Kita bicara lagi aja Pak. Kalau sekarang yang ada tambah emosi yang ada."
"Kamu selalu bilang nanti, tapi seperti biasa permasalahan ini gak pernah selesai dibicarakan Di," ucap Zaid."Terus, harus banget Saya menikah sama Bapak biar masalah ini selesai?""Iya kalau itu satu satunya cara buat nyelesain masalah ini Di," Jawab Zain."Saya akan mencoba menjadi suami yang terbaik buat kamu, Diandra. Tolong percaya sama saya," jelas Zaid."Gimana mau percaya sama Bapak? Bapak aja udah ngecewain saya!" ucap Diandra."Diandra, tolong jangan keras kepala. Keluarga kamu, dan keluarga saya, tolong pikirkan mereka.""Beri saya waktu untuk berpikir Pak, sekarang kita ke kantor aja!" Ucap Diandra.Dengan kecanggungan mereka, Diandra dan Zaid berangkat ke kantor."Terima kasih Pak," Ucap Diandra. Diandra turun sedikit jauh dari kantor."Sama sama. Tolong pikirkan dengan baik Di.""Iya Pak," Jawab Diandra.Sambil berjalan menuju kantor, Dian"Perasaan aku gak enak. Kayaknya akan terjadi sesuatu yang buruk. Yakin banget aku kali ini!" Ucap Bianca. "Wuss lambe mu, jangan sampe la! Kalau pun iya akan terjadi sesuatu, minta yang baik baik lah Bi," ucap Dikta. "Astaghfirullah, iya iya." Bianca ngucap. "Tapi feelingku sama kayak Bianca loh, Dik.""Do'ain yang terbaik aja aja deh guys," Ucap Dikta. Usai menggunjingkan kedua atasan mereka, mereka memilih untuk kembali menyelesaikan pekerjaan karena waktu pulang tidak lama lagi. Sedangkan Diandra masih menyusuri jalanan. Ia tidak tahu harus kemana, dan langkahnya berhenti di depan sebuah masjid. Waktu ashar sudah memasuki waktunya, Diandra memutuskan untuk sholat dulu. 'Indah sekali,' batin Diandra. Ia sudah bertahun-tahun bekerja di daerah sekitar sana tapi baru kali ini berkesempatan sholat disana. Jika tidak hari ini mungkin Diandra tidak akan pernah singgah disana. Lepas berwudhu, Diandra menunaikan sholat dan berdoa. Seusai
"Aku berharap kamu menemukan pria yang baik. Pria yang bisa memahami kamu, dengan keanehan dan dramanya kamu.""Hahaha.. Apa aku seburuk itu Zain?" Tanya Diandra. Wajahnya yang tadinya murung sedikit cerah dan gembira. "Iya parah banget Di. Pria itu sangat tidak beruntung mendapatkan kamu. Hahaha..." "Iih.. Dasar, nyebelin.""Hahah.." Mereka berdua tertawa. "Hemm, aku hanya bercanda Di. Pria yang menjadi suami kamu pasti sangat beruntung Di. Kamu baik orangnya, perhatian, dan penyayang. Orang tuaku saja sangat sayang padamu dan ingin kamu jadi menantu mereka karena kamu baik.""Kamu bisa aja, Om dan Tante hanya bercanda aja itu Zain." Diandra tersenyum. Akhirnya Zain bisa melihat senyum Diandra hari ini, setelah sekian lama tidak melihat Diandra. "Aku serius, dan orang tuaku serius loh Di," ucap Zain. Seketika ucapan dari mulut Zain tadi menyebabkan keheningan diantara keduanya. Sekitar lima detik berjalan, "Hahaha.. Bercandanya serius bange
"Saya mungkin tidak akan berubah pikiran Pak. Saya hanya sedang bersiap siap mengumpulkan mental untuk menghadapi semuanya. Apapun keputusan saya, saya pasti sudah memikirkan yang terbaik Pak," Ucap Diandra. "Saya tahu kamu bukan wanita yang ceroboh dan sembarangan bertindak Diandra. Kamu pasti memilih keputusan yang bijaksana.""Saya tahu Pak," Ucap Diandra. Usai obrolan itu, Diandra segera membaca berita berita online alias gosip yang sedang tranding. Diandra memeriksa berbagai macam berita yang memberitakan tentang headline news tentang seorang pengusaha kaya muda yang tidur dengan salah satu pegawainya. "Astaghfirullah.. Kenapa beritanya sangat jelek begini. Berdosa banget mereka menjelek jelekkan aku den Pak Zaid seperti itu. Kami hanya dijebak, dan akibatnya menjadi seperti ini."Diandra banyak beristighfar sambil mengelus dadanya. 'Gimana perasaan Ibu kalau tahu yang diberitakan ini adalah aku,' batin Diandra. Kembali ke rumah Zaid, Zaid menelpon Kenalananya yang bisa dim
"Dret.. Dret... ""Dret.. Dret..."Lagi lagi ponsel milik Zaid ada panggilan masuk. "Halo Ma, Assalamualaikum," Ucap Zaid. "Walaikumsalam," Jawab Bu Tata alias Mamanya Zaid. "Kamu apa kabar Sayang? Kenapa gak angkat telepon Mama tadi?""Oh.. Itu, Zaid sangat pusing tadi Ma. Gak denger kalau ponsel Zaid bunyi.""Hohh.. Sekarang gimana keadaan kamu, udah lebih baik gak?""Alhamdulillah.. Udah mendingan. Zaid juga udah rebahan mau tidur Ma," ucap Zaid. "Hohh.. Padahal Mama main ngobrol sama kamu. Kalau udah mau tidur ya, tidurlah sayang.""Iya Ma, besok Zaid telepon Mama lagi. Assalamu'alaikum," ucap Zaid. Zaid yang sangat lelah dan juga stres memilih untuk tidur. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, setidaknya ia harus menyiapkan energi untuk menghadapi semuanya. ***Esok harinya, senya berjalan seperti biasanya sampai sebuah artikel dirilis. "Headline News, beberapa artikel gosip yang menyebutkan tentang hubung
"Orang itu sangat jahat dan gila!" Umpat Zaid. "Terus Pak, apa Bapak berhasil memujuknya?" Tanya Diandra. "Mustahil panggilan telepon saya diputus begitu aja!" ucap Zaid. "Astaghfirullah, kita dalam masalah tanpa solusi Pak." "Diandra, dengerin saya! Coba kamu pikirkan lagi, menikahlah dengan saya," Pinta Zaid. "Hemm.. Keputusan saya akan tidak akan berubah Pak," ucap Diandra. Zaid berlutut, " Masa depan perusahaan ini, dan keluarga kamu sama sama sangat penting bagi kita. Orang tua saya juga pasti akan sangat terpukul. Coba kamu pikirkan lagi, Di.""Bapak ngapain? Berdiri dong Pak. Gimana kalau orang lain ngeliat Bapak kayak gini?" "Saya sangat bersungguh sungguh. Saya akan memperlakukan kamu dengan baik dan tidak akan menganggu privasi kamu," ucap Zaid. "Saya gak kepikiran Pak," ucap Diandra. "Gimana kalau kita menikah kontrak saja?" Ucap Zaid. "Bapak kira pernikahan itu main-main apa? Pernikahan kontrak kayak di drama drama?
'Kenapa Pak Zaid ada disini malem malem' pikir Diandra. Diandra juga melihat gerbang pagar rumahnya terbuka, pertanda ada orang di rumah. Padahal Ibu Diandra dan juga Rinal tadi katanya akan menginap di rumah Bibi Diandra. Perasaan Diandra mulai gak enak, buru buru ia berjalan memasuki perkarangan rumahnya. "Ibu??" Ucap Diandra. Diandra yang berdiri fi depan pintu rumahnya langsung masuk ke dalam rumah. Dilihatnya wajah sang Ibu seperti sedang menahan tangis dan kecewa. ada Rinal dan juga Zaid di rumahanya. "Mba, ayo masuk!" Ucap Rinal. Rinal terlihat sedikit tegang, tapi jauh lebih baik dari raut wajahnya Bu Rina. "Duduklah di sebelah Pak Zaid, Mba!"Diandra segera melakukan apa yang diminta oleh Rinal. "Ada apa Ri?" Tanya Diandra. Diandra tidak berani bertanya pada siang Ibu, padahal sang Ibu menatapnya dengan tajam sampai detik ini. "Ini Mba," ucap Rinal. Rinal menunjukkan sebuah foto melalui ponselnya. "Ibu menerima pesan ini dari nomo
5. "Pulanglah Pak Zaid, Ibu saya pasti sangat terkejut karena masalah ini," Ucap Rinal. Rinal sudah kembali ke rumah beberapa detik lalu dan memilih mendengar pembicaraan keduanya tanpa protes ataupun ikut campur. "Baiklah," Ucap Zaid. Zaid segera keluar dari rumah Diandra dan menaiki mobilnya. Ia bermaksud mencari keberadaan Diandra. Sedangkan di rumah Diandra, tangis Bu Rina akhirnya pecah juga. Ia sangat terluka dengan perbuatan Diandra dan Zaid. Putri sulungnya bermain hal gila di luaran sana. Dan itupun dengan Zaid, pria baik menurutnya. Tidak mungkin rasanya Diandra dan Zaid melakukan hal gila itu, tapi nyatanya justru berbanding terbalik. "Bu.." Rinal memeluk sang Ibu. "Ternyata gosip online yang sileweran itu benar. Zaid dan Diandra.." ucap Bu Rina. "Itu pasti gak bener Bu. Rinal percaya sama Mba Diandra. Mungkin orang yang suka sama Pak Zaid yang merencanakan semua ini. Seperti yang ada di sinetron Bu, bisa jadikan?" Rinal melepaskan pelukann
"Ibu kamu mau kita menikah Diandra. Besok pagi," ucap Zaid. "Apa?" Diandra langsung berdiri. "Saya mengatakan yang sebenarnya Diandra. Kamu bisa tanya langsung ke adik kamu. Besok, jam 20 pagi saya disuruh datang ke rumah kamu untuk menikah.""Masa iya Ibu saya ngomong gitu Pak? Rasanya gak mungkinlah Pak.""Serius Diandra. Saya gak bohong," Ucap Zaid. "Terus? Bapak setuju?" Tanya Diandra Zaid mengangguk. "Astaghfirullah, kenapa Bapak main setuju aja. Saya kan gak mau nikah sama Bapak!""Iya tapi Di. Saya harus nolak gitu?"Diandra segera menganggukkan kepalanya. "Bisa bisa saya dihajar sama Ibu kami. Masuk penjara karena gakn mau nikahin kamu atau masuk rumah sakit. Itu aja pilihan yang ada Di. Saya gak bisa apa apa.""Wah.. Saya emosi sekarang denger Bapak ngomong gitu," Ucap Diandra. "Ya Allah," Ucap Zaid. "Kenapa Pak?" Tanya Diandra. "Diandra, ini untuk terakhir kalinya saya meminta dengan baik dan sopan." Zaid ber