Suasana rumah mewah itu tampak sangat sunyi. Yang terdengar hanyalah suara detikan jam dinding berukuran besar yang menunjukkan pukul dua belas malam.
Wajar, semua penghuni rumah sudah terlelap dan hanya menyisakan seorang gadis bersurai panjang yang sejak tadi cemas bolak-balik di depan pintu utama karena menunggu tuan muda nya pulang. Ia sudah berjanji pada tuan besar, untuk tidak tidur sebelum tuan muda nya pulang ke rumah.
"Ya Tuhan, semoga tidak terjadi hal buruk pada den Alvon. Ini sudah sangat larut, kenapa den Alvon belum juga pulang?" Kedua tangan gadis itu mengepal di depan, merapalkan doa.
Hingga tidak lama setelah ia berbicara, terdengar lah suara deru mesin mobil dari luar.
"Itu pasti den Alvon, syukurlah.."
Gadis itu segera membuka kunci pintu dan tersenyum lebar menyambut kedatangan tuan muda nya. Namun, senyuman itu seketika sirna ketika melihat tuan muda nya sedang di papah oleh seorang pemuda lain.
"Den... Astaga, den Alvon kenapa?"
"Aku Rezka, teman Alvon. Alvon mabuk berat, tolong bawa dia masuk."
Gadis itu segera memapah Alvon dan tidak lupa mengucapkan terimakasih pada pemuda bernama 'Rezka' itu.
Sepeninggal Rezka, gadis itu segera mengunci pintu dan berjalan perlahan sambil memapah Alvon.
Namun, tiba-tiba...
Bruk.
Tubuh tegap beraroma Alkohol itu ambruk di atas tubuh gadis itu. Gadis itu meringis, hingga seketika melebarkan matanya ketika dengan lancang Alvon mencium bibir nya dengan kasar dan rakus.
"Mpphh.."
Bugh!
Bugh!
Gadis itu memukul dada bidang Alvon dengan sekuat tenaga. Namun percuma. Tenaga nya kalah telak dengan tenaga Alvon.
Alvon melepas pangutan nya. Mata hazel nya menatap mata gadis itu yang mulai berair menitikan airmata.
"Kita akan bersenang-senang Alice." Ujarnya sambil tersenyum lembut.
"Ti-tidak! Siapa Alice? Aku bukan Alice den, aku Cyra! Aku mohon, jangan lakukan ini!"
Percuma. Alvon sudah lebih dulu menggendong nya, membawa nya ke dalam sebuah kamar bernuansa navy itu.
"Turunkan!"
"Turunkan aku!"
"Sttt, tenanglah. Kita akan bersenang-senang honey."
Wanita bergaun pengantin itu mengusap airmatanya dengan kasar. Kejadian beberapa malam silam kembali berputar di kepalanya, dimana kejadian ketika sang anak majikan merenggut kesucian nya begitu saja.Sedih? Tentu. Namun harus bagaimana lagi? Mungkin Tuhan sudah menakdirkannya begitu.Mengelus perut, Cyra lantas tersenyum getir meratapi nasibnya. Kini, ia sudah sah menjadi istri dari seorang Alvon Williams dan menjadi ibu dari anak yang di kandung nya. Namun, sesuai perjanjian bahwa Cyra dan Alvon akan bercerai jika Cyra sudah melahirkan nanti."Berkembang lah dengan sehat." Ujarnya lirih.klek.Cyra refleks menoleh kearah pintu yang memperlihatkan seorang lelaki ber-jas dengan warna senada dengan gaunnya. Lelaki itu perlahan masuk dengan memasang wajah datar."Siapa yang menyuruhmu ke sini? Kamu berharap tidur dengan ku malam ini? Iya?" Tanya Alvon dingin.
Cyra berjalan riang menyusuri koridor kantor milik Alvon dengan sebuah jinjingan di tangan kanan nya."Bukankah itu istri pak Alvon?""Iya benar. Isu nya sih, pak Alvon menikahi nya karena bertanggung jawab.""Maksud kamu, wanita itu hamil karena pak Alvon?""Ya seperti itu.""Cantik sih, tapi kok pakaian nya seperti orang miskin ya?""Ya wajar lah. Dia kan pembantu dirumah pak Alvon."Mendengar bisik-bisik dari beberapa wanita itu, Cyra pun refleks memberhentikan langkahnya. Matanya menyapu pakaian nya dari atas hingga bawah.Memang benar. Terlihat sangat sederhana."Huh! Stop Cyra, jangan dengarkan apa kata mereka." Menghela nafas, Cyra pun akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.Hingga tidak lama kemudian, langkah Cyra berhenti tepat di depan sebuah pin
Alvon terbangun dari tidur nya setelah mendengar suara kicauan burung yang terdengar bersahutan dari luar.Ia refleks meringis. Punggungnya terasa sakit setelah ia berhasil merubah posisinya menjadi duduk. Semalaman, Alvon memang memutuskan untuk tidur di sofa. Dan mungkin ini penyebab mengapa punggung nya terasa sakit.Menyibak selimut, Alvon lantas segera bangkit. Matanya melihat pada tempat tidur, yang ia ketahui jika Cyra tidur disana, namun ternyata tidak.Hingga tatapan Alvon jatuh pada sosok wanita yang meringkuk tidur di lantai, tanpa menggunakan alas maupun bantal."Cyra?" Gumam Alvon seraya menatap perut rata wanita itu. Alvon berfikir sejenak, namun kemudian menggeleng keras."Tidak! Kenapa aku harus peduli padanya? Biarkan saja jika dia ingin tidur di lantai dingin itu!"Tanpa menatap Cyra kembali, Alvon langsung saja berjalan memasuki toilet.
Cyra tampak termenung menatap beberapa hamparan bintang yang bersinar terang malam ini."Ayah, ibu, kalian sedang apa disana? Aku sangat merindukan kalian. Maafkan aku yah, bu. Maafkan aku karena sudah mengecewakan kalian.""Aku lelah. Aku lelah hidup ku di perlakukan seperti ini oleh suami ku sendiri. Bisa kah kalian menjemput ku? Bisa kah kalian membawa ku pergi dari mimpi buruk ini?"Cyra menunduk ketika airmata itu keluar dengan sendirinya. Ia sudah seperti orang yang berputus asa. Seolah, mati adalah jalan satu-satunya untuk meninggalkan semua luka yang Alvon berikan."Kenapa kamu berbicara seperti itu nak?"Spontan, Cyra mendongak dan segera memutar tubuh nya."Mama?" cicit nya pelan.Revani menatap Cyra sendu. Segitu terluka nya kah Cyra, hingga berani mengatakan itu?"Jangan berbicara seperti itu." Revani menggenggam tangan Cyra,
Weekend adalah hari yang cukup di nantikan oleh beberapa orang, karena mereka bisa bersantai-santai di rumah, berkumpul dengan keluarga, atau pun hangout bersama teman dan kekasih.Sama hal nya dengan Alvon, lelaki itu pun kini tengah bersiap ingin menemui sang kekasih. Ah ralat, mungkin lebih tepat nya mantan kekasih karena waktu itu Alice berkata untuk mengakhiri hubungan dengan nya.Melipat lengan kemeja putih nya, Alvon lantas melirik arloji yang kini menunjukkan pukul delapan pagi. Ia segera mengambil kunci mobilnya kemudian bergegas turun ke lantai bawah.Ketika langkahnya telah sampai di akhir tangga, suara Cyra menggema memanggil nama nya."Al!" Cyra berjalan menghampiri Alvon. Matanya menatap Alvon dari atas hingga bawah."Kamu ingin kemana? Bukankah ini hari minggu, dan ituartinya kamu libur di kantor?"
Cyra menatap wajah pucat Alvon dengan sendu. Sudah hampir delapan jam Alvon belum sadarkan diri setelah dirinya di pindahkan di ruang rawat VIP.Akibat kecelakaan itu, satu kaki Alvon terluka lumayan parah, begitupun dengan bagian kepalanya. Dan dokter mengatakan jika Alvon harus mendapatkan penanganan dan perawatan yang khusus."Nak, istirahat lah. Sejak tadi kamu duduk di situ terus."Revani berdiri di sebelah Cyra yang duduk di kursi samping brankar Alvon. Sejak tadi, sejak di pindah kan nya Alvon ke ruang rawat, Cyra dengan setia nya duduk di situ menunggu Alvon tersadar."Aku tidak apa mah."Revani dapat melihat kekhawatiran yang begitu mendalam dari tatapan Cyra. Bahkan, bercak air mata pun masih terlihat di sekitar mata dan pipinya."Nak, Alvon pasti akan baik-baik saja." Ujar Revani sambil mengelus bahu Cyra."Iya mah. Aku sangat m
Gadis itu tampak begitu sibuk memasukkan barang-barang nya kedalam sebuah koper yang ia letakkan di samping lemari.Mengalihkan pandangan, gadis itu spontan terdiam memandang figura foto yang menetap diatas meja panjang yang terletak di samping lemari tersebut.Ia berdiri. Tangan nya meraih figura itu dan memeluknya sambil memejamkan mata."Kenapa hubungan kita harus berakhir menyakitkan seperti ini Al? Seandainya kamu tidak melakukan kesalahan besar itu.."Airmata gadis itu jatuh hingga mengenai kaca figura yang tengah di peluknya. Mungkin, semalam adalah hari terakhir nya ia melihat sang mantan kekasih, karena pagi ini ia harus terbang ke Jerman bersama kedua orangtua nya untuk urusan pekerjaan.Tok!Tok!"Alice, cepatlah nak, papa sudah menunggu mu di bawah!"Alice berkesiap. Menghapus airmata, ia pun lantas memandang figura it
"Kenapa kamu seperti ini sih Al? Kamu sangat kasar pada Cyra." Rezka menggelengkan kepala nya menatap Alvon yang terdiam duduk diatas brankar."Apa kamu tau? Semalam om Tian melarang Cyra untuk menemani mu di sini. Namun apa? Cyra tetap kekeuh ingin menemani mu Al."Benar apa yang dikatakan oleh Roy. Sejak insiden semalam, Tian memang melarang Cyra untuk menemui Alvon. Ia tidak ingin menantu nya di sakiti lagi oleh putranya.Namun, Cyra tetaplah Cyra sang keras kepala. Wanita itu dengan niatnya yang tulus selalu menemani Alvon tidur walaupun dengan posisinya yang duduk.Dan sejak pagi tadi, Cyra di paksa pulang oleh Revani dan Tian setelah pagi-pagi sekali ia muntah-muntah."Cyra itu lelah mengurus mu Al. Kata tante Revani, sejak kamu sakit Cyra selalu tidur dengan posisinya yang duduk. Apa kamu sama sekali tidak memikirkan nya Al? Kamu sama sekali tidak memikirkan anak mu yang di kandung
Alvon baru saja terbangun dari tidur nya. Mata nya langsung di suguhkan dengan pemandangan yang benar-benar indah. Lelaki itu lantas mengangkat tangan nya guna mengelus pipi istri nya yang masih terlelap. Wajah cantik Cyra terlihat damai saat tertidur.Alvon tiba-tiba saja terkekeh. Ia teringat dengan hal konyol yang ia lakukan semalam dengan Cyra.-flashback on-Alvon membuka mata nya dan langsung melihat jam dinding yang kini menunjukkan pukul dua dini hari. Pandangan nya kemudian beralih kepada Edward dan Cyra yang tidur di samping nya. Mereka terlihat pulas sekali. Apalagi, Edward.Alvon terkekeh sejenak. Terbesit sebuah ide di benak nya. Ia segera bangun dari po
Cyra tersenyum memperhatikan Edward yang sedang bermain di temani dengan beberapa mainan nya. Anak itu benar-benar terlihat lincah dan menggemaskan. Kaki mungil nya bergerak lincah mengelilingi taman belakang dengan sebuah pesawat mainan yang ada di tangan nya. Mulut nya bergerak menirukan suara pesawat yang akan terbang.“ayo kita terbang ke mommy..” Edward berlari menghampiri Cyra yang sedang duduk di gazebo. Cyra tersenyum kemudian merentangkan tangan nya, menyambut Edward ke dalam pelukan nya.“sudah sore, kita mandi ya?” Cyra mengelus rambut tebal Edward. Anak itu sekarang duduk di pangkuan nya.“ayo!” ujar Edward penuh semangat. Cyra lantas mengecup puncak kepala Edward.“mau mommy gendong?” tanya nya.“mau!”“ayo kita terbang.&rd
Tiga tahun kemudian..“daddy ayo bangun!”“daddy!!”Lelaki beralis tebal itu mengerjapkan matanya ketika mendengar teriakan anak kecil. Masih dengan nyawa yang belum sepenuh nya terkumpul, mata nya samar-samar melihat sosok anak kecil tengah duduk di atas perut nya. Dia, putra nya. Kebiasaan nya adalah setiap pagi selalu membangunkan nya tidur.“hei.” Suara serak Alvon terdengar. Tangan besar lelaki itumengusap kepala putra nya dengan sayang.“mommy mana?” tanya Alvon.“mommy di bawah sedang menyiapkan sarapan, ayo daddy bangun.”“berikan kiss
“mah, mama ahh..”Wanita itu bergerak gelisah diatas tempat tidur sambil memegangi perut buncit nya. Peluh sudah mengalir banyak, dari dahi sampai turun ke leher. Mata nya bahkan sesekali terpejam seolah sedang menahan sakit.“mama..”Suara nya tidak kuat untuk teriak. Ia tampak menahan kesakitan sambil mengatur nafas nya.“huh, huh..”“Cyra, ayo makan—CYRA!” Revani spontan berteriak saat membuka pintu kamar menantu nya. Ia segera berlari menuju tempat tidur dan memegang tangan Cyra yang sudah berkeringat.“mah..” panggil Cyra melemah.“astaga, kamu ingin melahirkan nak!” Revani bergerak panik.“PAH! PAPA!”Tidak lama kemudian Tian-suami nya datang bersama pembantu nya di belakang. Sama hal nya seperti Reva
“ahh Roy..” wanita itu memejamkan mata nya ketika pria yang berada diatas tubuh nya menjilati leher nya dengan rakus dan bergairah. Kedua tangan nya melingkar di leher sang pria dengan manja. Sementara sang pria memeluk pinggang nya dengan mesra.“uhh su-sudah Roy..”Roy seakan menulikan telinga nya dan terus melanjutkan aktivitas nya. Kini ciuman nya naik ke rahang, pipi, lalu berhenti di bibir ranum Luna. Roy mengecap dan memainkan bibir itu dengan penuh gairah. Erangan Luna semakin terdengar, dan tentu membuat Roy semakin bersemangat melakukan aktivitas nya.Roy mengangkat tubuh Luna ala bridal, lalu di jatuhkan nya tubuh itu diatas tempat tidur besar nya. Roy melepas kaus nya dengan terburu-buru sebelum ia kembali menindih tubuh sang istri. Kedua tangan Roy menggenggam kedua tangan Luna sehingga ia leluasa melakukan nya nanti.&ldqu
“Al, aku tidak bisa tidur.” Rengek Cyra seraya menatap Alvon yang ada di layar ponsel nya. Saat ini mereka sedang melakukan panggilan video call.“kamu harus tidur, ini sudah malam sayang.” Ujar Alvon dari seberang sana.“aku ingin di peluk.” Cyra memanyunkan bibir nya sebal. Ah, jika saja Alvon ada disana pasti ia akan mencium bibir menggoda wanita itu.“hei, aku belum tiga hari disini. Ini, aku saja masih lembur mengerjakan kerjaan untuk besok.” Alvon menunjukkan kepada Cyra, beberapa berkas yang berceceran diatas meja nya.“kasihan kamu. Coba saja kamu mengizinkan aku ikut, pasti sudah aku temani.”“sudah, tidur sana.”“jaga kesehatan ya. Jika sudah selesai langsung istirahat.” Ujar Cyra.
Hari semakin berlalu, bulan pun berganti. Usia kandungan Cyra sudah memasuki usia-usia melahirkan. Dari hasil USG memperlihatkan bahwa anak Alvon dan Cyra adalah laki-laki. Perut Cyra semakin bertambah besar kian hari. Bahkan, untuk berjalan pun Cyra tampak sedikit kesusahan dan sering sekali merasa kelelahan.Alvon tentu sedikit khawatir dengan kondisi Cyra sekarang, sampai-sampai pria itu memutuskan untuk menempati kamar tamu yang berada dilantai satu bersama sang istri. Karena supaya tidak keseringan bolak-balik naik tangga, Alvon takut terjadi apa-apa pada Cyra.“huh.” Lihat saja, padahal hanya berjalan dari kamar tamu ke dapur, Cyra sudah terlihat ngos-ngosan.“non, ingin mengambil apa? Kenapa tidak panggil bibi saja.” Ujar salah satu asisten rumah tangga Cyra seraya memegangi tangan nya.“aku tidak papa bi, hanya ingin mengambil air minum saja. Di kamar air
Cyra dan Alvon sekarang berada di salah satu supermarket besar pusat ibu kota. Cyra mengajak suami nya itu untuk belanja bulanan, ya hitung-hitung sekalian jalan-jalan juga kan Alvon sedang tidak bekerja.“sekarang kita ke tempat buah-buahan saja Al, bumbu masakan seperti nya sudah cukup.” Ujar Cyra seraya melirik Alvon yang sedang mendorong troli di samping nya. Alvon hanya menurut mengikuti langkah Cyra menuju tempat buah-buahan.Cyra tampak mengambil beberapa macam buah itu lalu dimaksukkan kedalam troli. Sementara Alvon tak lepas memperhatikan Cyra. Wanita itu jauh terlihat seperti keibuan jika begini.“kenapa?” tanya Cyra yang seperti nya merasakan bahwa dirinya sedang diperhatikan.Alvon hanya menggeleng sambil mengulas senyum nya, “kalau capek bilang.”“Al, kamu mau anggur ini?” tanya Cyra seraya
Teman-teman Alvon sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Dan sekarang, Alvon dan Cyra sedang berada di kamar sambil menonton acara televisi. Cyra terlihat berbaring diatas karpet berbulu itu dengan menjadikan paha Alvon untuk bantalan kepala nya, sementara Alvon sejak tadi mengelus kepala Cyra.“Al?”“ya?”“aku ngantuk.”“tidur sekarang?”“he’em.”“tapi gendong aku.” Ujar Cyra sambil mengangkat kedua tangan nya ke udara.Alvon tersenyum, tentu saja ia akan menuruti kemauan istri nya itu. Alvon memindahkan kepala Cyra diatas karpet berbulu sementara dirinya berjongkok dan mulai mengangkat tubuh Cyra ala bridal. Walaupun awalnya Alvon kesusahan karena berat badan Cyra yang bertambah, tapi akhirnya Alvon bisa juga. Alvon membaringkan tubuh Cyra diatas tempat tidur de