tapi tadi saya lihat, mbak Zelina bawa tas ransel besar. Gaktau mas mau kemana mbak Zelinanya,”ucapnya.
Sena pun merasa gundah. Bagaimana tidak, pikirannya terus saja berpikiran bahwa Zelina pergi dari sini.
“Bapak tidak tanya ?”tanyanya.
“Bilangnya ada acara kampus gitu pak, soalnya ini tidak sekali dua kali mbak Zelina pergi bawa tas ransel. Mas jangan kawatir, mbak Zelina pasti pulang kesini lagi,”jawabnya,
Sena pun mengangguk angguk kan kepalanya. Ia lebih lega, kalau Zelina tidak pergi jauh dan juga tidak pergi dari rumahnya saat ini. dan berarti Zelina pergi tidak untuk kurun waktu yang lama.
“Baik pak, terimakasih untuk infonya,”ucapnya.
Merasa berterima kasih. Sena pun lalu memberikan bingkisan yang ada di tangannya kepada bapak bapak tadi .
“Ini buat bapak karena sudah membantu saya,”ucap Sena menyodorkan beberapa lembar uang.
“Makasih mas, dan saya minta maaf kalau tadi saya tuduh mas sebagai pencuri,”ucapnya.
“Gapapa pak, saya pamit dulu,”ucap Sena pamit.
Sena pun pamit dan pergi meninggalkan kediaman Zelina. Ia juga berkali kai menelpon Vidya. Namun taka da sahutan dari seberang. Dirinya kehilangan jejak dimana Zelina dan Vidya berada. Lalu kemanakah Zelina dan Vidya pergi? Akankah mereka akan bertemu kembali?
“Ceritanya telah usai, Jejaknya juga membekas, tapi sosoknya masih saja ada.”
Sena.Jalanan yang ramai berlalu lalang dihiasi dengan kerlip cahayanya. Bintang yang bertaburan di langit pun juga menyapa Sena pada malam ini. Tak lupa lagu yang terdengar lirih dalam mobil menambah suasana kegalauan Sena. Lagu favoritnya semenjak mengenal Zelina. Entah mengapa salah satu lagu dari penyanyi yang tersohor dengan ciri khas nadanya yang tinggi itu, dengan judul putus atau terus. Lagu itu mewakili keadaannya sekarang. Sepulang dari rumah Zelina dirinya sengaja untuk tidak pulang ke rumahnya. Melainkan dirinya mencari udara segar di luar.“Drrrtt….drttt.”Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia pun meraih dan membacanya.“Ibu,”ucapnya saat dirinya membaca sekilas.Merasa gagal focus. Ia pun lalu berhenti di pinggir jalan untuk membuka pesan dari ibunya.“Tumben ibu nyuruh pulang,”ucapnya sambil tertawa getir.Dengan perasaan yang campur aduk dirinya pun lalu melenggang pulang m
“Lo mau kemana zel?”tanya Vidya.“Ikut lo, kita kan sekelompok,”jawab Zelina.“Kita tuh emang sekelompok, tapi kan beda tempat,”ucap Vidya.“Yaelah vid, terus gue dimana dong?”ucap Zelina.“Entah,”ucap Vidya sambil mengangkat bahunya.Zelina pun hanya mendengus mendengar jawaban dari temannya. pasalnya dirinya lupa mendapat bagian dimana. Malam itu waktu pembagian kelompok dan tempat mengabdi, dirinya justru tertidur tidak mendengarkan. Dan sekarang, dirinya bingung harus kemana dirinya pergi. Mau tidak mau harus tanya lagi ke panitia.“Gue duluan zel, bye , bye,”ucap Vidya lalu pergi.“Hmmm,”jawab Zelina.Vidya yang sudah tahu kemana dirinya pergi, akhirnya pun meninggalkan Zelina sendirian. Sedangkan Zelina pun lalu menghampiri si panitia untuk tanya kemana dirinya ditempatkan.“Kak Azka.”“Iya Zelina, ken
“Duh, mana sih rumahnya. Mana gelap lagi,” ucap Zelina sambil menyusuri jalanan pulang.Zelina menyusuri jalanan pulang sendirian tanpa ada teman yang mendampinginya. Bahkan Vidya pun langsung pulang saja tanpa mengantarkan Zelina pulang, ya karena rumah yang ditempati oleh Zelina berada jauh dari rumah Vidya dan berbeda arah. Selain itu tumben kak Azka tidak megantarkannya pulang, karena kak Azka yang tak tahu entah kemana.Zelina melihat kanan kiri jalanan sambil menyalakan senter ponselnya yang tak begitu terang. Bulu kudukku pun terangkat dan merinding.“Gak ada orang lagi, mana sepi pula jalannya,” gerutu Zelina di sepanjang jalan.“Kresekkk….kressekkkk…..”Zelina menoleh ke belakang mencari sumber suara. Namun saat dirinya menoleh, justru tidak ada apa-apa. ia pun melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang cepat.“Duh, lowbat lagi,” gerutu Zelina sambil meliha
Suasana pagi yang bersinar cerah ternyata tak sama dengan suasana hati Zelina kali ini. Bagaimana tidak, hatinya berkecamuk kesal dan bahagia. Bahagia bisa bertemu lagi, kesal jika terus saja mengingat masa kelam bersama Sena. Entahlah. Dirinya sudah beberapa hari berada di keluarga Pradipta. Mekipun belum sah dijuluki mrs. Sena. Akan tetapi berkat kegiatan ini, dirinya bisa menjadi bagian dari keluarga Sena. Hari ini dirinya mulai nimbrung di dapur iBu Astri. Meskipun dirinya tidak ahli dalam dunia masak memasak, akan tetapi demi menjaga nama baik dan harga diri.“Biar ina saja bu yang memotong bawangnya,”ucap Zelina.“Yaudah. Oh ya ina, ibu mau bangunin bapak dulu. kamu lanjutin masaknya ya, nanti ibu kesini lagi.”jawab Bu Astri sambil menyodorkan pisau dan sayuran kepada Zelina.“Iya bu, “jawabnya sambil tersenyum kea rah Bu Astri.Bu Astri pun menyodorkan pisau dan bawang putih ke arah Zelina untuk dipotong po
“Zel , lo yakin sama keputusan lo?” tanya vidya.“Iya vid, udah deh tenang aja,”jawab Zelina.“Tapi Zel…,”tanya vidyaNamun terpotong oleh Zelina.“Vid, lo gak yakin sama sobat lo ini?” tanya Zelina dengan penuh penekanan.“Iya Iya, gue yakin kok lo bisa nanti,”jawab vidya pasrah.“Nah gitu dong, ini baru sobat gue. thank ya vid. Pulang ke kota, gue traktir lo es krim deh,”ucap Zelina Senang sambil memeluk vidya.“Beneran?”tanya vidya penasaran.“Hmm, es krim paddle pop, hahahha,”jawab Zelina.Keduanya kini melenggang pergi menuju balai desa untuk mendapatkan pembekalan dan juga pelaporan. Tak hanya itu, katanya pun juga ada tamu yang bakal mengisi acara hari ini di balai desa. Sepanjang perjalanan keduanya tertawa riang seakan tak ada beban. Dan sampailah di balai desa, dimana semua peserta dan panitia telah berk
Zelina sudah sadar satu jam yang lalu. Namun dirinya masih enggan untuk membuka matanya. Tidak hanya itu, ia bahkan melihat kekhawatiran dari seorang Sena.“Zelina, bangun. Maafkan saya Zelina,”ucap Sena.Zelina hanya diam saja tanpa menanggapi Sena. Sesekali tangan Sena menyelipkan rambut Zelina yang menutupi wajahnya. Bahkan Sena juga mengompres tubuh Zelina, karena sedari tadi tubuh Zelina terasa panas.“Zel, saya tahu kamu sebenarnya udah sadar. Ayo bangun zel, jangan bikin saya jadi khawatir gini,”ucap Sena.Sena terus saja mengoceh tak jelas. sesekali dirinya juga mencium puncak tangan Zelina. karena tak kuat melihat Sena dan merasa geli . Zelina pun akhirnya membuka matanya perlahan. Dia pun mulai melancarkan dramanya.“Gue dimana, auhh,”ucapnya sambil memegang kepalanyaZelina hendak bangun dari tidurnya. Namun Sena, yang mendengar lenguhan Zelina lalu membantu Zelina untuk duduk.
“Jadi gitu ceritanya?” tanya Vidya. “Sebenarnya masih ada banyak yang gue sembunyikan dari lo Vid, gue gakmau lo jauhin atau bahkan benci sama gue,”batin Zelina. Zelina hanya menjawab dengan anggukan. Sedangkan Vidya semakin penasaran apa yang terjadi dengan keduanya sebelumnya. “Zel, lo tapi gak sampe di emmmm itu kan ?” tanya Vidya ambigu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Sedangkan Zelina yang lemot loading lama alias lola, ia masih saja tidak mampu mencerna pertanyaan dari Vidya barusan. “Diapain sih Vid?” tanya Zelina tidak jelas. “Gitu emm itu, secara pak Sena normal, dan lo kan juga cantik. mana ada ada sih yang gak nafsu sama lo, “Frontal banget sih lo vid. Ya …gue gaktau, secara gue udah kek nyaman gitu di peluk. Dan gue gaktau lagi apa yang te
Sena sukses mampu membuat Zelina yang sedari tadi mengoceh tak jelas menjadi diam. Mata Zelina seolah terhipnotis dengan pemandangan indah yang ada di depannya. Apalagi dilihat dari kejauhan di tempat yang tinggi. Hutan yang asri dengan berbagai macam warna dan pengunjung yang berseliweran di sekitarnya. Sena yang kini duduk di samping Zelina, berupaya mendekat. Kini jarak keduanya cukup tipis, namun Zelina tidak sadar akan hal itu. ia sibuk mengabadikan view yang ada di depannya.“Suka?”tanya Sena.Zelina hanya mengangguk pelan. Sena hanya bisa mengulas senyumnya. Bukan Sena kalau tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Ia meletakkan pelan kepalanya di pundak Zelina. membuat pemiliknya terkejut.“Eh,”ucap Zelina singkat.“Sebentar saja Zelina,”pinta Sena.Kini pundak Zelina adalah tempat ternyaman kedua bagi Sena setelah kasur. ia pun juga memejamkan kedua matanya. Berbeda dengan Zelina yang
“Dengan berat hati saya putuskan, bahwa kamu tidak bisa mengikuti dan melanjutkan acara in lagi “ucap salah satu panitia acara. Zelina mengulas senyumnya. Dalam hatinya bersorak gembira tanpa ada kekecewaan. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. “Okay gue terima, gue juga sebenarnya dari awal gak niat buat ikut nih acara gak jelas ini, thanks buat semuanya,” Zelina berdiri dari kursinya dan melangkah keluar dari ruang rapat. Senyumnya masih terulas di sudut bibirnya. “Akhirnya gue bisa juga pergi dari sini, “ ucap Zelina Ia berjalan keluar dari halaman balai desa dan menuju pulang. sebenarnya ia berencana untuk menghindari Sena, namun kali ini ia tidak bisa. Sena yang mengetahui Zelina pun lalu keluar dari mobilnya dan menghampiri Zelina. “Gimana? Kamu gapapa kan?” tanya Sena khawatir. “Gue gapapa, bisa minggirin tangan lo gak?”keluh Zelina. “Kamu bener gak dihukum kan? kamu gak dipukul kan sama mereka?” tanya Sena khawatir. “Ishhh, gue gapapa Sena. gue baik baik aja. Mending
Sena sukses mampu membuat Zelina yang sedari tadi mengoceh tak jelas menjadi diam. Mata Zelina seolah terhipnotis dengan pemandangan indah yang ada di depannya. Apalagi dilihat dari kejauhan di tempat yang tinggi. Hutan yang asri dengan berbagai macam warna dan pengunjung yang berseliweran di sekitarnya. Sena yang kini duduk di samping Zelina, berupaya mendekat. Kini jarak keduanya cukup tipis, namun Zelina tidak sadar akan hal itu. ia sibuk mengabadikan view yang ada di depannya.“Suka?”tanya Sena.Zelina hanya mengangguk pelan. Sena hanya bisa mengulas senyumnya. Bukan Sena kalau tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Ia meletakkan pelan kepalanya di pundak Zelina. membuat pemiliknya terkejut.“Eh,”ucap Zelina singkat.“Sebentar saja Zelina,”pinta Sena.Kini pundak Zelina adalah tempat ternyaman kedua bagi Sena setelah kasur. ia pun juga memejamkan kedua matanya. Berbeda dengan Zelina yang
“Jadi gitu ceritanya?” tanya Vidya. “Sebenarnya masih ada banyak yang gue sembunyikan dari lo Vid, gue gakmau lo jauhin atau bahkan benci sama gue,”batin Zelina. Zelina hanya menjawab dengan anggukan. Sedangkan Vidya semakin penasaran apa yang terjadi dengan keduanya sebelumnya. “Zel, lo tapi gak sampe di emmmm itu kan ?” tanya Vidya ambigu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Sedangkan Zelina yang lemot loading lama alias lola, ia masih saja tidak mampu mencerna pertanyaan dari Vidya barusan. “Diapain sih Vid?” tanya Zelina tidak jelas. “Gitu emm itu, secara pak Sena normal, dan lo kan juga cantik. mana ada ada sih yang gak nafsu sama lo, “Frontal banget sih lo vid. Ya …gue gaktau, secara gue udah kek nyaman gitu di peluk. Dan gue gaktau lagi apa yang te
Zelina sudah sadar satu jam yang lalu. Namun dirinya masih enggan untuk membuka matanya. Tidak hanya itu, ia bahkan melihat kekhawatiran dari seorang Sena.“Zelina, bangun. Maafkan saya Zelina,”ucap Sena.Zelina hanya diam saja tanpa menanggapi Sena. Sesekali tangan Sena menyelipkan rambut Zelina yang menutupi wajahnya. Bahkan Sena juga mengompres tubuh Zelina, karena sedari tadi tubuh Zelina terasa panas.“Zel, saya tahu kamu sebenarnya udah sadar. Ayo bangun zel, jangan bikin saya jadi khawatir gini,”ucap Sena.Sena terus saja mengoceh tak jelas. sesekali dirinya juga mencium puncak tangan Zelina. karena tak kuat melihat Sena dan merasa geli . Zelina pun akhirnya membuka matanya perlahan. Dia pun mulai melancarkan dramanya.“Gue dimana, auhh,”ucapnya sambil memegang kepalanyaZelina hendak bangun dari tidurnya. Namun Sena, yang mendengar lenguhan Zelina lalu membantu Zelina untuk duduk.
“Zel , lo yakin sama keputusan lo?” tanya vidya.“Iya vid, udah deh tenang aja,”jawab Zelina.“Tapi Zel…,”tanya vidyaNamun terpotong oleh Zelina.“Vid, lo gak yakin sama sobat lo ini?” tanya Zelina dengan penuh penekanan.“Iya Iya, gue yakin kok lo bisa nanti,”jawab vidya pasrah.“Nah gitu dong, ini baru sobat gue. thank ya vid. Pulang ke kota, gue traktir lo es krim deh,”ucap Zelina Senang sambil memeluk vidya.“Beneran?”tanya vidya penasaran.“Hmm, es krim paddle pop, hahahha,”jawab Zelina.Keduanya kini melenggang pergi menuju balai desa untuk mendapatkan pembekalan dan juga pelaporan. Tak hanya itu, katanya pun juga ada tamu yang bakal mengisi acara hari ini di balai desa. Sepanjang perjalanan keduanya tertawa riang seakan tak ada beban. Dan sampailah di balai desa, dimana semua peserta dan panitia telah berk
Suasana pagi yang bersinar cerah ternyata tak sama dengan suasana hati Zelina kali ini. Bagaimana tidak, hatinya berkecamuk kesal dan bahagia. Bahagia bisa bertemu lagi, kesal jika terus saja mengingat masa kelam bersama Sena. Entahlah. Dirinya sudah beberapa hari berada di keluarga Pradipta. Mekipun belum sah dijuluki mrs. Sena. Akan tetapi berkat kegiatan ini, dirinya bisa menjadi bagian dari keluarga Sena. Hari ini dirinya mulai nimbrung di dapur iBu Astri. Meskipun dirinya tidak ahli dalam dunia masak memasak, akan tetapi demi menjaga nama baik dan harga diri.“Biar ina saja bu yang memotong bawangnya,”ucap Zelina.“Yaudah. Oh ya ina, ibu mau bangunin bapak dulu. kamu lanjutin masaknya ya, nanti ibu kesini lagi.”jawab Bu Astri sambil menyodorkan pisau dan sayuran kepada Zelina.“Iya bu, “jawabnya sambil tersenyum kea rah Bu Astri.Bu Astri pun menyodorkan pisau dan bawang putih ke arah Zelina untuk dipotong po
“Duh, mana sih rumahnya. Mana gelap lagi,” ucap Zelina sambil menyusuri jalanan pulang.Zelina menyusuri jalanan pulang sendirian tanpa ada teman yang mendampinginya. Bahkan Vidya pun langsung pulang saja tanpa mengantarkan Zelina pulang, ya karena rumah yang ditempati oleh Zelina berada jauh dari rumah Vidya dan berbeda arah. Selain itu tumben kak Azka tidak megantarkannya pulang, karena kak Azka yang tak tahu entah kemana.Zelina melihat kanan kiri jalanan sambil menyalakan senter ponselnya yang tak begitu terang. Bulu kudukku pun terangkat dan merinding.“Gak ada orang lagi, mana sepi pula jalannya,” gerutu Zelina di sepanjang jalan.“Kresekkk….kressekkkk…..”Zelina menoleh ke belakang mencari sumber suara. Namun saat dirinya menoleh, justru tidak ada apa-apa. ia pun melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang cepat.“Duh, lowbat lagi,” gerutu Zelina sambil meliha
“Lo mau kemana zel?”tanya Vidya.“Ikut lo, kita kan sekelompok,”jawab Zelina.“Kita tuh emang sekelompok, tapi kan beda tempat,”ucap Vidya.“Yaelah vid, terus gue dimana dong?”ucap Zelina.“Entah,”ucap Vidya sambil mengangkat bahunya.Zelina pun hanya mendengus mendengar jawaban dari temannya. pasalnya dirinya lupa mendapat bagian dimana. Malam itu waktu pembagian kelompok dan tempat mengabdi, dirinya justru tertidur tidak mendengarkan. Dan sekarang, dirinya bingung harus kemana dirinya pergi. Mau tidak mau harus tanya lagi ke panitia.“Gue duluan zel, bye , bye,”ucap Vidya lalu pergi.“Hmmm,”jawab Zelina.Vidya yang sudah tahu kemana dirinya pergi, akhirnya pun meninggalkan Zelina sendirian. Sedangkan Zelina pun lalu menghampiri si panitia untuk tanya kemana dirinya ditempatkan.“Kak Azka.”“Iya Zelina, ken
Sena.Jalanan yang ramai berlalu lalang dihiasi dengan kerlip cahayanya. Bintang yang bertaburan di langit pun juga menyapa Sena pada malam ini. Tak lupa lagu yang terdengar lirih dalam mobil menambah suasana kegalauan Sena. Lagu favoritnya semenjak mengenal Zelina. Entah mengapa salah satu lagu dari penyanyi yang tersohor dengan ciri khas nadanya yang tinggi itu, dengan judul putus atau terus. Lagu itu mewakili keadaannya sekarang. Sepulang dari rumah Zelina dirinya sengaja untuk tidak pulang ke rumahnya. Melainkan dirinya mencari udara segar di luar.“Drrrtt….drttt.”Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia pun meraih dan membacanya.“Ibu,”ucapnya saat dirinya membaca sekilas.Merasa gagal focus. Ia pun lalu berhenti di pinggir jalan untuk membuka pesan dari ibunya.“Tumben ibu nyuruh pulang,”ucapnya sambil tertawa getir.Dengan perasaan yang campur aduk dirinya pun lalu melenggang pulang m