Beranda / Romansa / Mas Duda Nyebelin / 98. Pulang Dadakan

Share

98. Pulang Dadakan

Penulis: helloimironman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sean mengernyitkan keningnya saat melihat mobil Sedan hitam terparkir tepat di depan perkarangan rumah orang tua Heera. Sedikit tergesa Sean turun dari mobilnya lalu berjalan cepat memasuki perkarangan rumah Heera.

Tidak sabar untuk melihat siapa gerangan pemilik mobil Sedan itu. 

Langkah cepat Sean terhenti, pria itu membantu ketika melihat dari jendela Heera yang sedang memeluk seorang cowok di dalam sana. Lidah Sean kelu, kakinya pun tak mampu melangkah lagi. Meski cowok itu membelakanginya, tapi di lihat dari postur tubuhnya, Sean jelas mengenal. Kalau bukan Arta siapa lagi yang sangat mengincar Heera selain dirinya?

Sean mendengus, bibirnya melengkungkan senyum miris. Pantas saja Heera tidak mengangkat teleponnya sedari tadi, jadi ini alasannya?

Sesak, dan juga pernih. Ternyata, patah hati tidak pandang umur. Tua atau muda, sama saja sesak dan sakitnya. Sean menunduk, sepertinya ia tidak mampu lagi untuk melanjutkan langkanya untuk masuk ke

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Banat Mufiqhurrohmah
cerita y bagus
goodnovel comment avatar
Murni Aty
salah faham deh om sean.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mas Duda Nyebelin   99. Kangen Tante Heera

    Sean menatapi Anjani yang sibuk mengganti kompres air es lalu mengecek suhu tubuh Keenan. Keenan masih demam, anak itu juga sedang tertidur ketika Sean datang. "Maaf sudah merepotkan, Jan." Anjani menatap Sean, lalu terkekeh pelan. "Santai saja sih, Om! kayak sama siapa aja deh, aku kan juga bunda nya Keenan." Sudah menjadi ciri khas Anjani kalau cewek itu baik hati dengan siapa saja. Kepada Sean pun ia tidak ada canggung - canggung nya meski pernah menjadi istri yang di khianati. Anjani tipe wanita yang mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, ia selalu pasrah kepada takdir Tuhan. Karena menurutnya, semua yang terjadi saat ini pasti sudah menjadi kehendak dan tidak bisa ia ubah. Alasan mengapa Anjani iklas membiarkan Sean bersama Yuna, karena Anjani yakin Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan untuknya dan Sean di jalan yang berbeda. Terbukti, kini Sean bahagia bersama Keenan, dan Anjani bersama Langit. "Kata Mamah, Om Sean habis dar

  • Mas Duda Nyebelin   100. First War

    Heera berdiri di atas balkon kamarnya dengan gelisah, matanya tertuju ke arah rumah Sean sejak ia berdiri di lantai marmer balkonnya itu. Sore tadi ia di antar sampai depan gerbang kosan oleh Arta, dan pemuda itu langsung pergi setelah mengantarnya. Tadi, selepas turun dari mobil Arta, Heera langsung berlari menuju rumah Sean, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Setelah teringat kalau Keenan sedang menginap di rumah orang tua Sean, Heera segera memanggil taksi dan pergi menuju rumah calon mertuanya itu. Tapi apa yang terjadi? Penjaga rumah Lucia dan Adi mengatakan bahwa sepasang suami-istri itu sedang keluar kota. Heera panik. Ponsel Sean mati sejak tadi, dan Heera tidak tahu dimana Sean dan Keenan berada sekarang. "Mas Sean!" gumam Heera ketika mendapati mobil Sean yang datang dari kejauhan sana. Segera Heera berlari keluar kamar dan menghampiri Sean yang baru saja datang. "Hati-hati, Ken." "Iya,

  • Mas Duda Nyebelin   101. Hardin?

    Sudah 3 hari Heera menghindari Sean. Ia juga tidak bermain dengan Keenan karena ia bukan lagi babysitter dari anak itu. Tetapi setiap pagi Heera selalu mengintip dari tepi jendela kamarnya, mengantar kepergian Sean dan Keenan melalui sepasang mata yang bersembunyi di balik tirai gorden.Heera membuang napas, merasa sumpek seharian di kamarnya. Tidak ada kegiatan lain selain rebahan, menonton drama dan menyanyi lagu random yang tiba-tiba melintas di kepala.Tubuh Heera menegak, ia merenggang pinggangnya sesaat kemudian beranjak bangkit dari tempat tidur. Berjalan keluar dari kamar, sepi. Televisi bahkan mati, para penyewa kamar kost sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Karena tidak ada yang bisa Heera ajak bicara, akhirnya cewek itu beranjak keluar dari kosan sambil memasang earphone di kedua telinga. Kebetulan sepeda milik Jessi sedang nganggur di luar. Heera memutuskan untuk berkeliling komplek menggunakan sepe

  • Mas Duda Nyebelin   102. Kepergok

    "Kamu yakin bisa jagain Keenan?" Sean menatap Hardin dengan pandangan meragukan. Adik sepupunya yang sedang menikmati hari liburnya di Indonesia itu mendadak menawarkan diri untuk menjaga anaknya karena sampai saat ini Sean belum mendapatkan babysitter pengganti setelah Heera resign. "Yakin, bang. Kalau ngerawat Keenan doang aku bisa." jawab Hardin dengan semangatnya. Berusaha membuat Sean yakin. Sean menghembuskan napas pendek, "Kalau kamu mau menginap di sini, kamu bisa pakai kamar tamu." ujar Sean menimbulkan senyuman lebar dibibir Hardin. "Memang boleh, bang?" Sean mengangguk, "Saya juga tidak tega melihat kamu bulak-balik Jakarta - Bogor." katanya. "Kamu libur sampai kapan?" imbuh Sean, pasalnya saat ini Hardin hanya sedang libur semester saja, setelah liburannya selesai cowok itu akan kembali terbang ke Singapore. "Aku libur tiga bulan, tapi bulan depan rencananya aku balik ke S

  • Mas Duda Nyebelin   103. Kecewa

    Heera tidak mengira bahwa sebuah kesalahan pahaman kecil akan menjadi besar seperti ini. Hanya karena mulut besar Jessi nama baiknya berada di ujung tanduk. Saat ini Sean dan Heera duduk di sofa ruang tengah, berada di tengah-tengah penyewa kosan dan bu Riska serta suaminya yang sedang melakukan wawancara. Dan sialnya, orang tua Sean sedang menuju kemari karena di panggil langsung oleh Bu Riska untuk meluruskan masalah. Padahal mulut Heera hampir berbusa karena menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Heera juga sudah membujuk Bu Riska untuk membicarakan hal ini tanpa melibatkan kedua orang tua Sean, tapi sayangnya, bu Riska tidak sependapat. "Astaga, Bu, aku sama mas Sean cuma lagi bercanda aja tadi." Entah sudah yang keberapa kali kalimat itu keluar dari bibir mungil Heera. Jessi yang berdiri di belakang bu Riska langsung memasang wajah protes, "Tapi tadi gue denger ya lo bilang... Ahh, mas Sean.. Geli..." tiga kalimat di akhir Jessi ucapkan sambil meniru suar

  • Mas Duda Nyebelin   104. 'Yes, I Do.'

    "Nyalain lilinnya!" Jessi menepuk pundak Anin yang baru saja berteriak menyuruhnya untuk menyalakan lilin. "Pelan-pelan ngomongnya, nanti Heera dengar!" bisik Jessi galak. Gadis itu mendekat ke Lucia kemudian menyalakan lilin yang menancap di atas kue tar berwarna coklat dengan tulisan 'Happy birthday Heera!' diatasnya. "Nek, boleh aku yang pegang kuenya." Keenan yang baru saja datang lima menit lalu sangat antusias ingin ikut merayakan ulang tahun Heera. Ya, semua hanya rekayasa. Sebenarnya, Jessi, Sean dan semua yang ada di kosan sedang mengerjai Heera yang hari ini sedang bertambah umur. "Boleh dong, sayang. Tapi, hati-hati." Dengan hati-hati Lucia mengoper kue di tangannya ke tangan mungil Keenan. Dengan langkah pelan mereka mulai mendekati kamar Heera. Jessi memegang knop pintu kamar Heera, menghitung sampai tiga tanpa suara kemudian membukanya. Dan dengan kompak mereka menyanyikan lagu ulang tahun. "

  • Mas Duda Nyebelin   105. Assisten Pribadi?

    "Secepatnya mas akan membawa keluarga mas bertemu ibu dan adik kamu."Keseriusan Sean pada hubungannya dengan Heera tidak perlu di ragukan lagi. Dua jam setelah mengikat Heera menjadi calon pengantinnya, pria itu langsung bersedia membawa keluarganya untuk menemui keluarga Heera.Tapi, kesiapan Heera belum sepenuhnya matang. Masih ada yang cewek itu ragukan. Sebagai anak pertama dan tulang punggung keluarga, tentu saja Heera sedikit keberatan jika harus menjadi seorang istri dalam waktu dekat ini.Heera takut, setelah ia menikah nanti, ia tidak bisa lagi memberikan nafkah kepada ibu dan adiknya. Heera takut Sean akan melarangnya untuk bekerja dan hanya boleh mengabdi sebagai seorang ibu rumah tangga saja.Masih banyak keinginan Heera yang belum tercapai. Jujur saja, Heera bahkan belum berhasil mensejahterakan keluarganya dengan hasil keringatnya sendiri."Apa gak terlalu kecepatan, mas? Ak

  • Mas Duda Nyebelin   106. Sayangnya, Tidak Ada Yang Bisa Menyaingi

    Sean: Sayang, kalau kamu lagi senggang bisa tidak buatkan aku bekal makan siang?Alasan mengapa saat ini Heera sibuk berkutat di dapur milik Sean adalah karena pesan pria itu yang masuk ke ponselnya tiga puluh menit lalu. Sudah pasti Heera tidak bisa mengabaikan permintaan Sean. Hei, dia seorang pengangguran sekarang, waktunya selalu senggang tanpa kegiatan.Ya, dari pada hanya rebahan di kosan. Lebih baik Heera membuatkan Sean makan siang, setidaknya ia melakukan hal yang lebih berguna. Dan sudah pasti akan menyenangkan Sean karena kalau Sean senang, Heera juga ikut senang."Masak, Ra?"Heera tertegun lalu menoleh. Gadis itu praktis tersenyum kecil ketika mendapati Hardin yang berjalan menghampirinya.Ini sudah hari ketiga Hardin menginap di rumah Sean. Bertemu Heera setiap hari membuat mereka dekat tanpa memakan waktu yang lama. Apa lagi jarak umur mereka terpaut tidak begitu jauh.

Bab terbaru

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part [Tamat]

    Sean menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya beserta sang istri. Dengan tak sabaran pria itu menanggalkan daster Heera yang kenakan. Melihat gunung kembar Heera yang menganggur didepan mata, segera ia gunakan mulut serta tangannya untuk bekerja. Tidak perlu di jelasin apa yang Sean lakukan saat ini, karena ya, memang yang sedang pria itu lakukan sesuai dengan isi kepala kalian sekarang. Heera melenguh di antara tidurnya. Tentu wanita hamil itu tertegun saat membuka mata dan mendapati Sean sedang bersarang di tempat favorit suaminya. Memasuki bulan kelahiran, Sean dan Heera sepakat untuk puasa alias tidak melakukan hubungan badan. Tapi tetap saja, soal menyusu sudah menjadi aktivitas rutin Sean setiap malam. Terkadang Heera juga memuaskan suaminya itu dengan segala cara yang bisa ia lakukan. Tangan Sean bekerja dengan baik saat ini, memijat dan memainkan payudara sintal sang istri yang makin membesar karena efek kehamilan. Gairah Sean tak terelakkan begitu mendengar desahan H

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 10

    Beberapa Tahun Kemudian... "Pegang tangan abang, Kel." perintah Keenan sambil tersenyum lembut, ia lantas menggenggam erat tangan mungil sang adik kesayangannya dengan sigap setelah mereka keluar dari mobil. Saat ini kakak beradik itu tengah berjalan menuju sebuah taman kanak-kanak tempat Keela bersekolah. Ya, Shakeela Isyana Rangadi, putri kedua Sean dan Heera. "Ayah, ayo cepetan." ujar Keela dengan suara menggemaskan. Ia tidak sabaran ingin bertemu teman-temannya, sementara Sean sedang mengeluarkan tas dan totebag berisi kotak bekal yang Heera buatkan untuk Keela. "Sabar dong, Sayang. Ayo, pegang tangan ayah." Sean menyampirkan tas berwarna pink milik Keela ke pundaknya, lalu tangan kanannya yang bebas ia gunakan untuk menggandeng tangan mungil Keela. Sambil dituntun dua bodyguard yang selalu menjaganya Keela berjalan memasuki halaman sekolahnya, seorang guru menyapanya dengan senyum manis seperti biasa. "Pagi, Keela." "Pagi, Bu Vira." jawab Keela setelah menyalimi tangan sang

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 9

    "Kamu di mana, Ra?" Heera merapatkan bibirnya, mendengar suara rendah Sean, sepertinya pria itu sudah menunggunya pulang di rumah."Aku masih di mall, mas.""Masih sama Jessi?" Beberapa detik Heer terdiam, pandangannya menoleh ke arah Jessi dan dua pria yang baru saja dikenalnya. Yang satu teman kencan Jessi, yang satu lagi adalah teman dari teman kencannya Jessi. "I-iya, masih dong." Heera tak berbohong, ia memang masih bersama Jessi, hanya saja istri Sean itu tidak berterus terang kalau ada dua pria yang bersamanya sekarang. "Pulang. Keenan nyariin kamu. Mas tunggu." ucapan Sean yang menekan disetiap kalimat dan langsung mematikan sambungannya begitu saja membuat Heera membatu di tempat. Heera takut, kenapa Sean bersikap demikian? Apa ia mengetahuinya? Kepala Heera spontan menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari radar Sean, tapi tidak menemukan. "Siapa?" Rakha, pria yang duduk dihadapan Heera bertanya saat melihat kepanikan yang melanda wajah Heera. "Suami aku. Aku udah disuruh

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 8

    "Mas, aku boleh keluar gak sama Jessi?" Heera bertanya, menatap dengan pandangan sedikit ragu kearah Sean yang baru saja mendudukan diri di atas sofa. Ini sudah sore, dan Sean baru bangun dari tidurnya. Pria itu langsung istirahat setelah menyetir perjalanan panjang dari rumah mertuanya. "Mau kemana, Sayang?" tanya Sean sambil mengusak rambutnya yang sedikit aut-autan. Melihat itu, tangan Heera jadi gatal dan ikut merapikan rambut sang suami. "Mau jalan aja, udah lama juga aku gak jalan sama Jessi." jawab Heera. Sean manggut-manggut. Semenjak menikah, Heera memang jarang keluar bersama temannya, selain karena kadang Sean larang, tapi Heera juga memikirkan Keenan. Siapa yang akan menjaga anak itu jika ia pergi? Meski beberapa kali Heera mengajak Keenan saat ngumpul bersama temannya. Itu pun kalau Sean izinkan."Ngajak Keenan?" tanya Sean. Heera terdiam sesaat, sebelum menggeleng perlahan. "Kasihan Keenan habis pergi jauh, lagian kan ada Mas di rumah." Alasan Heera menerima tawaran J

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 7

    "Gimana ngurus suami sama anak kamu, gak ada kesulitan, kan?" Heera yang sedang menyiram tanaman di halaman lantas menoleh ke arah Prima yang lagi duduk di kursi teras. Sebelum menjawab, Heera tertawa kecil lebih dulu. "Gak ada kok, Bu. Mas Sean sama Keenan gampang diurusnya." jawab Heera dengan nada guyon. "Coba kamu duduk sini dulu bentar, Ra." perintah Prima, meminta Heera untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya. Saat ini di rumah hanya ada mereka berdua karena Keenan, Sean dan Rahel sedang bersepeda. Kebetulan sekarang sudah sore, cuacanya cocok untuk bermain di luar rumah. Tanpa membantah, Heera mematikan keran air lebih dulu kemudian duduk di sebelah sang Ibu. Raut wajah Heera tampak serius mengikuti mimik milik Prima. "Ada apa, Bu?" tanya Heera penasaran. Tidak biasanya sang Ibu tampak hendak membicarakan hal serius begini. "Tadi Sean minta di do'akan supaya kamu cepat isi. Memangnya kamu sudah siap memberikan Sean

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 6

    "Masih sakit perutnya, Sayang?"Heera yang sedang memainkan ponselnya di atas ranjang spontan menoleh dan mendapati Sean yang baru saja memasuki kamar. "Udah gak sesakit tadi," jawab Heera seraya meletakan ponselnya. Atensinya kini terfokus penuh pada Sean yang baru saja merebahkan badannya disamping sang istri. Tangan Sean bergerak, menyelinap masuk ke dalam piyama Heera lalu mengusap-usap hangat perut istrinya itu. "Syukurlah," katanya. "Mas mau nanya boleh?" sambung Sean membuat Heera mengernyitkan keningnya. "Nanya apa, Mas?" "Kamu pernah ketemu Ayah kamu di sekolah Keenan?" to the point. Sean tidak ingin ada rahasia diantara ia dan Heera. Meski Sean tahu Heera sedang berusaha menutupi hal ini darinya.Heera diam sesaat, seakan tertangkap basah rahasianya. Tapi dengan ragu cewek itu mengangguk, lengkap dengan wajah penuh sesalnya. "Iya. Tapi Ayah seperti gak kenal aku." lirih Heera tersirat kesedihan. Ia masih ingat bagaimana sikap Juni ketika bertemu dengannya dan Keenan beb

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 5

    "Kita gak pernah bertemu, tapi kamu mengenali saya." Sean tersenyum tipis. Saat ini ia sedang berbicara empat mata dengan Juni di salah satu kafe yang jaraknya tidak jauh dari sekolah Keenan. Sebenarnya, Sean sudah menolak ajakan Juni karena ia khawatir meninggalkan Heera sendirian di rumah, tapi Juni memohon dan meminta waktu Sean. Karena sungkan, Sean tidak ada pilihan lain. "Tidak mungkin saya tidak mengenal mertua saya sendiri," jawab Sean. Ia memang tidak pernah bertemu langsung dengan Juni, tapi bukan Sean namanya kalau tidak bisa mendapatkan informasi orang-orang yang berhubungan dengan Heera. Kalau sekedar mencari identifikasi Juni saja dalam satu menit pun bisa Sean dapatkan."Satu minggu lalu saya bertemu Heera saat sedang mengambil rapot untuk Keenan." ujar Juni membuat Sean tak bergeming. Heera tidak mengatakan apapun tentang hal itu. "Jadi, Keenan anak kalian?" imbuh Juni dengan kerut yang tercetak di keningnya. "Tapi, setahu saya

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 4

    "Sayang, you okay?" Sean bertanya khawatir kepada Heera yang meringkuk bak janin di sampingnya. Disentuhnya pundak telanjang Heera yang berkeringat dingin, sepasang mata Sean yang sayup-sayup terbuka seketika langsung sepenuhnya terjaga melihat wajah sang istri yang pucat dan banjir keringat. Tangan Heera mencengkram lemas lengan Sean, sementara satu tangannya memegangi perutnya. "Aku mens," lirih Heera tampak kesakitan. Punggung tangan Sean jatuh di kening Heera, mengusap keringat istrinya sebelum menyibak selimut dan melihat banyak darah menodai seprai. "Maaf..." lirih Heera lagi penuh sesal. Heera mencoba menegakan tubuhnya, tapi tidak bisa karena nyeri yang menjalar di perutnya luar biasa mencengkram. Sean menggeleng, mengecup telapak tangan Heera sesaat sebelum menggotong badan mungil Heera dan memindahkannya ke sofa panjang di sudut ruangan. Langkah cepat Sean berjalan menuju lemari pakaian, mengambil celana milik Heera berserta dalaman, tak lup

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 3

    "Cantik ya istrinya Sean," Heera tersenyum malu, lantas menunduk sopan kepada Mira -Teman Lucia- yang baru saja memujinya. "Kalau kata Keenan, Ayahnya cuma suka sama cewek cantik. Cantik hati dan parasnya, seperti Heera." timpal Lucia menambahi, semakin membuat Heera menunduk dalam."Sudah isi belum?" tanya Mira tiba-tiba. Lucia menatap Heera dengan wajah tak enak hati. Ia tahu pertanyaan Mira mungkin mengganggu anak menantunya itu. "Belum. Masih mau fokus mengurus Keenan dulu, Tan." jawab Heera tersenyum kalem. Mira manggut-manggut, "Anak saya dulu belum sebulan nikah sudah hamil. Sekarang anaknya udah tiga, jaraknya cuma beda satu tahun." curhat Mira. "Memang sih kalau anaknya banyak istrinya jadi lebih repot, tapi keluarga mereka tambah seru lho karena banyak anggotanya." imbuhnya diakhiri tawa renyah.Tangan Lucia terulur dan jatuh dipunggung sempit Heera, mengusap lembut di sana. "Maklum bu, Heera masih muda. M

DMCA.com Protection Status