Suara tembakan dan kaca pecah itu sudah pasti menarik perhatian penghuni isi rumah, terutama para body guard. Tentu juga menarik perhatian Dego.
“Rum!” teriak Dego terkejut mendengar suara tembakan dan kaca pecah itu.
Dua body guard penjaga halaman belakang langsung menoleh ke asal suara itu berasal. Mereka mendapati laki-laki bertopeng terjungkal di rerumputan. Dengan segera mereka berlari menghampiri.
Menyadari itu Rumi langsung beranjak sebelum dua body guard tersebut me
“Seharusnya kalian itu bilang kalau membuat rencana kayak begini. Tahu begini kan gue bisa langsung masuk mobil sendiri.” Rumi menendang pantat Kris, Boni dan Dego secara bergantian.“Ya kan … kapan lagi gue bisa mukul lo, Bro.” Kris mengumpat tawa saat berhasil diapit Rumi.Lalu suara tawa berhamburan menggeluti mereka berempat.Iya, dua laki-laki yang membawa Rumi saat itu adalah Kris dan Boni. Diam-diam tanpa sepengetahuan Rumi, Dego telah mempekerjakan mereka sebagai agen rahasia. Tentu saja mereka berdua akhirnya tahu, sosok di balik Mas Ganteng.“Jadi ini sosok di balik raja judi berkode nama Mas Ganteng itu?” Kris memandangi Rumi.“Kenapa eman
Seikat bunga lavender tampak menggantung di bilik telepon merah. Seseorang dipastikan sengaja meletakkannya di sana untuk perempuan penghuni perpustakaan tua berjulukan Putri Tidur.Siapakah seseorang yang sengala meletakan bunga lavender tersebut?Pagi-pagi sekali seperti biasa, Opung akan memungut koran langganannya di kotak surat. Ketika itu dia mendapati seikat bunga lavender tanpa nama pengirim menggantung di bilik telepon merah. Tentu saja kemunculan bunga levender itu membuatnya bertanya-tanya.“Kok ada bunga lavender di sini? Dari siapa? Perasaan hari ini aku dan Gerta belum ke pasar pinggiran.” Opung bertanya pada dirinya sendiri seraya celingukan ke sekitar.Tak mendapati seseorang, Opung kemudian memutuskan melangkah mas
Di tengah-tengah menikmati sarapan, tiba-tiba tayangan berita dari televisi mengalihkan Opung dan Gerta.“Kabar duka tengah menyelimuti ibu kota sejak dini hari tadi. Salah seorang perwira tinggi kepolisian ibu kota bernama Jenderal Qomar ditemukan tak bernyawa di ruangan kerjanya seusai melakukan rapat direksi. Penyidik menemukan bekas suntik di tengkuk lehernya dan menemukan barang bukti berupa jarum suntik yang tergeletak di TKP. Kepolisian penyidik kemudian menyimpulkan kematiannya adalah pembunuhan yang disengaja. Namun, untuk mengetahui penyebab dari kematiannya, saat ini masih menunggu hasil otopsi dari rumah sakit. Saat ini penyelidikan masih berlangsung di TKP untuk pencarian bukti-bukti baru.”Gerta dan Opung menganga terkejut mendengar berita duka tersebut.
Dego menganga mengamati sikap aneh Rumi. “Gerta? Gimana lo tahu kalau Putri Tidur itu namanya Gerta? Lo kan masih baca bukunya sampai di bab dua.” Dia memandangi buku yang dipegang Rumi masih membuka halaman bab dua.Rumi menelan ludah.Kecurigaan Dego pun semakin menjadi. “Nama Gerta muncul di bab lima loh, Rum. Lo juga baru sepuluh menit baca. Nggak mungkin lo bisa secepat itu membaca.”“Cara baca gue memang cepat, kok. Nggak kayak lo.” Rumi berkilah.“Yakin? Gue nggak percaya. Seumur-umur gue kenal lo, gue nggak pernah lihat lo baca buku.” Dego menatap Rumi penuh selidik.Rumi mendengkus kesal. “Gue pernah baca, kok. Lo aja yang nggak pernah
Tangan kanan Zuldan mengepal kuat, matanya memerah tak bisa membendung tangis dan napasnya tersengal oleh isak tangis. Hatinya benar-benar berkecamuk hebat. Rasanya dia ingin sekali menghancurkan sesuatu yang ada di sekitarnya. Namun, tertahan oleh rangkulan ayahnya.Baru beberapa hari kemarin Zuldan berbincang dengan Jenderal Qomar di ruangan yang saat ini ternyata telah menjadi TKP, membicarakan tentang sebuah rahasia yang belum tuntas dijelaskan. Sementara ada banyak hal yang masih ingin dia tanyakan dan ingin dia sampaikan, tetapi ….Bajingan macam apa yang sudah berani membunuhnya dengan keji? Aku pasti akan menangkapnya dengan tanganku sendiri. Pembunuh itu harus membayar perbuatannya hari ini. Zuldan akan memastikan menangkap dan mengungkap pembunuhan itu.
“Ada dua kemungkinan dugaan pelakunya menurut gue. Pertama adalah pemeran utama perjudian rahasia itu. Kedua adalah rekan-rekan yang terlibat,” terka Zuldan.“Rekan-rekan yang terlibat? Gimana bisa? Pak Qomar aja memutuskan menyerahkan diri dengan bungkam.” Hanan tak mengerti.Zuldan mengernyit. “Tapi nggak ada yang tahu Pak Qomar akan menyerahkan diri, Han. Kecuali lo sekarang ini.”“Brarti ada orang yang mengetahui rencana penyerahan diri Pak Qomar tepat setelah pengakuan Pak Qomar ke lo.” Hanan memicing menerka kemungkinan benang merahnya.“Lo udah memeriksa riwayat panggilan telepon Pak Qomar?” tanya Zuldan dengan napas memburu, seperti menemukan titik kuncinya.
“Siswo Barac.” Serempak mereka berempat dapat menebak pemilik suara tak dikenal itu akhirnya.“Akhirnya senjata kita berikutnya muncul,” ucap Rumi.Seperti yang sudah direncanakan Rumi sebelumnya, jika dia akan membuat senjata berikutnya lewat penyelundupannya ke rumah Soebahir. Senjata itu rupanya sudah berhasil tercipta saat ini—rekaman yang akan menjadi harga mati berikutnya Soebahir dan Siswo Barac.“Tapi …gimana Siswo Barac bisa mengetahui situs perjudian ini? Siswo Barac kan nggak ada dalam daftar orang-orang yang terlibat dalam perjudian ini,” tanya Boni.Benar, dalam daftar orang-orang yang terlibat perjudian di situs MG, nama Siswo Barac tidak ada di dalamnya. Lalu bagaimana Siswo Barac
Hari itu perjumpaan kembali terjadi. Rumi memenuhi janjinya untuk menemui Gerta. Kali ini keadaan tampak berbalik di pasar pinggiran—Rumi terlihat asyik mengintip Gerta di sela-sela kerumunan orang dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya.Rumi tampak berjalan membelah kerumunan dari arah Timur, sedangkan Gerta berjalan membelah kerumunan dari arah Barat. Mereka berjalan berlawanan dengan saling pandang dan senyum malu-malu.Masih seperti biasa, Gerta pun selalu cantik dengan gaun putihnya. Kali ini dia memakai shift dress putih sepanjang lutut. Dia juga sudah mulai menyukai keramaian pagi di pasar pinggiran. Suara orang sahut menyahut dan kerumunan orang membuatnya seperti menemukan kebebasannya.