"Dret.. Dret... ""Dret.. Dret..."Lagi lagi ponsel milik Zaid ada panggilan masuk. "Halo Ma, Assalamualaikum," Ucap Zaid. "Walaikumsalam," Jawab Bu Tata alias Mamanya Zaid. "Kamu apa kabar Sayang? Kenapa gak angkat telepon Mama tadi?""Oh.. Itu, Zaid sangat pusing tadi Ma. Gak denger kalau ponsel Zaid bunyi.""Hohh.. Sekarang gimana keadaan kamu, udah lebih baik gak?""Alhamdulillah.. Udah mendingan. Zaid juga udah rebahan mau tidur Ma," ucap Zaid. "Hohh.. Padahal Mama main ngobrol sama kamu. Kalau udah mau tidur ya, tidurlah sayang.""Iya Ma, besok Zaid telepon Mama lagi. Assalamu'alaikum," ucap Zaid. Zaid yang sangat lelah dan juga stres memilih untuk tidur. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, setidaknya ia harus menyiapkan energi untuk menghadapi semuanya. ***Esok harinya, senya berjalan seperti biasanya sampai sebuah artikel dirilis. "Headline News, beberapa artikel gosip yang menyebutkan tentang hubung
"Orang itu sangat jahat dan gila!" Umpat Zaid. "Terus Pak, apa Bapak berhasil memujuknya?" Tanya Diandra. "Mustahil panggilan telepon saya diputus begitu aja!" ucap Zaid. "Astaghfirullah, kita dalam masalah tanpa solusi Pak." "Diandra, dengerin saya! Coba kamu pikirkan lagi, menikahlah dengan saya," Pinta Zaid. "Hemm.. Keputusan saya akan tidak akan berubah Pak," ucap Diandra. Zaid berlutut, " Masa depan perusahaan ini, dan keluarga kamu sama sama sangat penting bagi kita. Orang tua saya juga pasti akan sangat terpukul. Coba kamu pikirkan lagi, Di.""Bapak ngapain? Berdiri dong Pak. Gimana kalau orang lain ngeliat Bapak kayak gini?" "Saya sangat bersungguh sungguh. Saya akan memperlakukan kamu dengan baik dan tidak akan menganggu privasi kamu," ucap Zaid. "Saya gak kepikiran Pak," ucap Diandra. "Gimana kalau kita menikah kontrak saja?" Ucap Zaid. "Bapak kira pernikahan itu main-main apa? Pernikahan kontrak kayak di drama drama?
'Kenapa Pak Zaid ada disini malem malem' pikir Diandra. Diandra juga melihat gerbang pagar rumahnya terbuka, pertanda ada orang di rumah. Padahal Ibu Diandra dan juga Rinal tadi katanya akan menginap di rumah Bibi Diandra. Perasaan Diandra mulai gak enak, buru buru ia berjalan memasuki perkarangan rumahnya. "Ibu??" Ucap Diandra. Diandra yang berdiri fi depan pintu rumahnya langsung masuk ke dalam rumah. Dilihatnya wajah sang Ibu seperti sedang menahan tangis dan kecewa. ada Rinal dan juga Zaid di rumahanya. "Mba, ayo masuk!" Ucap Rinal. Rinal terlihat sedikit tegang, tapi jauh lebih baik dari raut wajahnya Bu Rina. "Duduklah di sebelah Pak Zaid, Mba!"Diandra segera melakukan apa yang diminta oleh Rinal. "Ada apa Ri?" Tanya Diandra. Diandra tidak berani bertanya pada siang Ibu, padahal sang Ibu menatapnya dengan tajam sampai detik ini. "Ini Mba," ucap Rinal. Rinal menunjukkan sebuah foto melalui ponselnya. "Ibu menerima pesan ini dari nomo
5. "Pulanglah Pak Zaid, Ibu saya pasti sangat terkejut karena masalah ini," Ucap Rinal. Rinal sudah kembali ke rumah beberapa detik lalu dan memilih mendengar pembicaraan keduanya tanpa protes ataupun ikut campur. "Baiklah," Ucap Zaid. Zaid segera keluar dari rumah Diandra dan menaiki mobilnya. Ia bermaksud mencari keberadaan Diandra. Sedangkan di rumah Diandra, tangis Bu Rina akhirnya pecah juga. Ia sangat terluka dengan perbuatan Diandra dan Zaid. Putri sulungnya bermain hal gila di luaran sana. Dan itupun dengan Zaid, pria baik menurutnya. Tidak mungkin rasanya Diandra dan Zaid melakukan hal gila itu, tapi nyatanya justru berbanding terbalik. "Bu.." Rinal memeluk sang Ibu. "Ternyata gosip online yang sileweran itu benar. Zaid dan Diandra.." ucap Bu Rina. "Itu pasti gak bener Bu. Rinal percaya sama Mba Diandra. Mungkin orang yang suka sama Pak Zaid yang merencanakan semua ini. Seperti yang ada di sinetron Bu, bisa jadikan?" Rinal melepaskan pelukann
"Ibu kamu mau kita menikah Diandra. Besok pagi," ucap Zaid. "Apa?" Diandra langsung berdiri. "Saya mengatakan yang sebenarnya Diandra. Kamu bisa tanya langsung ke adik kamu. Besok, jam 20 pagi saya disuruh datang ke rumah kamu untuk menikah.""Masa iya Ibu saya ngomong gitu Pak? Rasanya gak mungkinlah Pak.""Serius Diandra. Saya gak bohong," Ucap Zaid. "Terus? Bapak setuju?" Tanya Diandra Zaid mengangguk. "Astaghfirullah, kenapa Bapak main setuju aja. Saya kan gak mau nikah sama Bapak!""Iya tapi Di. Saya harus nolak gitu?"Diandra segera menganggukkan kepalanya. "Bisa bisa saya dihajar sama Ibu kami. Masuk penjara karena gakn mau nikahin kamu atau masuk rumah sakit. Itu aja pilihan yang ada Di. Saya gak bisa apa apa.""Wah.. Saya emosi sekarang denger Bapak ngomong gitu," Ucap Diandra. "Ya Allah," Ucap Zaid. "Kenapa Pak?" Tanya Diandra. "Diandra, ini untuk terakhir kalinya saya meminta dengan baik dan sopan." Zaid ber
Hahaha.. Kita Nikahnya kan gak beneran kayak orang orang Pak," Jawab Diandra. "Loh, gak beneran gimana?""Iya Pak, nikahnya kita kan nikah kontrak Pak.""Jangan aneh aneh Pak," Ucap Diandra. "Please call Mas, Di.""Iya iya. Saya panggil Mas," Ucap Diandra. Diandra malas bertengkar. "Kuy buruan Mas Zaid nyetirnya.""Iya, ini juga udah cepat Dian.Zaid menambah kecepatan mobilnya. Sekitar dua puluh menit mereka sudah sampai di pusat perbelanjaan. "Mas mau ikut gak?""Hemm.. Wait wait." Zaid segera menyusul Diandra. Zaid menggandeng lengan Diandra tanpa canggung. "Eh.. Eh.. Apa apaan ini Mas?""Hushh jangan protes," ucap Zaid. "Astaghfirullah," ucap Diandra. 'Kayaknya keputusanku salah Ya Allah.'"Kita beli apa aja Di?" Tanya Zaid. "Banyak Mas.""Ya udah, Mas temenin.""Iya boleh," Ucap Diandra. Memasuki swalayan, Diandra langsung Menuju bagian makanan dan keperluan dapur, sedangkan Zaid mengikuti
"Mas minta ganti panggilan jadi Mas. Okelah boleh ya. Sekarang mau minta tidur di kamar yang sama. Besok besok gimana lagi Mas?""Ya mungkin lebih dari itu Di," Ucap Zaid. "Maksudnya gimana? Saya gak ngerti Mas.£"Coba kamu bayangin kalau orang tua saya atau Ibu kamu datang kesini Di, terus barang barang kamu ada di kamar lain. Kita bisa dikira gak kayak pasangan suami istri beneran Di. Kamu mau mereka bertanya tanya tentang hubungan kita. Kita juga harus belajar akting biar kelihatan kayak pasangan beneran Di.""Hohh.. Itu saya tau Mas. Tapi ya, entar bisa kita atur, gak berarti setiap hari harus tidur di kamar yang sama.""Terserah kamu mau tidur dimana Di. Saya udah jelasin maksud saya sama kamu," ucap Zaid. Zaid segera beranjak menuju ke kamarnya dan meningggalkan Diandra begitu saja. Melihat perilaku Zaid barusan, Diandra merasa sedikit kecewa dan marah. 'Aku tidak tahu bagaimana aku akan menjalani rumah tangga ini Ya Alllah,' batin Diandra. Diandra tidak tahu dia harus tidur
Dian.. Di.. Dian!!" "Hemm.." Sahut Diandra. "Diandra, ayo bangun! Kita ke rumah sakit sekarang juga!" Ucap Zaid. Diandra membuka matanya dan melihat ke arah Zaid. Wajah Zaid terlihat begitu khawatir. "Ayo bangun! Kamu demam panas banget Di," Jelas Zaid. "Sa..ya.. dingin.. Mas."Tanpa banyak bicara, Zaid memapah Diandra keluar dari rumah. Segera ia melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Sekitar 30 menit berkendara, Zaid tiba di rumah sakit. Demam Diandra masih begitu panas. "Kamu duduk disini aja dulu Di, Mas mau daftar dulu.""Hemm.." Ucap Diandra. ***Setelah diperiksa oleh Dokter, Diandra akhirnya menginap di rumah sakit. Demamnya perlahan berangsur turun. Zaid pun tidak memberitahu Ibu Diandra karena takut Beliau khawatir. Sekarang Zaid sedang duduk di samping ranjang Diandra yang sedang tertidur. "Hari yang sangat melelahkan," gumam Zaid. Sepanjang hari ini banyak yang terjadi dan menguras emosinya. 'Saya sampai