Beranda / Romansa / Mas Dosen, I Love You / Kejutan Tengah Malam

Share

Kejutan Tengah Malam

Penulis: Selia p
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 11:09:08

Festival seni udah selesai, tapi bukannya pulang dan istirahat, Tim Pojokan Chaos malah kumpul di taman kampus buat ngobrolin acara tadi. Suasana taman yang udah sepi bikin mereka merasa tempat itu kayak milik sendiri.

“Gue nggak nyangka, ya. Acara tadi sukses banget,” kata Cinta sambil ngelurusin kakinya di atas bangku taman.

“Tentu aja sukses. Kalo nggak, kan gue rugi ngejagain kalian semua,” timpal Rani sambil nyeruput es teh sisa acara.

“Tapi, Ran, lo jujur aja deh,” ujar Dika sambil nyengir. “Lo tuh suka chaos kita atau nggak?”

Rani ngelirik Dika dengan mata menyipit. “Dik, gue tuh di ambang waras. Satu-satunya alasan gue nggak ngamuk karena acara ini berhasil.”

“Wuih, dalem banget,” ledek Fauzi, yang lagi asik ngemilin snack gratis dari festival.

Rina tiba-tiba berdiri sambil mengangkat tangannya kayak orator demo. “Tapi kita nggak boleh lupa kalau ini semua berkat gue yang jadi MC legendaris!”

“Rin, jokes ayam lo tadi tuh bikin gue pengen ngubur muka ke tanah,” kata Rani sambil
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mas Dosen, I Love You   Misi Rahasia

    Setelah sukses dengan festival seni, kampus jadi lebih sering menunjuk Tim Pojokan Chaos buat ikut panitia acara-acara lain. Tapi kali ini, mereka nggak cuma dapet tugas biasa. Mereka malah ditunjuk buat jadi panitia sidang terbuka mahasiswa berprestasi, acara super formal yang bikin kepala Rani langsung pusing tujuh keliling.“Kalian yakin kita cocok buat acara beginian?” tanya Rani skeptis pas rapat awal.“Kalo kampus udah tunjuk kita, artinya mereka percaya, Ran,” jawab Cinta sambil ngemilin keripik.“Atau mereka cuma nggak punya pilihan lain,” timpal Fauzi.---Masalah mulai muncul waktu mereka dapet informasi kalau dekorasi acara harus sesuai tema: ‘Elegant and Sophisticated’. Itu artinya nggak boleh ada elemen chaos sama sekali.“Elegant and sophisticated? Itu kan kebalikan kita banget!” Dika langsung protes.“Makanya, gue bilang kali ini kita harus serius,” kata Rani dengan nada tegas.Tapi, di balik niat Rani buat bikin semuanya berjalan lancar, anggota tim lain malah sibuk de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Mas Dosen, I Love You   Chaos Showdown

    Setelah kejadian prank balasan Rani, suasana jadi lebih rame dari biasanya. Semua anggota Tim Pojokan Chaos ngerasa harus bikin strategi buat ngebales Rani lagi, tapi kali ini tanpa ketauan.“Denger, guys,” bisik Dika waktu mereka ngumpul di kantin, “gue udah punya ide buat nge-prank Rani balik. Tapi kita harus kompak.”“Idenya apaan?” tanya Fauzi sambil nyuap nasi gorengnya.“Gini,” Dika ngeluarin catatan kecil dari sakunya. “Rani kan paling takut disuruh ngomong depan banyak orang, kan?”Cinta langsung nyengir. “Bener banget. Gue udah kebayang ekspresi dia.”“Jadi, kita pura-pura bikin acara dadakan dan kasih dia tanggung jawab jadi pembicara utama!” lanjut Dika dengan semangat.Semua setuju, dan mereka langsung mulai bikin rencana.---Hari H tiba, dan Rani sama sekali nggak curiga. Dia lagi asik belajar di perpustakaan waktu Cinta tiba-tiba datang dengan ekspresi panik.“Ran! Darurat!”“Ada apa lagi?” Rani mendongak sambil menahan nafas.“Lo harus bantu kita. Pak Ardi ngadain semi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Mas Dosen, I Love You   Chaos Tanpa Akhir

    Beberapa hari setelah kejadian slideshow memalukan itu, Rani akhirnya bisa tenang. Tapi sayangnya, ketenangan itu nggak bertahan lama karena Tim Pojokan Chaos nggak pernah kehabisan ide.Kali ini, mereka lagi nongkrong di kantin, merencanakan sesuatu yang katanya lebih seru.“Jadi, gue dapet info dari Pak Ardi kalau minggu depan ada lomba antar fakultas. Kita ikut, kan?” Dika membuka pembicaraan dengan semangat.“Lomba apaan dulu? Jangan-jangan lomba lari dari tanggung jawab,” sahut Fauzi sambil nyeruput kopi.“Bukan, Zi. Ini lomba kreatifitas! Tim kita harus bikin sesuatu yang nyentrik!” kata Dika.“Gue skeptis sama kata ‘nyentrik’ kalo itu keluar dari mulut lo, Dik,” Rani menimpali dengan nada curiga.“Gini, Ran. Lo harus percaya sama ide gue. Kita bikin drama musikal, tapi isinya parodi dari kehidupan kampus,” Dika menjelaskan sambil menggambar sesuatu di serbet kantin.Cinta langsung ikutan semangat. “Parodi? Wah, gue setuju banget! Kita bisa masukin cerita soal kejadian-kejadian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Mas Dosen, I Love You   Diskusi

    Setelah lomba selesai, Rani pikir hidupnya bakal kembali tenang. Tapi ternyata, ada hal yang nggak bisa dia hindari: evaluasi dari Pak Ardi.“Rani, bisa ke ruang saya sebentar?” Pak Ardi manggil pas dia lagi beres-beres properti di aula.Rani langsung panik. “Eh, Pak? Saya? Kenapa ya, Pak?”“Cuma diskusi sebentar soal kontribusi kamu di tim Chaos kemarin,” jawab Pak Ardi dengan wajah serius.“Wah, Ran. Lo kena sidang,” bisik Dika sambil nahan ketawa.“Kalau gue nggak balik dalam satu jam, laporin polisi,” bisik Rani balik sebelum akhirnya ngikutin Pak Ardi ke ruang dosen.---Di ruang dosen, suasananya canggung banget. Rani duduk di kursi, sementara Pak Ardi duduk di depan meja kerjanya. Beberapa dosen lain juga ada di sana, tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing.“Jadi, gimana menurut kamu tentang penampilan tim kamu kemarin?” tanya Pak Ardi sambil melipat tangan.“Hmm... lumayan seru, sih, Pak. Meskipun saya kayak jadi korban di atas panggung,” jawab Rani sambil senyum canggu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Mas Dosen, I Love You   Air Mata Ditangga Kampus

    Hari itu kampus terasa lebih ramai dari biasanya. Banyak mahasiswa sibuk mondar-mandir, entah untuk kuliah, kegiatan organisasi, atau sekadar nongkrong di kantin. Tapi di sudut tangga menuju gedung perpustakaan, suasana justru sepi.Rani duduk di salah satu anak tangga, dengan wajah ditutupi kedua tangannya. Bahunya naik turun, jelas banget dia lagi nangis. Bukan nangis heboh, tapi lebih ke yang pelan-pelan dan bikin dada sesak kalau ngelihatnya.Pak Ardi kebetulan lewat di lorong itu. Awalnya dia nggak sadar, tapi begitu melihat sosok Rani yang duduk meringkuk, dia langsung menghentikan langkah.“Rani?” Pak Ardi mendekat dengan hati-hati. “Kamu nggak apa-apa?”Rani langsung mendongak dengan mata yang sembab. Dia panik, buru-buru nyeka air mata pakai ujung lengan jaket. “Eh, Pak... nggak, saya nggak apa-apa kok.”Pak Ardi jongkok di depan Rani, mencoba menyesuaikan tinggi mereka. “Nggak kelihatan kayak ‘nggak apa-apa’. Kalau memang ada yang bikin kamu sedih, kamu bisa cerita, lho.”Ra

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Mas Dosen, I Love You   Bimbingan Di Rumah Pak Ardi

    Hari Sabtu siang, Rani berdiri canggung di depan pagar rumah Pak Ardi sambil membawa tas penuh buku. Dari luar, rumahnya kelihatan sederhana tapi rapi, dengan tanaman hijau yang tertata di teras. Dia nggak habis pikir kenapa Pak Ardi ngajakin bimbingan di rumah, tapi karena tugas skripsi mulai numpuk, dia nggak punya pilihan. Rani mengetuk pintu pelan. “Assalamualaikum, Pak...” Pintu terbuka, dan muncul seorang bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun dengan mata bulat besar. Dia menatap Rani beberapa detik, lalu tiba-tiba berseru, “IBU!!” Rani langsung terkejut. “Hah? Ibu siapa?!” Pak Ardi muncul dari dalam rumah sambil menggendong setumpuk buku. “Hadi! Udah, jangan ganggu tamu Bapak.” Hadi, anak Pak Ardi, cuma nyengir lebar sambil lari masuk ke ruang tamu. Rani masih melongo. “Pak, maaf, tadi anak Bapak manggil saya... apa?” Pak Ardi menghela napas sambil membuka pintu lebar-lebar. “Ah, itu kebiasaan dia. Kalau ngelihat perempuan yang dia suka, langsung dipanggil ibu. M

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Mas Dosen, I Love You   Ibu Rani Dan Operasi Dinosaurus

    Setelah setengah jam diskusi skripsi dan main bareng Hadi, suasana rumah Pak Ardi jadi lebih santai. Tapi, Hadi masih nggak berhenti manggil Rani dengan sebutan “ibu,” dan ini bikin Rani terus salah tingkah. “Bu Rani, aku mau kasih lihat koleksi dinosaurusku!” seru Hadi tiba-tiba sambil menarik tangan Rani ke arah kamarnya. Rani melirik Pak Ardi minta pertolongan, tapi dosennya itu malah ketawa kecil sambil angkat bahu. “Hati-hati, ya. Kalau Hadi udah mulai cerita soal dinosaurus, kamu nggak akan bisa kabur.” Rani akhirnya pasrah dan masuk ke kamar Hadi. Kamarnya penuh mainan dinosaurus berbagai ukuran, dari yang kecil sampai yang gede banget. Bahkan ada poster T-Rex nempel di tembok. Hadi langsung sibuk mengeluarkan satu persatu mainannya sambil menjelaskan dengan antusias. “Ini T-Rex! Dia raja dinosaurus! Terus ini Triceratops, tanduknya tiga. Ini Velociraptor, dia paling cepet larinya!” Rani mengangguk-angguk sambil sesekali terse

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Mas Dosen, I Love You   Tamu Tak Diundang

    Minggu siang, Rani lagi asyik di kamar kosnya, mencoba menyelesaikan revisi skripsi sambil ngemil keripik. Baru juga mengetik beberapa kalimat, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nama di layar membuatnya sedikit panik: Pak Ardi.Rani buru-buru menelan keripik dan menjawab telepon.“Halo, Pak?”“Rani, maaf, ganggu waktu luangmu. Tapi kamu ada waktu hari ini nggak?” suara Pak Ardi terdengar sedikit tergesa.Rani mengerutkan kening. “Hmm, ada sih, Pak. Ada apa, ya?”“Bisa tolong ke rumah saya lagi? Hadi… dia ngotot pengen ketemu kamu. Saya udah bilang kamu sibuk, tapi dia malah nangis. Dia jarang banget kayak gini, makanya saya terpaksa minta tolong kamu.”Rani menghela napas, antara bingung dan nggak tega. “Baik, Pak. Saya siap-siap dulu.”Setengah jam kemudian, Rani udah ada di depan rumah Pak Ardi. Tapi kali ini, suasana rumah terasa beda. Ada suara ribut dari dalam, dan pintu rumah terbuka lebar. Begitu Rani masuk, dia melihat seorang pere

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Mas Dosen, I Love You   Kehilangan dan Kesendirian

    Malam itu, Rani duduk di meja belajarnya, menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Pak Ardi. Tapi dia tidak merasa ingin membalasnya. Rasanya, hati Rani sedang dipenuhi kebingungan dan kecemasan yang begitu besar, hingga membuatnya tak mampu mengumpulkan kekuatan untuk sekadar mengetik beberapa kata.Di layar ponselnya, pesan Pak Ardi itu tersisa tidak terbaca:"Rani, gimana skripsinya? Kalau ada yang mau dibahas, langsung hubungi saya aja, ya. Jangan sungkan."Tapi Rani tidak membalas. Tidak ada energi untuk itu. Sebab, ada satu masalah besar yang membuat semua perhatiannya teralihkan dari skripsi ke kosan.Pagi tadi, dia baru saja menerima pesan dari pemilik kosan yang memberi tahu kalau dia belum melunasi pembayaran sewa bulan ini. Uang yang harus dia bayar untuk bulan ini lebih dari yang dia perkirakan. Kosan kecilnya di pinggir kota itu memang murah, tapi sekarang setelah beberapa bulan ini uang yang dia punya benar-benar menipis.

  • Mas Dosen, I Love You   Tenang

    Seminggu berlalu sejak bimbingan terakhir di rumah Pak Ardi. Hidup Rani terasa jauh lebih teratur dari biasanya. Revisi skripsinya berjalan lancar, tugas-tugas kuliah lain sudah selesai, dan dia bahkan berhasil tidur cukup tanpa begadang nonton drama Korea. Untuk pertama kalinya, Rani merasa seperti mahasiswi ideal yang punya hidup terencana.Setiap pagi, dia bangun tepat waktu, berangkat ke kampus tanpa terlambat, dan menyempatkan sarapan di kantin bersama Cinta dan Dika.“Hidup lo kenapa rapi banget belakangan ini? Lagi ikut retret, nih?” goda Cinta sambil menyuap nasi goreng.“Lagi tenang aja, Cin,” jawab Rani sambil tersenyum santai. “Nggak ada tugas numpuk, nggak ada drama… rasanya kayak hidup baru.”“Tumben nggak ada yang ngeluh soal skripsi,” komentar Dika sambil memutar gelas tehnya.Rani mengangguk mantap. “Soalnya progress-nya lancar, Di. Pak Ardi bantu banget, ternyata dia nggak se-ngeselin yang gue pikir sebelumnya.”

  • Mas Dosen, I Love You   Semakin Dekat

    Keesokan harinya, Rani kembali ke kampus dengan perasaan campur aduk. Pengalaman bimbingan di rumah Pak Ardi kemarin masih membekas di pikirannya. Tapi dia berusaha keras untuk fokus. Skripsinya masih jauh dari selesai, dan dia nggak mau bikin masalah lagi dengan dosen pembimbingnya itu.Saat jam makan siang, dia berjalan menuju ruang dosen dengan naskah revisi di tangannya. Namun, begitu tiba di depan pintu, dia malah berhenti dan menarik napas panjang.“Udah sampai sini, masa balik lagi? Jangan bego, Ran,” gumamnya pada diri sendiri.Setelah mengetuk pintu, suara tegas Pak Ardi terdengar. “Masuk.”Rani membuka pintu dengan hati-hati. Pak Ardi sedang duduk di meja kerjanya, mengenakan kemeja biru muda yang digulung sampai siku. Matanya langsung tertuju ke arah Rani.“Rani, duduk. Ada yang mau didiskusikan?” tanyanya dengan nada santai.Rani mengangguk pelan dan menyerahkan dokumen revisinya. “Ini, Pak, revisi yang Bapak minta ke

  • Mas Dosen, I Love You   Bimbingan Skripsi Rasa Keluarga

    Hari itu, suasana kampus terasa lebih ramai dari biasanya. Tapi buat Rani, dunia sedang terasa seperti film slow-motion. Ada rasa campur aduk yang sulit dijelaskan. Bukan karena skripsinya, tapi karena dia baru saja mendapat pesan dari Pak Ardi:> "Rani, hari ini kita lanjutkan bimbingan di rumah saya. Anak saya sedang kurang enak badan, jadi saya nggak bisa tinggal lama di kampus."Mata Rani langsung membelalak saat membaca pesan itu. Bimbingan… di rumah Pak Ardi?! Ini pertama kalinya dia diminta datang ke rumah dosennya. Meskipun konteksnya profesional, tapi tetap saja, rasanya bikin deg-degan.Cinta, yang duduk di sebelahnya, langsung heboh saat Rani menceritakan rencana itu.“Lo serius? Bimbingan di rumah Pak Ardi? Ran, ini kesempatan emas buat lo. Jangan lupa observasi detail rumahnya. Gue pengen tahu semuanya. Warna sofa, jenis lampu, bahkan koleksi majalahnya!”“Cii, gue bimbingan, bukan jadi agen rahasia!” balas Rani sambil mengusap wa

  • Mas Dosen, I Love You   Misi Balas Budi Yang Berantakan

    Setelah kejadian di ruangan Pak Ardi, Rani merasa dia harus melakukan sesuatu untuk menebus rasa bersalahnya. Dia nggak mau terlihat seperti mahasiswi ceroboh yang cuma bisa bikin masalah. Maka, dia memutuskan untuk mengambil langkah besar: bantuin Pak Ardi mengurus dokumen-dokumen di ruangannya.Rani sengaja datang lebih awal ke kampus keesokan harinya. Dia membawa sekantong kecil kue yang dia beli di perjalanan—niatnya buat mencairkan suasana. Saat sampai di ruangan Pak Ardi, dia mengetuk pintu dengan hati-hati.“Masuk,” terdengar suara tegas dari dalam.Rani membuka pintu pelan. Pak Ardi tampak sibuk dengan tumpukan berkas di meja. Saat melihat Rani, dia sedikit mengangkat alis. “Ada apa, Rani?”“E-eh, ini, Pak. Saya cuma mau bantu beresin dokumen. Dan ini, saya bawa kue buat Bapak…” Rani meletakkan kantong kue di meja dengan sedikit gugup.Pak Ardi menatap kantong itu sebentar sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Terima kasih, Rani. Tapi kamu nggak perlu repot-repot.”“Nggak apa-apa

  • Mas Dosen, I Love You   Hilang

    Keesokan harinya, gosip di kampus belum mereda. Bahkan, ada tambahan bumbu baru: “Pak Ardi dan Rani terlihat mesra di perpustakaan.” Itu semua berkat ulah Rina, yang entah bagaimana selalu tahu segala kejadian di kampus dan menyebarkannya lebih cepat dari media sosial.Di kelas pagi itu, Rani datang dengan wajah kusut. Dia langsung duduk di pojokan, mencoba nggak menarik perhatian. Tapi tentu aja, keberadaan Cinta dan Dika bikin rencana itu gagal total.“Ran, gue nggak ngerti kenapa lo nggak sekalian aja bikin vlog hubungan lo sama Pak Ardi. Pasti views-nya tembus satu juta!” celetuk Dika sambil nyengir lebar.Rani menatapnya tajam. “Dik, kalau lo ngomong kayak gitu lagi, gue sumpahin lo nggak lulus semester ini!”Cinta, yang duduk di sebelahnya, ikut nimbrung. “Tapi serius, Ran. Gue kemarin denger dari anak jurusan lain, mereka bener-bener percaya kalau lo dan Pak Ardi punya hubungan spesial. Gue sih nggak nyalahin mereka. Chemistry kalian tuh—”“CI!” potong Rani dengan suara setenga

  • Mas Dosen, I Love You   Huru-Hara Di perpustakaan

    Setelah kelas selesai, Rani buru-buru kabur dari ruangan, berharap bisa menyelamatkan diri dari tatapan dan bisik-bisik teman-temannya. Tapi langkahnya terhenti saat Dika dan Cinta mengejar dari belakang."Ran, tunggu! Kita mau nemenin lo!" seru Cinta sambil menarik tas Rani."Nemenin apaan?! Gue cuma mau ke perpustakaan, ngumpet dari dunia ini!" Rani menjawab frustrasi."Perpustakaan? Cocok! Di sana gue bisa ngerumpi tanpa takut ketahuan dosen," ujar Dika sambil nyengir."Lo tuh nggak ngerti konsep perpustakaan, ya? Itu tempat baca buku, bukan ngerumpi!" balas Rani.Akhirnya, mereka bertiga sampai di perpustakaan. Suasananya tenang, seperti biasa, tapi bagi Rani, tempat itu terasa seperti surga. Dia segera mencari meja paling pojok untuk duduk dan membuka laptop.Namun, seperti biasa, ketenangan Rani nggak bertahan lama. Cinta, yang duduk di depannya, mulai berbisik, "Ran, lo sadar nggak sih? Kalau gosip lo sama Pak Ardi makin lama makin seru? Gue denger tadi di kantin ada yang bilan

  • Mas Dosen, I Love You   Hujan Gosip Dikampus

    Keesokan harinya, situasi kampus benar-benar kacau buat Rani. Gosip soal dia dan Pak Ardi seperti hujan deras yang nggak ada habisnya. Setiap sudut kampus yang dia lewati, selalu ada bisik-bisik nggak jelas."Eh, itu Rani, kan? Yang kemarin digosipin sama Pak Ardi?""Iya, iya. Katanya, Pak Ardi perhatian banget sama dia!""Beruntung banget, ya? Kapan lagi dosen keren kayak gitu perhatian ke mahasiswi biasa?"Rani cuma bisa nunduk sepanjang jalan, berusaha nggak mendengar apa pun. Tapi tentu aja, ada orang yang nggak bisa ditahan untuk bikin suasana makin heboh.“Raniii!” suara Rina dari belakang bikin Rani langsung deg-degan. Rina menghampiri dengan senyum khasnya yang penuh rasa ingin tahu. “Eh, lo nggak apa-apa? Gue liat grup rame banget semalam.”“Nggak apa-apa,” jawab Rani dingin, mencoba memotong pembicaraan.“Tapi gue salut lho. Pak Ardi itu nggak pernah kayak gitu sama mahasiswa lain. Lo pasti spesial banget buat dia.” Rina tersenyum lebar, tapi mata Rani udah mulai berkilat pe

  • Mas Dosen, I Love You   Grup Kampus

    Sore itu, grup kampus yang biasanya cuma rame sama pengumuman tugas mendadak meledak.Rina: "Wih, pasangan dosen-mahasiswa baru nih di kampus kita! Dosen super perhatian sama mahasiswi spesialnya. Liat aja tadi di kantin, full perhatian banget deh! 🥰"Rani langsung ngelihat notifikasi itu di HP-nya. Seakan belum cukup malu dari pagi sampai siang tadi, kini seluruh mahasiswa tahu soal insiden kantin itu.Cinta: "Ran, bentar lagi lo viral nih. Gue udah siap pasang spanduk ‘Team Rani’."Dika: "Tolong, kasih gue waktu buat bikin meme. Ini peluang langka!"Rani cuma bisa balas dengan emoji pukul di grup teman-temannya.Tapi di luar itu, komentar di grup kampus mulai muncul satu per satu.Mahasiswa 1: "Halah, paling dosennya cuma baik biasa aja. Kalian suka bikin drama."Mahasiswa 2: "Tapi iya sih, Pak Ardi kan terkenal ramah sama semua mahasiswa. Atau jangan-jangan, ada beneran sesuatu nih?"Mahasiswa 3: "Kok bisa perhatian banget sama Rani? Gue aja ketinggalan catatan, dicuekin."Rani bu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status