Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah kami. Aku memeriksa keadaan sekeliling. Entah posisi sofa ataupun meja makan tetaplah sama. Meskipun sofa dan meja makan itu tidak terlihat baru, aku begitu bahagia karena aku telah kembali ke dalam rumah ini lagi. Disudut lemari hias dipinggir sofa, aku pandangi fotoku dan Elena yang berada ditepi pantai, yang saat itu memasuki tahun ketiga kami berpacaran,sampai pada akhirnya enam bulan setelahnya,aku memutuskan untuk menikahinya.
"Cantikmu tidak pernah berubah sedikitpun,Elenaku sayang!".Ucapku didepan foto itu.
Lalu aku menuju kedalam kamar tidur utama rumah ini, kamar tidur kami. Ya, kamarku dan kamar Elena. Pada dinding diatas ranjang masih tertempel kokoh foto pernikahan kami.Kamar ini pun tidak begitu banyak berubah. Hanya lemari baju saja yang telah berganti dengan lemari baju yang baru meski tidak terkesan mewah.
"Terima kasih istriku tercinta,begitu tulusnya rasa kasihmu kepadaku, meskipun 20 tahun telah berlalu,engkau tidak pernah sekalipun melupakanku". Ucapku begitu haru.
Lalu aku melangkah menuju kamar yang sedikit lebih kecil dari kamar ini. Kamar Luna, kamar putri kecilku. Didalam kamar itu memang sedikit berubah, tidak sama seperti 20 tahun yang lalu. Mungkin karena Luna yang telah beranjak dewasa,tidak bisa kusamakan lagi dengan saat itu,saat dimana Luna yang masih berusia 5 tahun.
Terlihat potret Luna sedang memeluk seorang wanita cantik yang telah berkeriput. Itulah potret Luna dewasa dan Elena yang kini sudah tidaklah lagi muda tetapi raut wajah cantiknya tidak pernah sirna meskipun telah dimakan oleh usia.
Akupun berjalan kembali menuju halaman belakang rumah kami. Halaman belakang rumah yang meskipun saat siang hari terlihat biasa saja, tetapi pada saat malam hari,berubah menjadi indah karena meskipun tidak ada penerangan lampu, kami bisa melihat keindahan langit malam yang bertaburkan cahaya kerlap-kerlip bintang serta rembulan malam.
Maka tidaklah heran mengapa putri kami mempunyai nama Luna. Olivia Luna,nama yang begitu pas untuk putri kecilku yang begitu manis dan menggemaskan. Cahaya wajahnya yang seolah seperti cahaya bulan purnama mewarnai dan mengisi serta melengkapi hari-hariku dan Elena muda saat itu.
Segera setelahnya,pria berbaju hitam itu mengajakku untuk bergegas meninggalkan rumah yang rupanya begitu sangat berarti bagiku meskipun terlambat aku menyadarinya, meskipun aku baru menyadari setelah aku kehilangan nyawaku tanpa tahu bahwa waktu itu merupakan hari terakhirku.
Pria berbaju hitam itu mengajakku untuk mengamati dari jauh rumah rembulan kami.Karena setelah kami melangkah pergi,Elena dan Luna kembali pulang kerumah.
"Mama capekkan?,biarkan Luna saja Ma nanti yang beres-beres rumah. Mama beristirahat saja". Ucap Luna lembut kepada Elena.
"Tapi Luna, Mama merasa bahwa Mama baik-baik saja. Tidak apa-apa,nak!".Jawab Elena kepada Luna sembari mengusap pipinya.
"Ma, Luna tau Mama begitu menyayangi Luna. Tetapi Mama juga perlu beristirahat karena Luna nggak mau Mama sakit atau kenapa-kenapa. Karena hanya Mamalah yang Luna miliki saat ini!". Ucapnya sambil sedikit berkaca-kaca.
"Baiklah,nak. Mama mengerti keinginanmu. Terima kasih karena kamu telah tumbuh menjadi seorang wanita cantik yang hebat yang bisa selalu Mama banggakan".Jawab Elena terharu.
"Begitu berat kehidupan Mama sepeninggal Papamu. Karena Papamu meninggalkan Mama pada waktu itu tanpa sempat berpamitan kepada Mama apalagi kepadamu". Ujar Elena sambil sedikit terisak
"Mama jangan sedih dong,Ma. Luna nanti jadi ikutan nangis kalo Mama bersedih hati". Jawab Luna menenangkan hati Elena.
Dari kejauhan aku hanya bisa memandang percakapan mereka tanpa bisa berkata apapun. Ya entahlah aku harus merasa senang,ataukah merasa sedih menyaksikan mereka saat ini tanpa bisa memeluk dan mengutarakan betapa beruntungnya aku memiliki seorang istri dan anak seperti mereka.
Pria berbaju hitam itu kemudian mengajakku untuk mencari pekerjaan. Tidak mungkin kan, aku seperti ini tanpa tempat tinggal dan makanan. Jadi berkelilinglah kami mencari pekerjaan apa yang sekiranya cocok bagiku dan bagi pria itu. Ya meskipun dari penampilan pria itu, dia bukanlah pria tua sepertiku.
Dan betapa beruntungnya aku, ada salah satu toko bunga diujung jalan yang bersedia untuk menerima ku dan pria itu bekerja disana sebagai tukang kebun dan juga aku besertanya sekaligus bisa merangkap sebagai seorang kurir pengantar bunga.
Aku teringat bahwa dahulu Elena begitu menyukai bunga tulip. Dan mungkin saja aku bisa memberikan bunga tulip itu kepadanya saat ada kesempatan untukku menemuinya secara langsung.
Inilah kelebihan yang aku miliki setelah Tuhan mengirimkanku kembali lagi kedunia,aku dapat menghilang,aku dapat berpindah tempat dalam sekejap mata. Jadi meskipun seolah aku ini adalah seorang pria tua, tetapi aku bisa berpindah tempat kemana saja dengan cepatnya.
"Tolong antarkan bunga ini kepada toko buku disebelah warung makan kecil disebelah sana, ya!". Ucap pemilik toko bunga.
"Baiklah,bu". Begitu jawabku singkat. Dan segera aku menghilang dari toko bunga setelah pemilik toko bunga itu mengalihkan pandangannya.
Dan pria berbaju hitam itu hanya tersenyum terpaksa saat dirinya ditugaskan untuk memangkasi rumput-rumput pada taman didepan toko bunga itu.
Aku hanya bisa tersenyum kecil menatapnya. Dan sesaat setelah aku mengantarkan bunga pesanan toko buku itu, tidak sengaja aku berpapasan dengan Luna. Aku bingung harus bagaimana,apakah kira-kira Luna mengenaliku sebagai ayahnya?
Saat itu Luna sedang berjalan sambil membawa beberapa peralatan memasak yang dia bawa dari dalam rumah. Mungkin ada beberapa peralatan yang belum lengkap di warung makan Elena. Dan secara tidak sengaja Luna menabrakku, dari arah yang berlawanan karena salah satu peralatan itu hampir terjatuh dan mengurangi fokus pandangannya pada arah jalan.
"Maaf, pak. Bapak tidak apa-apa kan?. Maaf ya pak saya tidak sengaja menabrak bapak, dan saya sedikit terburu-buru karena ibu saya sendirian dirumah dan saya harus melengkapi beberapa alat dapur yang kurang pada warung makan kami. Jadi esok hari ibu saya tidak harus bergegas pergi karena saya sudah mempersiapkannya".Ucap Luna dengan begitu sopan dan tulus kepadaku.
"Oh, iya nak tidak apa-apa. Bapak baik-baik saja dan Bapak tidak terluka. Apakah kamu perlu bantuan?, biar Bapak yang membantumu membawakan sebagian barang-barang itu!". Ungkapku kepada Luna putriku,aku mencoba menawarkan bantuanku kepadanya.
"Tidak, pak. Tidak usah, malah saya yang jadinya merepotkan Bapak!. Seharusnya sayalah yang menolong Bapak karena sepertinya Bapak seusia dengan almarhum Papa say". Jawab Luna yang merasa bersalah karena sudah menabrakku meski aku tau itu bukanlah sebuah kesengajaan.
Beruntungnya,Luna tidak mengenaliku sebagai ayahnya. Aku menghela nafas lega karena dia tidak menyadariku siapa sebenarnya identitasku.
"Mari,mampir sebentar ke warung makan Ibu saya,pak !. Saya buatkan segelas teh hangat buat Bapak! ". Ajak Luna tersenyum ramah kepadaku.
"Oh iya terima kasih banyak, nak!. Tolong maafkan ya, bahwa seorang pria tua renta ini merepotkan gadis cantik yang baik hati sepertimu!. Sungguh berbangga hati jika siapapun menjadi orangtua gadis sepertimu! ". Ucapku terkagum pada sifat Luna yang baik hati, sama persis seperti sifat Elena,Mamanya.
" Justru saya yang harusnya meminta maaf kepada Bapak karena sudah menyenggol Bapak tadi, karena saya sedang terburu-buru berjalan dan tidak memperhatikan sekeliling saya!. Tunggu sebentar ya, pak. Saya buatkan tehnya dulu!". Ujar Luna sembari tersenyum kepadaku.
"Oh, iya...!!. Terima kasih ya ,nak". Ucapku kepada Luna sembari mengamati keadaan didalam warung makan milik Elena.
Meski terlihat begitu sederhana dari luar, warung makan kecil ini terasa begitu nyaman dan hangat. Apalagi saat aku melihat kearah papan tulis hitam kecil itu,papan tulis yang sebagai penanda menu istimewa yang berbeda-beda untuk setiap masing-masing harinya. Dari hari senin sampai ke hari sabtu,ternyata makanan favorit kami bertiga lah yang menjadi menu andalan utama pada masing-masing harinya.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana telah bersusah payahnya perjuangan Elena yang sendirian membesarkan dan merawat Luna. Sampai tidak terasa air mata mengalir dipipiku.
"Loh, Bapak kenapa menangis?".Ucap Luna sembari memberikanku segelas teh manis hangat.
"Ah, Bapak tidak menangis,nak!. Hanya saja Bapak sempat teringat akan putri Bapak. Melihatmu seperti seolah-olah Bapak sedang melihat putri Bapak didepan mata Bapak". Balasku spontan kepada pertanyaan Luna.
"Boleh saya tahu dimana sekarang keberadaan putri Bapak?". Luna sepertinya sedikit penasaran kepadaku.
" Oh, dia sekarang sedang bersama-sama dengan Ibunya.Mereka berada dikota lain, tidak dikota ini. Anak Bapak tinggal bersama mantan istri Bapak". Aku pun begitu saja berucap karena tidak kusangka Luna akan bertanya seperti itu.
"Oh begitukah rupanya, pak?. Pantas saja Bapak sampai merindukannya sehingga Bapak sampai menitikkan air mata". Tutur Luna sembari tersenyum.
"Kalau sudah selesai meminum tehnya, mari saya antarkan Bapak pulang!".
"Tidak usah nak, terima kasih!. Bapak merepotkan kamu saja nanti. Rumah Bapak tidaklah jauh dari sini. Bapak tidak apa-apa. Langsung pergilah kerumahmu karena pasti Ibumu sedang menunggumu dirumah!".Aku menolak tawaran putriku itu dengan halus. Dan aku mulai melangkah pergi meninggalkan warung makan itu.
"Baik,pak. Tolong berhati-hati dijalan ya pak. Mohon maaf atas kecerobohan saya tadi". Ungkap Luna sembari berjalan pulang.
Saat Luna sudah menghilang dari pandanganku, tiba-tiba saja pria berpakaian hitam itu mengagetkanku. "Joshua, mengapa kau tidak segera kembali ke toko bunga?. Boss pemilik mencarimu". Ucapnya datar.
"Ah, sebenarnya aku tidak sengaja bertemu dengan putriku disini. Jadi dia menawariku untuk singgah sebentar untuk meminum teh diwarung makannya".
"Tetapi adakah kau beritahu kepada anakmu siapa sebenarnya dirimu sesungguhnya?". Tanya nya serius
"Tidak...tidak mungkin seperti itu aku langsung berucap kepadanya".
"Baiklah, aku mempercayai ucapanmu.Tuhan memberikan beberapa persyaratan padamu agar dirimu bisa kembali ke dunia ini seutuhnya,tetapi bukan saat ini kau tidak boleh memberitahu istrimu maupun anakmu tentang sebenarnya siapa dirimu". Tegas pria itu
Dan kapankah waktu yang tepat itu sebenarnya??. Hatiku selalu saja bertanya meski saja sebenarnya bisa saja tadi aku ungkapkan kepada Luna sesungguhnya siapa aku ini...
Hari ini merupakan hari yang lumayan cerah. Seperti biasa, mengantarkan pesanan bunga kepada pelanggan toko adalah pekerjaan yang tidak membosankan, karena dalam sekejap mata, pesanan itu sudah sampai kepada alamat penerimanya.Pemilik toko bunga itu rupanya menyukai hasil pekerjaanku yang terhitung cekatan. Begitu pula dengan pekerjaan pria berpakaian hitam itu. Mungkin singkatnya kupanggil saja dia Mr Black . Mr Black ini seperti malaikat maut pada umumnya yang dingin tanpa banyak ekspresi. Saat waktu pulang telah tiba, aku mencoba berbincang-bincang kepada Mr Black ini. Penasaran saja apak
Saat itu Elena sedang merapikan bunga tulip yang dibelinya semalam dari toko bunga yang tak jauh dari rumahnya. Sementara Luna membersihkan lantai dan memasukkan baju kotor kedalam mesin cuci.Elena tiba-tiba saja kembali memikirkan tentang kejadian semalam ditoko bunga. "Siapakah gerangan pria tua semalam itu?.Berhalusinasikah atau bermimpikah aku pada siang bolong?". Entah mengapa tanpa sengaja memikirkan kejadian kemarin,Elena seolah merasa bermimpi atau berhalusinasi bahwa pria tua itu adalah suaminya Joshua yang sudah 20 tahun telah pergi meninggalkannya ke alam keabadian.
Matahari bersinar terang. Cahayanya yang terang membangunkanku pada pagi hari itu. Hari minggu pagi adalah hari yang paling dinantikan oleh semua orang, terlebih kaum muda-mudi. Hari ini aku berencana mengajak Elena untuk pergi jalan-jalan ke pantai. Segera aku bergegas untuk mandi dan juga berpakaian rapi. Setelahnya aku segera menuju ke rumah Elena. " Wah, cepat banget kamu datangnya! ". Elena terkejut bahwa aku datang lebih cepat daripada hari-hari yang lain. "Iya dong, demi kamu apasih yang enggak Elena! ". Jawabku kepadanya. "Yaudahlah ayo,nanti keburu ngantri di loket karcis masuk, mau jam berapa kita dipantai? ". Elena tersipu malu, pipinya memerah. Tetapi Elena segera mengalihkan pembicaraannya untuk mengajakku segera bergegas pergi kepantai. Lalu bergegaslah kami pergi ke dalam area pantai setelah kami membeli tiket masuk. Kami berjalan-jalan seharian menyusuri pantai. Hari ini sungguh hari yang begitu berharga, kare
Hari ini adalah hari senin yang sepertinya akan cerah seharian. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Elena sudah bergegas untuk bangun pagi hari ini untuk membuat sup abalone kesukaan suaminya. Semua bahan-bahan sudah dia persiapkan. Dan singkatnya, sup abalone itu sudah hampir matang dan bisa dia hidangkan ke atas meja makan segera. Tetapi saat jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul enam lewat tiga puluh menit, Joshua baru saja selesai berganti pakaian setelah mandi. "Pa, makan dulu ya sup abalone kesukaan kamu!. Sebentar lagi sudah matang, kok Pa. Lima menit aja! ". Ucap Elena pada Joshua yang seolah terburu-buru untuk segera pergi menuju ke sekolah tempat nya mengajar. "Papa kayaknya terlambat, hari ini Ma. Padahal harusnya Papa bisa pergi lebih awal. Mungkin gara-gara aku sedikit begadang buat nonton pertandingan sepak bola semalam!". Jawab Joshua sambil sedikit tergesa-gesa untuk memakan dua keping roti tawar dan segelas susu saja. Tanpa sempat
Saat Elena hanya bersama-sama dengan Luna saja, hari-hari Elena seolah-olah berlalu tanpa ada artinya. Begitu berat menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi anak kami satu-satunya. Tetapi Elena tidak pernah mengeluh sedikitpun. Semua hal Elena kerjakan untuk menghidupi dirinya dan juga putri kecilnya. Karena santunan kematiannya Joshua tidaklah bisa digunakan dalam waktu yang lama.Dengan bekerja membawa Luna kecil sudah biasa bagi seorang Elena. Meskipun hari-hari yang dilalui seorang Elena tidaklah mudah,tetapi Elena begitu beruntung selalu mendapatkan boss yang baik hati yang mengijinkan dia membawa Luna sembari bekerja. Hari demi hari Elena jalani dengan tabah dan sabar meskipun didalam kesendiriannya sebenarnya Elena selalu merindukan sosok Joshua untuk berada selalu disampingnya."Luna, Mama nanti belikan Luna snack kesukaan Luna ya, sepulang Mama kerja! ". Dan Luna pun mengangguk pertanda mengerti instruksi dari Mamanya. Elena menghadiahkan Luna makanan kes
Elena terus dan terus melalui hari-harinya yang sendirian tanpa seorang Joshua disampingnya. Hari-hari itu hanya berlalu begitu saja seolah-olah memang tiada arti. Sehingga tak terasa Luna beranjak semakin dewasa. Luna tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik dan juga baik hati sama seperti Mamanya. Dan setelah sekian lama Elena bekerja kepada orang lain, akhirnya Elena bisa membuka rumah makan kecil-kecilan atau sebut saja warung sederhana. Perlahan tetapi pasti, mulailah berdatangan pelanggan warung makan Elena. Bunga tulip bunga favorit Elena,meskipun hanya sekedar bunga imitasi ,selalu Elena pajang disetiap sudut warung sederhananya. Sehingga menambah kesan manis pada setiap sisi warung makannya. Seperti biasanya,sup abalone kesukaan Joshua adalah menu pendamping utama favorit setiap pelanggan mereka. "Saya pesan sup abalone ya Luna satu porsi !". Ucap salah seorang pelanggannya. "Baik, Tante tolong ditunggu ya sup abalone nya. Seger
Hari ini adalah hari minggu pagi yang cerah. Elena dan juga Luna begitu bersemangat karena hari ini adalah hari dimana mereka meluangkan waktu sejenak untuk melepaskan rasa penat setelah sekian lama mereka hanya menghabiskan waktu berada diwarung makan sederhana mereka."Luna,pantai ini begitu indah bukan?. Ini adalah pantai yang penuh dengan kenangan bagi Mama dan juga Papamu. Dahulu kala Papamu melamar Mama dipantai ini. Banyak kenangan berharga ternyata bagi Mama tersimpan disini! ". Ungkap Elena kepada putrinya Luna."Pantai ini memang indah, Ma. Luna ingin Mama tahu bahwa meskipun Papa sudah tidak berada disisi kita saat ini ,tetapi Luna yakin bahwa Papa pasti sangatlah bahagia diatas sana melihat kita selalu perlu memiliki satu sama yang lainnya. Karena pada kenyataanya Luna sangatlah bangga memiliki seorang Ibu seperti Mama. Mama adalah seorang superhero bagi Luna, Ma!". Lunapun memeluk Elena dan memberikan kecupan dipipinya.Sementara i
Elena dan juga Luna kembali beraktifitas seperti biasanya. Pagi hari saat mentari belum bersinar,mereka sudah bergegas menuju warung sederhana mereka. Bukan mengejar hasil dari penjualan,tetapi karena banyak pelanggan setia mereka sudah siap menunggu meskipun terkadang warung makan Elena belum saatnya buka. Elena dan juga Luna merasa bahagia karena meskipun tidaklah banyak uang hasil dari berjualan makanan di warung sederhana mereka,mereka bahagia karena mereka bisa berbagi kebahagiaan kepada para pelanggannya lewat cita rasa masakan dari warung makan mereka. "Hai,selamat pagi Ibu Elena dan kak Luna,jam berapa ya warung Ibu buka?. Ibu saya menyuruh saya untuk segera bergegas kemari,dia takut kalau nanti saya tidak cepat pulang karena terlalu lama menanti pesanan di antrian pembelian masakan yang selalu dimasak oleh Ibu Elena ". Tanya seorang gadis seusia Luna yang memang selalu hampir tiap hari pergi ke warung sederhana Elena. Karena Ibu gadis itu begitu menyukai mas
"Sama-sama, Joshua. aku pun juga ikhlas membantumu. Jika aku tidak ikhlas, pasti aku sudah tidak menemanimu di sini, benar bukan?" Jawab Mr Black ketus kepada Joshua yang masih sibuk merapikan pot bunga dan tanaman di sekitarnya.Lalu, mereka berdua pun melanjutkan kegiatan seperti biasanya. Tetapi kala itu ketika Mr Black sedang akan mengantarkan tanaman-tanaman bunga yang hendak diantarkan olehnya, dia pun tidak sengaja melihat wanita tua itu mampir ke toko bunga milik bosnya.Mr Black yang kemudian penasaran mengapa wanita tua itu pergi ke sana, dia sedikit menguping pembicaraan dari boss pemilik toko bunga, dan juga wanita tua itu. Ternyata wanita tua itu memesan bunga yang hendak dibawanya ke pusara makam putranya. Jadi Mr Black pun terheran-heran, karena tiba-tiba saja wanita itu datang kesana."Mengapa ya, tumben sekali wanita tua ini datang kemari, dia sepertinya hendak membeli bunga!" Ungkap Mr Black dalam hatinya.
Setelah Mr Black sampai di tempat tinggalnya, dia pun segera duduk di ruang tamu di rumah mereka itu. Joshua yang melihat Mr Black sedang merasa gundah hatinya itupun kemudian menyapanya."Ada hal apa yang telah terjadi kepadamu?, kau terlihat kusut seperti itu Mr Black, seolah-olah ada perkara besar yang sulit kau pecahkan hari ini!" Tanya Joshua kepada dirinya."Memang ada sebuah perkara, Joshua. Namun entahlah, aku kan sudah bilang belum bisa menceritakannya kepada dirimu!" Jawabnya sambil mendengus, dan kemudian menghela nafas. Karena rasa lelah yang dirasakan olehnya, setelah mengikuti kemana wanita tua itu tinggal."Ya, ya, ya. Aku sudah menebaknya Mr Black. Sanalah mandi, bersihkan badanmu. Dan beristirahatlah setelahnya. Masih ada hal lain yang harus kita kerjakan esok hari, kan?. Jadi jangan banyak pikiran. Yang ada nanti dirimulah yang terlihat jauh lebih tua, dibandingkan dengan wajah tampanku ini!"
Luna pun memberikan bunga yang telah dibawa dari toko bunga itu kepada sang Ibunda yang berada di warung makan milik mereka. "Mama, ini Luna membeli bunga dari toko bunga Sasha, di mana pak Jayadi itu bekerja, bunganya cantik, sih Mama. Meskipun dengan warna bunga tulip yang sama namun entah kenapa menurut Luna, bunga hari ini beda, bukan?, maksud Luna beda dengan bunga-bunga tulip yang selalu kita beli!" Kata Luna itu sembari meletakkan bunga tulip yang telah di bawanya."Iya Mama tahu, Luna. Pasti jika kau bandingkan bunga yang saat ini kau bawa dengan bunga yang telah lalu, jelas berbeda dong, nak!. Bunga yang kau bawa saat ini kan masih segar. Kau ini ada-ada saja, ya!. Sudah ah, bantu Mama merapikan kursi-kursi maupun juga meja-meja ini, ya Luna!" Elena menginstruksikan kepada sang putri untuk membantunya setelah sampai di warung makan mereka.Seperti biasanya, tidak ada hal istimewa yang terjadi hari itu di warung makan milik Elena. Mereka b
"Pasti akan aku sampaikan pesanmu itu, Luna kepada Pak Jayadi!" Jawab Mr Black sembari berlalu pergi meninggalkan warung makan sederhana itu."Nah, Joshua. Ini sarapan dan juga sekaligus makan siang untuk kita, yang baru saja aku beli dari warung makan Elena. Oh iya, dan Luna juga berpesan bahwa kau harus menjaga kesehatan mu. Dia tidak ingin kau sakit. Nampaknya dia khawatir terhadapmu!" Ucap Mr Black itu kepada Joshua sembari meletakkan makanan yang baru saja dibawa olehnya."Hmmm, ya terima kasih Mr Black. Aku pasti akan memakannya. Memang perhatian sekali Luna, ya. Mungkin saja dia sudah menganggapku seperti ayahnya sendiri. Barangkali perkiraan ku seperti itu, dan bisa saja benar seperti itu, bukan?. Ya sudah, mari kita kerjakan apa yang harus kita kerjakan!" Ajak Joshua itu kepada Mr Black sembari melanjutkan pekerjaannya.Sementara itu diwarung makan sederhana mereka, Luna masih terpikir akan keadaan Joshua yang tidak ada
Entah kenapa malam itu Luna memikirkan keadaan pria tua yang selalu dipanggilnya Pak Jayadi. seolah-olah dia selalu teringat akan kehadiran Papanya dalam sosok pria tua itu. "Jika saja pria itu adalah Papaku, pasti aku sangat senang sekali!" Ucapnya dalam hati."Semoga saja esok hari aku bisa mendengar kabar dari pak Jayadi maupun juga pria yang selalu bersamanya itu!" Ucap Luna lagi kepada dirinya sendiri. Lalu setelahnya Luna pun bergegas beristirahat untuk menyongsong hari esok yang harus dilaluinya bersama-sama dengan ibunya di warung makan mereka yang selalu menghadirkan cita rasa masakan rumahan sederhana nan nikmat, yang selalu digemari oleh pelanggan setia mereka.Seperti biasanya Elena maupun juga Luna, selalu bersiap-siap di pagi hari dengan berdandan rapi dan juga setelahnya mereka menyempatkan untuk sarapan bersama-sama di meja makan rumah mereka yang memang sederhana, namun selalu rapi tertata."Mama Elena, Luna pagi
"Black, ini ada makanan untukmu dan juga pak Jayadi. Luna memberikannya untuk kalian. Aku tidak tahu apa isinya, yang jelas aku hanya dititipi saja olehnya" Ucap sang pemilik toko bunga itu kepada Mr Black yang baru saja kembali dari mengantarkan pesanan bunga."Oh terima kasih banyak, bu. Kok repot-repot sekali Luna itu, ya?. Sampai-sampai mau mengantarkan makanan kesini. Padahal kami sedang tidak memesan makanan apapun. Lantas, berapakah harga yang harus kami bayar?" Tanya Mr Black itu kepada bossnya."Oh, iya kata Luna kalian tidak perlu membayar makanan ini. Katanya juga, ini adalah sebagai rasa terima kasih dari mereka karena kau dan juga Pak Jayadi sudah menjadi pelanggan setia warung makan mereka". Ujar sang pemilik toko bunga itu menirukan ucapan Luna."Benar-benar rejeki nomplok memang. Seriuskah bahwa kami tidak per
Mr Black pun kembali ke alam manusia. Alam di mana dia harus menghabiskan waktunya lebih banyak dibandingkan dengan alam lain. Sebenarnya dia masih terheran-heran, kemana sebenarnya biodata mengenai dirinya menghilang. Mr Black masih bertanya-tanya, kenapa arsip yang dicarinya tidak kunjung ketemu. Sebenarnya dia masih penasaran bagaimana dahulu sebenarnya masa akhir hidupnya, sewaktu dia sebelum berubah menjadi seorang malaikat maut.Joshua yang baru saja kembali dari mengantarkan pesanan, yang sedikit terengah-engah sembari berjalan cepat ke dalam toko bunga itu, membuatnya terkejut. "Astaga, Joshua. Aku pikir pelanggan baru dari toko ini yang mungkin saja terburu-buru mencari bunga yang bisa jadi mau dibawa untuk suatu acara yang penting. Ternyata aku salah orang, sudah kuduga memang dirimu. Aduh, untung saja aku tidak benar-benar terkejut!" Ucap Mr Black kepada Joshua."Sangat heran sekali hari ini, bisa juga dirimu terkejut Mr Blac
Meskipun dirinya sedang bekerja saat itu, pikiran Mr Black sungguh tidak bisa fokus pada tanaman-tanaman yang harus dirawat olehnya itu. Dia hanya memikirkan bagaimana ingatan manusianya dahulu bisa kembali. Setelah dia bergegas menyelesaikan pekerjaannya di toko bunga itu, perlahan-lahan dia kembali ke alam lain dan membuka satu demi satu lagi catatan tentang manusia yang meninggal sejak dirinya ditugaskan menjadi malaikat maut Tuhan. Mr Black pun belum berhasil menemukan siapa gerangan identitasnya.Sampai pada suatu ketika, sewaktu dirinya tidak sengaja menghampiri makam seseorang yang jiwanya harus dibawa olehnya menuju ke alam lain, yang letaknya tidak jauh dari makam Joshua, dia melihat seorang wanita tua menangis tersedu-sedu di seberang makam itu. Tanpa disadari olehnya, ternyata wanita itu sedang menangisi makam putra kandungnya. Putra kandungnya yang sudah meninggal te
"Mr Black, segeralah bangun. Ini ada sarapan untukmu. Kenapa hari ini kau susah bangun?. Tidak seperti biasanya. Biasanya kan kau yang selalu membangunkanku" Ucap Joshua kepada Mr Black didepan pintu kamarnya."Ya, tunggu. Ini aku sedang berusaha untuk membuka mataku. Aku semalam sedang sedikit susah untuk memejamkan kedua mataku. Makanya aku hari ini tidak bisa untuk bangun lebih awal." Balas Mr Black dari dalam kamarnya.Mr Black yang masih mengantuk itupun segera bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh badannya, sehingga rasa kantuk yang dirasakannya itu bisa setidaknya sedikit berkurang. Setelah selesai mandi, dia pun segera sarapan pagi, dia memakan sarapan yang sudah dibuatkan oleh Joshua. Dan mereka kemudian segera pergi menuju ke toko bunga tempat mereka berdua bekerja. Hari itu Joshua nampak begitu tenang. Mungkin dia tidak begitu memikirkan Elena maupun Luna.