Share

LIMA PULUH

“Ingin kupanggilkan tukang urut? Mami punya langganan tukang urut yang bisa dibawa ke rumah.”

“Tidak, tidak usah.” Attar bangkit dari posisi tidurnya dan membawa piring serta cangkirnya ke meja bar, diikuti Ruby. “Paling karena sudah lama tidak kugerakan. Hari ini kamu ada acara?”

“Aku ingin mengunjungi Luna di rumah Mbak Shera. Katanya, dia sudah bisa baca. Mbak Shera juga ingin aku mengajarinya menghitung. Ah, aku jadi tak sabar bertemu dengan ponakanku yang satu itu,” ujar Ruby penuh semangat.

“Keponakan kita,” ralat Attar lembut. Ia menyantap sarapan paginya dengan lahap. “Tidak asin, tidak hambar,” Ia memuji istrinya, itu juga rutinitas sehari-hari. Tidak peduli makanannya tak ada rasanya sekalipun, ia akan tetap menghujani istrinya dengan pujian-pujian sampai istrinya merasa bosan. “Kamu akan sarapan di sana?”

“Aku sudah makan sebelum kamu bangun.”

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status