Mr Black pun kembali ke alam manusia. Alam di mana dia harus menghabiskan waktunya lebih banyak dibandingkan dengan alam lain. Sebenarnya dia masih terheran-heran, kemana sebenarnya biodata mengenai dirinya menghilang. Mr Black masih bertanya-tanya, kenapa arsip yang dicarinya tidak kunjung ketemu. Sebenarnya dia masih penasaran bagaimana dahulu sebenarnya masa akhir hidupnya, sewaktu dia sebelum berubah menjadi seorang malaikat maut.
Joshua yang baru saja kembali dari mengantarkan pesanan, yang sedikit terengah-engah sembari berjalan cepat ke dalam toko bunga itu, membuatnya terkejut. "Astaga, Joshua. Aku pikir pelanggan baru dari toko ini yang mungkin saja terburu-buru mencari bunga yang bisa jadi mau dibawa untuk suatu acara yang penting. Ternyata aku salah orang, sudah kuduga memang dirimu. Aduh, untung saja aku tidak benar-benar terkejut!" Ucap Mr Black kepada Joshua.
"Sangat heran sekali hari ini, bisa juga dirimu terkejut Mr Blac
"Black, ini ada makanan untukmu dan juga pak Jayadi. Luna memberikannya untuk kalian. Aku tidak tahu apa isinya, yang jelas aku hanya dititipi saja olehnya" Ucap sang pemilik toko bunga itu kepada Mr Black yang baru saja kembali dari mengantarkan pesanan bunga."Oh terima kasih banyak, bu. Kok repot-repot sekali Luna itu, ya?. Sampai-sampai mau mengantarkan makanan kesini. Padahal kami sedang tidak memesan makanan apapun. Lantas, berapakah harga yang harus kami bayar?" Tanya Mr Black itu kepada bossnya."Oh, iya kata Luna kalian tidak perlu membayar makanan ini. Katanya juga, ini adalah sebagai rasa terima kasih dari mereka karena kau dan juga Pak Jayadi sudah menjadi pelanggan setia warung makan mereka". Ujar sang pemilik toko bunga itu menirukan ucapan Luna."Benar-benar rejeki nomplok memang. Seriuskah bahwa kami tidak per
Entah kenapa malam itu Luna memikirkan keadaan pria tua yang selalu dipanggilnya Pak Jayadi. seolah-olah dia selalu teringat akan kehadiran Papanya dalam sosok pria tua itu. "Jika saja pria itu adalah Papaku, pasti aku sangat senang sekali!" Ucapnya dalam hati."Semoga saja esok hari aku bisa mendengar kabar dari pak Jayadi maupun juga pria yang selalu bersamanya itu!" Ucap Luna lagi kepada dirinya sendiri. Lalu setelahnya Luna pun bergegas beristirahat untuk menyongsong hari esok yang harus dilaluinya bersama-sama dengan ibunya di warung makan mereka yang selalu menghadirkan cita rasa masakan rumahan sederhana nan nikmat, yang selalu digemari oleh pelanggan setia mereka.Seperti biasanya Elena maupun juga Luna, selalu bersiap-siap di pagi hari dengan berdandan rapi dan juga setelahnya mereka menyempatkan untuk sarapan bersama-sama di meja makan rumah mereka yang memang sederhana, namun selalu rapi tertata."Mama Elena, Luna pagi
"Pasti akan aku sampaikan pesanmu itu, Luna kepada Pak Jayadi!" Jawab Mr Black sembari berlalu pergi meninggalkan warung makan sederhana itu."Nah, Joshua. Ini sarapan dan juga sekaligus makan siang untuk kita, yang baru saja aku beli dari warung makan Elena. Oh iya, dan Luna juga berpesan bahwa kau harus menjaga kesehatan mu. Dia tidak ingin kau sakit. Nampaknya dia khawatir terhadapmu!" Ucap Mr Black itu kepada Joshua sembari meletakkan makanan yang baru saja dibawa olehnya."Hmmm, ya terima kasih Mr Black. Aku pasti akan memakannya. Memang perhatian sekali Luna, ya. Mungkin saja dia sudah menganggapku seperti ayahnya sendiri. Barangkali perkiraan ku seperti itu, dan bisa saja benar seperti itu, bukan?. Ya sudah, mari kita kerjakan apa yang harus kita kerjakan!" Ajak Joshua itu kepada Mr Black sembari melanjutkan pekerjaannya.Sementara itu diwarung makan sederhana mereka, Luna masih terpikir akan keadaan Joshua yang tidak ada
Luna pun memberikan bunga yang telah dibawa dari toko bunga itu kepada sang Ibunda yang berada di warung makan milik mereka. "Mama, ini Luna membeli bunga dari toko bunga Sasha, di mana pak Jayadi itu bekerja, bunganya cantik, sih Mama. Meskipun dengan warna bunga tulip yang sama namun entah kenapa menurut Luna, bunga hari ini beda, bukan?, maksud Luna beda dengan bunga-bunga tulip yang selalu kita beli!" Kata Luna itu sembari meletakkan bunga tulip yang telah di bawanya."Iya Mama tahu, Luna. Pasti jika kau bandingkan bunga yang saat ini kau bawa dengan bunga yang telah lalu, jelas berbeda dong, nak!. Bunga yang kau bawa saat ini kan masih segar. Kau ini ada-ada saja, ya!. Sudah ah, bantu Mama merapikan kursi-kursi maupun juga meja-meja ini, ya Luna!" Elena menginstruksikan kepada sang putri untuk membantunya setelah sampai di warung makan mereka.Seperti biasanya, tidak ada hal istimewa yang terjadi hari itu di warung makan milik Elena. Mereka b
Setelah Mr Black sampai di tempat tinggalnya, dia pun segera duduk di ruang tamu di rumah mereka itu. Joshua yang melihat Mr Black sedang merasa gundah hatinya itupun kemudian menyapanya."Ada hal apa yang telah terjadi kepadamu?, kau terlihat kusut seperti itu Mr Black, seolah-olah ada perkara besar yang sulit kau pecahkan hari ini!" Tanya Joshua kepada dirinya."Memang ada sebuah perkara, Joshua. Namun entahlah, aku kan sudah bilang belum bisa menceritakannya kepada dirimu!" Jawabnya sambil mendengus, dan kemudian menghela nafas. Karena rasa lelah yang dirasakan olehnya, setelah mengikuti kemana wanita tua itu tinggal."Ya, ya, ya. Aku sudah menebaknya Mr Black. Sanalah mandi, bersihkan badanmu. Dan beristirahatlah setelahnya. Masih ada hal lain yang harus kita kerjakan esok hari, kan?. Jadi jangan banyak pikiran. Yang ada nanti dirimulah yang terlihat jauh lebih tua, dibandingkan dengan wajah tampanku ini!"
"Sama-sama, Joshua. aku pun juga ikhlas membantumu. Jika aku tidak ikhlas, pasti aku sudah tidak menemanimu di sini, benar bukan?" Jawab Mr Black ketus kepada Joshua yang masih sibuk merapikan pot bunga dan tanaman di sekitarnya.Lalu, mereka berdua pun melanjutkan kegiatan seperti biasanya. Tetapi kala itu ketika Mr Black sedang akan mengantarkan tanaman-tanaman bunga yang hendak diantarkan olehnya, dia pun tidak sengaja melihat wanita tua itu mampir ke toko bunga milik bosnya.Mr Black yang kemudian penasaran mengapa wanita tua itu pergi ke sana, dia sedikit menguping pembicaraan dari boss pemilik toko bunga, dan juga wanita tua itu. Ternyata wanita tua itu memesan bunga yang hendak dibawanya ke pusara makam putranya. Jadi Mr Black pun terheran-heran, karena tiba-tiba saja wanita itu datang kesana."Mengapa ya, tumben sekali wanita tua ini datang kemari, dia sepertinya hendak membeli bunga!" Ungkap Mr Black dalam hatinya.
Hari ini adalah hari senin pagi yang seperti biasa selalu sibuk. Aktifitas dan rutinitasku sebenarnya sama saja seperti pria-pria lainnya. Tetapi pada hari ini adalah hari yang lumayan sibuk bagiku karena pekerjaanku yang sebagai seorang kepala sekolah SMA swasta favorit dikota ini harus datang sedikit lebih awal dari hari biasanya karena ada acara kenaikan kelas dan penerimaan rapor siswa yang mana mengharuskanku menandatangani setiap lembar rapornya. Aku pun hanya sempat sarapan pagi ala kadarnya,bukan karena aku tidak memiliki seseorang istri yang pandai memasak,tetapi karena kesibukanku itulah yang membuatku tidak bisa selalu menyempatkan pagi hari yang lebih lama kepada istriku dan putri kecilku. Setelah memakan 2 keping roti dan segelas susu coklat,aku beranjak pergi dari meja makan tanpa sempat mengecup kening istriku. Dan aku agak sedikit tergesa-gesa karena aku rupanya terlambat untuk bangun pagi lebih awal. Jadi aku harus bergegas melajukan mobi
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah kami. Aku memeriksa keadaan sekeliling. Entah posisi sofa ataupun meja makan tetaplah sama. Meskipun sofa dan meja makan itu tidak terlihat baru, aku begitu bahagia karena aku telah kembali ke dalam rumah ini lagi. Disudut lemari hias dipinggir sofa, aku pandangi fotoku dan Elena yang berada ditepi pantai, yang saat itu memasuki tahun ketiga kami berpacaran,sampai pada akhirnya enam bulan setelahnya,aku memutuskan untuk menikahinya. "Cantikmu tidak pernah berubah sedikitpun,Elenaku sayang!".Ucapku didepan foto itu. Lalu aku menuju kedalam kamar tidur utama rumah ini, kamar tidur kami. Ya, kamarku dan kamar Elena. Pada dinding diatas ranjang masih tertempel kokoh foto pernikahan kami.Kamar ini pun tidak begitu banyak berubah. Hanya lemari baju saja yang telah berganti dengan lemari baju yang baru meski tidak terkesan mewah. "Terima kasih istriku tercinta,begitu tulusnya rasa kasihmu kepadaku, meskipun 20 tahun
"Sama-sama, Joshua. aku pun juga ikhlas membantumu. Jika aku tidak ikhlas, pasti aku sudah tidak menemanimu di sini, benar bukan?" Jawab Mr Black ketus kepada Joshua yang masih sibuk merapikan pot bunga dan tanaman di sekitarnya.Lalu, mereka berdua pun melanjutkan kegiatan seperti biasanya. Tetapi kala itu ketika Mr Black sedang akan mengantarkan tanaman-tanaman bunga yang hendak diantarkan olehnya, dia pun tidak sengaja melihat wanita tua itu mampir ke toko bunga milik bosnya.Mr Black yang kemudian penasaran mengapa wanita tua itu pergi ke sana, dia sedikit menguping pembicaraan dari boss pemilik toko bunga, dan juga wanita tua itu. Ternyata wanita tua itu memesan bunga yang hendak dibawanya ke pusara makam putranya. Jadi Mr Black pun terheran-heran, karena tiba-tiba saja wanita itu datang kesana."Mengapa ya, tumben sekali wanita tua ini datang kemari, dia sepertinya hendak membeli bunga!" Ungkap Mr Black dalam hatinya.
Setelah Mr Black sampai di tempat tinggalnya, dia pun segera duduk di ruang tamu di rumah mereka itu. Joshua yang melihat Mr Black sedang merasa gundah hatinya itupun kemudian menyapanya."Ada hal apa yang telah terjadi kepadamu?, kau terlihat kusut seperti itu Mr Black, seolah-olah ada perkara besar yang sulit kau pecahkan hari ini!" Tanya Joshua kepada dirinya."Memang ada sebuah perkara, Joshua. Namun entahlah, aku kan sudah bilang belum bisa menceritakannya kepada dirimu!" Jawabnya sambil mendengus, dan kemudian menghela nafas. Karena rasa lelah yang dirasakan olehnya, setelah mengikuti kemana wanita tua itu tinggal."Ya, ya, ya. Aku sudah menebaknya Mr Black. Sanalah mandi, bersihkan badanmu. Dan beristirahatlah setelahnya. Masih ada hal lain yang harus kita kerjakan esok hari, kan?. Jadi jangan banyak pikiran. Yang ada nanti dirimulah yang terlihat jauh lebih tua, dibandingkan dengan wajah tampanku ini!"
Luna pun memberikan bunga yang telah dibawa dari toko bunga itu kepada sang Ibunda yang berada di warung makan milik mereka. "Mama, ini Luna membeli bunga dari toko bunga Sasha, di mana pak Jayadi itu bekerja, bunganya cantik, sih Mama. Meskipun dengan warna bunga tulip yang sama namun entah kenapa menurut Luna, bunga hari ini beda, bukan?, maksud Luna beda dengan bunga-bunga tulip yang selalu kita beli!" Kata Luna itu sembari meletakkan bunga tulip yang telah di bawanya."Iya Mama tahu, Luna. Pasti jika kau bandingkan bunga yang saat ini kau bawa dengan bunga yang telah lalu, jelas berbeda dong, nak!. Bunga yang kau bawa saat ini kan masih segar. Kau ini ada-ada saja, ya!. Sudah ah, bantu Mama merapikan kursi-kursi maupun juga meja-meja ini, ya Luna!" Elena menginstruksikan kepada sang putri untuk membantunya setelah sampai di warung makan mereka.Seperti biasanya, tidak ada hal istimewa yang terjadi hari itu di warung makan milik Elena. Mereka b
"Pasti akan aku sampaikan pesanmu itu, Luna kepada Pak Jayadi!" Jawab Mr Black sembari berlalu pergi meninggalkan warung makan sederhana itu."Nah, Joshua. Ini sarapan dan juga sekaligus makan siang untuk kita, yang baru saja aku beli dari warung makan Elena. Oh iya, dan Luna juga berpesan bahwa kau harus menjaga kesehatan mu. Dia tidak ingin kau sakit. Nampaknya dia khawatir terhadapmu!" Ucap Mr Black itu kepada Joshua sembari meletakkan makanan yang baru saja dibawa olehnya."Hmmm, ya terima kasih Mr Black. Aku pasti akan memakannya. Memang perhatian sekali Luna, ya. Mungkin saja dia sudah menganggapku seperti ayahnya sendiri. Barangkali perkiraan ku seperti itu, dan bisa saja benar seperti itu, bukan?. Ya sudah, mari kita kerjakan apa yang harus kita kerjakan!" Ajak Joshua itu kepada Mr Black sembari melanjutkan pekerjaannya.Sementara itu diwarung makan sederhana mereka, Luna masih terpikir akan keadaan Joshua yang tidak ada
Entah kenapa malam itu Luna memikirkan keadaan pria tua yang selalu dipanggilnya Pak Jayadi. seolah-olah dia selalu teringat akan kehadiran Papanya dalam sosok pria tua itu. "Jika saja pria itu adalah Papaku, pasti aku sangat senang sekali!" Ucapnya dalam hati."Semoga saja esok hari aku bisa mendengar kabar dari pak Jayadi maupun juga pria yang selalu bersamanya itu!" Ucap Luna lagi kepada dirinya sendiri. Lalu setelahnya Luna pun bergegas beristirahat untuk menyongsong hari esok yang harus dilaluinya bersama-sama dengan ibunya di warung makan mereka yang selalu menghadirkan cita rasa masakan rumahan sederhana nan nikmat, yang selalu digemari oleh pelanggan setia mereka.Seperti biasanya Elena maupun juga Luna, selalu bersiap-siap di pagi hari dengan berdandan rapi dan juga setelahnya mereka menyempatkan untuk sarapan bersama-sama di meja makan rumah mereka yang memang sederhana, namun selalu rapi tertata."Mama Elena, Luna pagi
"Black, ini ada makanan untukmu dan juga pak Jayadi. Luna memberikannya untuk kalian. Aku tidak tahu apa isinya, yang jelas aku hanya dititipi saja olehnya" Ucap sang pemilik toko bunga itu kepada Mr Black yang baru saja kembali dari mengantarkan pesanan bunga."Oh terima kasih banyak, bu. Kok repot-repot sekali Luna itu, ya?. Sampai-sampai mau mengantarkan makanan kesini. Padahal kami sedang tidak memesan makanan apapun. Lantas, berapakah harga yang harus kami bayar?" Tanya Mr Black itu kepada bossnya."Oh, iya kata Luna kalian tidak perlu membayar makanan ini. Katanya juga, ini adalah sebagai rasa terima kasih dari mereka karena kau dan juga Pak Jayadi sudah menjadi pelanggan setia warung makan mereka". Ujar sang pemilik toko bunga itu menirukan ucapan Luna."Benar-benar rejeki nomplok memang. Seriuskah bahwa kami tidak per
Mr Black pun kembali ke alam manusia. Alam di mana dia harus menghabiskan waktunya lebih banyak dibandingkan dengan alam lain. Sebenarnya dia masih terheran-heran, kemana sebenarnya biodata mengenai dirinya menghilang. Mr Black masih bertanya-tanya, kenapa arsip yang dicarinya tidak kunjung ketemu. Sebenarnya dia masih penasaran bagaimana dahulu sebenarnya masa akhir hidupnya, sewaktu dia sebelum berubah menjadi seorang malaikat maut.Joshua yang baru saja kembali dari mengantarkan pesanan, yang sedikit terengah-engah sembari berjalan cepat ke dalam toko bunga itu, membuatnya terkejut. "Astaga, Joshua. Aku pikir pelanggan baru dari toko ini yang mungkin saja terburu-buru mencari bunga yang bisa jadi mau dibawa untuk suatu acara yang penting. Ternyata aku salah orang, sudah kuduga memang dirimu. Aduh, untung saja aku tidak benar-benar terkejut!" Ucap Mr Black kepada Joshua."Sangat heran sekali hari ini, bisa juga dirimu terkejut Mr Blac
Meskipun dirinya sedang bekerja saat itu, pikiran Mr Black sungguh tidak bisa fokus pada tanaman-tanaman yang harus dirawat olehnya itu. Dia hanya memikirkan bagaimana ingatan manusianya dahulu bisa kembali. Setelah dia bergegas menyelesaikan pekerjaannya di toko bunga itu, perlahan-lahan dia kembali ke alam lain dan membuka satu demi satu lagi catatan tentang manusia yang meninggal sejak dirinya ditugaskan menjadi malaikat maut Tuhan. Mr Black pun belum berhasil menemukan siapa gerangan identitasnya.Sampai pada suatu ketika, sewaktu dirinya tidak sengaja menghampiri makam seseorang yang jiwanya harus dibawa olehnya menuju ke alam lain, yang letaknya tidak jauh dari makam Joshua, dia melihat seorang wanita tua menangis tersedu-sedu di seberang makam itu. Tanpa disadari olehnya, ternyata wanita itu sedang menangisi makam putra kandungnya. Putra kandungnya yang sudah meninggal te
"Mr Black, segeralah bangun. Ini ada sarapan untukmu. Kenapa hari ini kau susah bangun?. Tidak seperti biasanya. Biasanya kan kau yang selalu membangunkanku" Ucap Joshua kepada Mr Black didepan pintu kamarnya."Ya, tunggu. Ini aku sedang berusaha untuk membuka mataku. Aku semalam sedang sedikit susah untuk memejamkan kedua mataku. Makanya aku hari ini tidak bisa untuk bangun lebih awal." Balas Mr Black dari dalam kamarnya.Mr Black yang masih mengantuk itupun segera bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh badannya, sehingga rasa kantuk yang dirasakannya itu bisa setidaknya sedikit berkurang. Setelah selesai mandi, dia pun segera sarapan pagi, dia memakan sarapan yang sudah dibuatkan oleh Joshua. Dan mereka kemudian segera pergi menuju ke toko bunga tempat mereka berdua bekerja. Hari itu Joshua nampak begitu tenang. Mungkin dia tidak begitu memikirkan Elena maupun Luna.