Namun, upaya dari Ethelyne tak mendapat sambutan baik oleh Marvin Rock. Saat ini, dia hanya diam tertegun di kursinya, meskipun pedang bermata dua itu sungguh luar biasa di matanya. Dia tahu cerita Pedang Dewa Perang itu, sebuah pedang yang sangat melegenda. Meski dia menerimanya dengan senang hati, bukan berarti hatinya bakal terbuka buat Ethelyne.
Satu per satu sisa tamu pun masih berdatangan. Di antara kebanyakan mereka, ada dua orang yang menarik perhatian Marvin. Ketika melihat dua orang itu, Marvin beranjak dari kursinya dan mendekat ke arah mereka.“Dokter Joycelyn dan Dokter Stewart, selamat datang. Kursi kalian berdua telah kami persiapkan. Berada di tengah.” Marvin kemudian mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua sebab berkat upaya mereka, akhirnya istrinya mendapat perawatan prima dan sembuh.Dokter Joycelyn tersenyum bangga. “Tuan Marvin, saya punya sesuatu buat Tuan. Walaupun tidak terlalu mahal, tapi kami rasa Tuan bakal menyukainya.” DGennifer cemburu buta sama dua wanita itu. Belum selesai rasa cemburunya, tiba-tiba datang lagi tamu undangan lain yang juga membawa hadiah menarik.Emelda bersama satu atasannya di Nano.Inc mendekat ke kursi Marvin.“Tuan Marvin, sebuah buku karya dari salah satu Raja Glory, terimalah!” Emelda mencetak senyum di bibirnya.Tidak lama kemudian, Jesslyn Sinclair berjalan di atas karpet merah, langsung menuju kursi Marvin. Karena saking heran dan terkejutnya bahwa Marvin selama ini merupakan bosnya, Jessylyn sampai tak sadar kalau di situ ada Gennifer.“Marvin Rock, kau adalah pemilik Rockxill? Karena kau, aku bisa jadi sekretaris di Rockxill.” Kemudian Jesslyn memberikan sebuah buket bunga kepada Marvin.Dan pada akhirnya, Jesslyn baru menyadari bahwa Marvin punya peran penting di balik kemajuan karirnya selama ini. Saking senangnya, dia sampai benar-benar lupa diri.Menyaksikan tingkah Jesslyn yang tampak berlebihan, Gennifer lant
Sebelum acara inti dimulai, yakni sebuah pidato dari Marvin yang akan mengumumkan peresmian pendirian perusahaan induk terbesar, satu per satu undangan menghampiri Marvin guna memberikan selamat sekaligus memberikan hadiah. Fabrizio datang bersama istrinya, lalu disusul oleh segelintir teman dekat Marvin sewaktu kuliah.Di antara mereka, ada lebih dari dua puluh wanita pengagum Marvin.Ketika mereka tahu bahwa Marvin merupakan calon presdir yang bakal menggantikan ayahnya di Rock Electra, mereka biasa-biasa saja. Namun, begitu mereka tahu bahwa Marvin bakal menjadi CEO di sebuah perusahaan induk milik Keluarga Rock, di mana Rock Electra merupakan salah satu darinya, maka mereka sungguh tercengang.Maka pada hari ini, mereka mesti mengakui bahwa Marvin jauh lebih baik dan hebat dari apa yang mereka bayangkan.Marvin tidak mungkin lupa dengan Dhea. Saat ini, dia pergi bersama suaminya. Dhea menyapa Marvin seraya menyodorkan satu bungkus kado, “Tuan
Saat Marvin berada di atas panggung, semua mata pun tertuju padanya. Dengan tuxedo yang begitu rapi, Marvin makin berwibawa. Dia mengedarkan pandangan, menyapa para hadirin, lalu berkata dengan nada selayaknya pemimpin sejati. Dia akan berpidato di hadapan lebih dari seribu orang.“Hari ini merupakan hari yang bersejarah. Saya mengucapkan selamat ulang tahun buat Ibukota kita tercinta, Gloriston yang penuh dengan nilai budaya dan sejarah. Selamat ulang tahun buat Kerajaan Glory. Dan kita juga memperingati hari lahir dari Pangeran Terbuang.” Namun, Marvin tidak menyebutkan bahwa dirinya juga berulang tahun pada hari ini. “Terima kasih kepada para hadirin terhormat, telah datang di salah satu tempat yang merupakan milik Keluarga Rock ini. Ya, Hotel Seven Stars merupakan salah satu bisnis milik Keluarga Rock.”Banyak orang terkejut. Barusan, Marvin mengeluarkan klaim, atau apa?Kapan mereka membeli hotel top di Gloriston ini? Tidak ada publik yang tahu.Derick dan Russel saling pandang,
Di waktu yang bersamaan dan di tempat yang berbeda. Hartmut baru saja menghidupkan cerutunya, lalu kembali melihat jam tangannya. Sekelebat dia melirik ekspresi Tuan Warren dan Raymond yang masam dan gelisah. Melihat dua orang itu gelisah, dia juga menjadi gelisah.“Tuan, anak buahku sedang menjemput Roger Guzman ke sini. Aku sudah menyiapkan lima puluh anggota untuk menyerang Marvin Rock di acara itu,” lalu Hartmut menghembuskan asap cerutunya dengan gusar.Tak tenang sebab tahu bahwa saat ini peresmian The Rock Holding Company sedang berlangsung, Tuan Warren berjalan mondar-mandir dengan secangkir vodka di tangannya. “Kau terlambat, Hartmut! Sekarang, Marvin keburu meresmikan perusahaan induk milik Keluarga Rock dan telah diketahui oleh publik. Sekarang juga, banyak media yang telah memberitakannya,” ujar Tuan Warren lalu meneguk habis minumannya.Raymond memainkan ponselnya dan berkata, “Ternyata, Glory Daily milik Marvin Rock. Berita tentang peresmian The Rock Holding Company sang
Di Ballrom Hotel Seven Stars, Gloriston City. Saat ini Marvin masih berpidato di atas panggung. Sempat terjadi adu argumen antara dirinya dan segelintir orang dari keluarga kelas dua yang meragukan kalau Keluarga Rock akan menjadi keluarga kelas satu dalam waktu singkat.Pada intinya, sebagian kecil pihak tetap skeptis kalau pemuda dari Keluarga Rock bernama Marvin itu bakalan sejajar dengan Tuan Warren Harvard dan Tuan Jaxton Wilmer. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, pribahasa itu sangat layak diperuntukkan kepada Marvin.Ketika suasana di dalam Ballroom agak sedikit riuh, tiba-tiba dari luar hotel terdengar suara yang jauh lebih riuh. Lebih dari dua puluh orang tidak dikenal berusaha merangsek masuk ke dalam hotel namun lebih dari dua puluh anak buah Morgan sudah siap melakukan pengamanan.Awalnya di antara mereka hanya adu mulut saja.“Dari mana kalian?” tanya salah satu anggota Morgan.“Jika kalian hanya mau mengacau, lebih ba
Di luar hotel, pertempuran sengit masih terus terjadi, namun karena pasukan Morgan kalah senjata, pasukan Hartmut pun berhasil merangsek masuk parkiran hotel, dan sedikit lagi akan masuk ke dalam pintu hotel.Di sana, sejumlah pasukan Morgan, tiga orang polisi, dan sepuluh security sedang berjaga-jaga. Mereka semua tidak akan membiarkan para pemberontak masuk ke dalam hotel.Seorang dari pemberontak memekik, “Bos kami mau bertemu dengan Big Boss Morgan!”Tidak lama berselang, Big Boss Morgan yang cukup tua pun keluar dari gedung hotel. Anak bungsunya, Wesley Morgan, mendorong kursi rodanya.Di pinggir jalan, tiga mobil pun berhenti tiba-tiba, lalu keluarlah Hartmut dengan gagah berani. Pada saat bersamaan, dua puluh orang Morgan pun berlarian ke arahnya dan bermaksud membantu teman-teman mereka yang sedang sekarat.“Tidak akan aku biarkan!” gumam Roger Guzman dengan seringai beringas di wajahnya. Dengan tangan kosong, dia pun melompat jau
Setelah mendapatkan izin dari Marvin, akhirnya Aldous pun keluar dari Ballroom dan keluar dari gedung hotel. Sementara Marvin mengecek kondisi keluarganya yang saat ini masih dijaga oleh tiga adik Morgan dan yang lainnya.Di area parkir hotel yang terbuka dan cukup luas, Aldous membelah kerumunan dan mendekat ke ayahnya dan Wesley. Saat itu, dia mendapat bisikan dari ayahnya, sebuah perintah untuk segera mengalahkan Roger, karena kalau tidak, akan ada pertempuran lagi setelah ini.Atas perintah Big Boss Morgan, semua orang tidak boleh ikut campur, termasuk security hotel dan tiga orang polisi. “Biarkan anakku dan pria bernama Roger itu bertarung! Jangan ada yang mengacau!”Seperti model pertempuran orang zaman dulu, di mana sebelum terjadi pertempuran besar, maka akan ada duel satu lawan satu terlebih dahulu, dan kali ini duel tersebut harus tangan kosong.Aldous menyingsingkan lengan bajunya sembari melihat bola mata Roger.Area kosong s
Marvin cuma sebentar berada di atas. Dia sedari tadi sedang berada di dekat pintu Ballroom. Ketika ada yang menjerit dan memanggilnya, dia langsung bergegas ke sana. “Aku adalah pemilik hotel ini!”Roger Guzman menendang kursi. Bedebuk!“Mana?!” tanyanya dengan suara yang besar, membuat para penghuni di sini menjadi sangat takut.Seorang anak buah Roger mengawasi Marvin dari kejauhan dengan pandangan fokus. “Bos Roger, lihat pria itu yang mengaku sebagai pemilik hotel ini!”Roger Guzman mengawasi pria itu, dan seketika kakinya terasa lunglai, dan tumitnya tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Roger pun menjatuhkan diri di lantai hotel dengan menumpuhkan lututnya. Tak sadar, dia kembali menjatuhkan tubuhnya lalu menapakkan kedua telapak tangannya di lantai. Terakhir, karena saking tak kuatnya, dia tersungkur sendiri dan memasang posisi seperti sujud, lalu ambruk total.“Tuan Naga Glory, ampuni kami,” lirih Roger dengan suara serak dan kecil sekali.Semua anak buah Roger yang pada hari ini