Jordan cukup kaget mendengar kata-kata James.
"Kabur? Semudah itu dia pergi?" Jordan merasa detak jantungnya melaju cepat. "Aku tahu dia pergi padamu. Jangan kamu sembunyikan istriku!"
"Kamu tidak mengenal istrimu dengan baik rupanya." Tenang James menjawab. Namun sebenarnya dia kesal dan menyesalkan ini terjadi. Clarabelle memilih pergi. James tahu, Jordan akan makin berantakan.
"Apa maksudmu?!" sentak Jordan makin gusar.
"Dia wanita baik, Jordan. Dia cinta kamu. Tapi tidak tahan dengan kelakuanmu, kurasa. Pikir lagi kenapa dia sampai memilih meninggalkan kamu?" Masih dengan tenang James menjawab.
"Sial! Percuma aku bicara denganmu!" Jordan menutup panggilannya.
Kata-kata James sangat jelas menusuk ke telinga Jordan. Apa yang Jordan lakukan sampai Clarabelle pergi?
"Susan. Kurasa Lala pergi ke rumah Susan. Pasti dia sembunyi di sana." Jordan menyimpulkan. Sayangnya dia tidak tahu Susan tinggal di mana. Jordan menco
Tangan Jordan dengan cepat mengambil kertas yang Susan letakkan di mejanya. Segera dia baca apa yang tertulis di sana. Mata Jordan melebar, tak percaya membaca pesan Clarabelle untuk Susan. "Aku tidak tahu di mana dia. Sudah pasti dia sengaja non aktifkan nomornya. Dia juga mengirim surat pada Jack, mengucapkan selamat tinggal." Dengan geram Susan bicara, menatap Jordan yang masih termangu kembali mengulang membaca isi surat itu. "Kamu serius, Clarabelle pergi?" tanya Lorenz. "Justru aku yang mau bertanya, apa sama sekali Lala tidak memberi tanda sesuatu? Kamu tidak merasa ada keanehan dengan sikapnya? Dia bahkan tidak mengirim pesan padamu?" Susan tidak menjawab Lorenz. Dia makin tajam menatap Jordan dengan rasa kesal belum berkurang. Gadis itu ingin mencakar wajah Jordan rasanya. Jordan membalas tatapan Susan. Hatinya terasa carut marut mengetahui kenyataan Clarabelle pergi. Bukan dengan James. Clarabelle menjauh dari semua o
'I am sorry. I can't stay longer by your side'Jadi Clarabelle meninggalkan pesan buat Jordan?'Live well, please. Be a nice man as I have known you so far'Jordan memegang kertas itu dengan mata berkaca-kaca.'Don't forget your milk'Jordan dengan cepat bangun dan membuka kulkas. Clarabelle selalu menyiapkan susu segar buatnya. Ya, benar, ada satu botol di sana. Tepat di sebelah botol itu ada kotak pipih disandarkan terbungkus plastik.Jordan mengambilnya, lalu kembali duduk. Dia buka plastik itu. Isinya adalah ATM dan Kartu Kredit yang Jordan berikan. Juga kunci mobil yang Jordan hadiahkan pada Clarabelle. ADa kertas lagi terlipat di sana. Jordan mengambilnya. Ada pesan lagi dari Clarabelle.'Semua yang aku pinjam aku kembalikan. Terima kasih banyak buat segala hal manis yang aku pernah miliki bersama kamu. Aku akan menjaga Jordan Junior, aku janji. Love you, always'Jordan menangis. Dia menangis keras membaca surat itu
"Suzie, Honey ... What's wrong?" Lorenz memegang kedua tangan Susan. Pasti ada sesuatu yang membuat Susan sedih, mungkin lebih tepat jika dia cemas."Aku pergi ke makam orang tua Clarabelle. Hatiku hancur. Clarabelle datang ke makam sebelum dia pergi. Ada rangkaian bunga di sana yang Clarabelle letakkan. Juga surat singkat yang dia tulis." Susan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia berikan kartu kecil pada Lorenz.'Mom, Dad ... Miss you so much. All is so hard for me ... Hope I can be with you both, and have my happiness back.'Lorenz membaca surat pendek di kartu itu. Kemudian dia kembali memandang pada Susan."Apa yang kamu pikir?" tanya Lorenz."Lala putus asa ... dia ... akan mengakhiri hidupnya. Jika benar ... Ya Tuhan ..." Kedua tangan Susan seketika menutupi wajahnya. Tangisnya kembali meledak."Honey ..." Lorenz memeluk Susan dan membawa gadis itu masuk ke kantornya.Lorenz menunggu hingga Susan mulai tenang.
"Hmm ... aku sudah akan dipindahkan dari kantorku dan dialihkan ke kantor baru. Perusahaan membuka satu kantor lagi, aku diangkap menjadi sekretaris, dan ... itu di kota ini!" Di kalimat terakhir, Nerry mengucapkannya dengan kegirangan."Benarkah?" Rita dan Simon berkata berbarengan."Yes! I will move next month," lanjut Nerry. "Jadi bersiaplah, rumah kalian akan semakin penuh.""Wah, ini luar biasa! Aku memang berdoa kamu bisa kerja di kota ini, kita sama-sama lagi." Rita berdiri dan memeluk adiknya dengan senyum lebar.Clarabelle tersenyum, tetapi ada rasa tidak nyaman muncul di ujung hatinya. Nerry akan pulang ke rumah Rita. Berarti dia seolah mengganggu kebersamaan keluarga Rita. Apakah tidak masalah jika Clarabelle tinggal lama dengan mereka?Selesai makan, Simon dan Nerry kembali ke kantor masing-masing. Clarabelle merasa lebih baik dia segera bicara dengan Rita tentang keresahannya."Mungkin lebih baik aku mencari tempat tinggal
Mobil James tiba di rumah besar keluarga Hayden. Dia berhenti di dekat teras. Dari dalam rumah muncul Ann-Mary bersama Crystal. Keduanya masuk ke dalam mobil James, lalu mobil itu berlalu meninggalkan rumah itu. "Jordan tidak menjawab panggilanku. Aku kirim pesan sampai lima kali hari ini, tidak ada satupun yang dia baca." Crystal bicara deng nada resah. "Aku sangat kuatir, James." "Aku tidak mengira Jordan bisa kembali terpuruk begini. Adikmu itu sangat rapuh jika terluka. Aku harap kita bisa segera menemukan Clarabelle." Ann-Mary ikut bicara. "Ya, aku juga berharap begitu. Terus terang, kantor sempat agak oleng karena Jordan tidak mau bekerja lagi." James menyahut dengan tetap fokus pada kemudi. "Sedih sekali aku memikirkan Lala. Apakah dia baik-baik saja? Dia seorang diri, tidak ada keluarga. Kenapa Jordan tega membuat Lala terluka dan memilih pergi. Aku senang mereka bahagia selama beberapa waktu ini." Crystal melihat James dari kaca spion di depa
Jordan dan James duduk berhadapan. Ann-Mary dan Crystal membiarkan mereka bicara berdua. Sudah saatnya kedua kakak beradik itu menuntaskan perseteruan mereka yang terlalu lama tidak kunjung usai.“Kamu siap memulai perjuangan kamu?” James memandang Jordan.Setelah mandi dan berganti pakaian, Jordan terlihat lebih segar. Di depan Jordan ada makanan hangat yang dbuatkan Ann-Mary untuknya.“Kenapa kamu lakukan itu? Buat aku atau Lala? Kamu tidak untung apa-apa menolong aku menemukan Lala.” Jordan mencermati wajah James. Dia terlihat tenang sekali.“Perusahaan yang akan rugi kalau aku biarkan satu Hayden tidak bekerja. Banyak pekerjaan yang menunggu kamu. Jika Lala pulang, kamu akan baik-baik saja.” James memberi alasan.Jordan menarik ujung bibirnya. Selalu alasan yang James pakai adalah bisnis. Semua demi perusahaan. Tapi kali ini Jordan tahu pasti, bukan itu yang utama yang menjadi tujuan James mencari Clarabelle.
Hari menjelang sore saat Jordan dan James tiba di tujuan. Mereka langsung ke alamat yang diberikan oleh orang suruhan James. James yang menyetir, sengaja dia menghentikan mobil di seberang alamat rumah yang mereka dapat. "Kenapa berhenti di sini? Aku akan langsung menemui Rita dan bertanya Lala ada di mana?" Jordan gelisah dan tidak sabar. "Joy, kita belum tahu apa memang Lala ada di sini. Kalau kamu muncul tiba-tiba, justru memicu hal yang tidak diharapkan." James mencoba menjelaskan alasan dia tidak masuk halaman rumah Rita. "Apa maksudmu?" Jordan mulai gusar. "Jika ternyata Lala tidak di sini, kamu menanyakan dia pada Rita dan suaminya, apa yang mereka pikir? Perlu mereka tahu kejadian di antara kamu dan Lala?" James mengutarakan pikirannya, minta Jordan ikut berpikir. "Well, okay ...." Jordan paham maksud James. "Kita pastikan ini rumah Rita. Lalu kita ikuti dia. Jika memang dia dan Lala berkomun
Ucapan James membuat Nerry tersenyum lebar. Apa yang ada di kepala James Hayden sehingga bertanya seperti itu?"Aku terlalu muda untuk bisa punya bisnis sebesar ini, Tuan. Apalagi aku lebih suka bekerja di kantor. Aku kurang pintar brjualan." Nerry langsung berkata apa adanya. "Ini toko kakakku dan kakak ipar. Aku rasa tidak lama lagi mereka akan tiba di sini.""Ohh, I see." James tersenyum tipis dan mengangguk."Usaha ini dirintis Simon beberapa tahun lalu. Setelah menikah dengan Rita, mereka berdua bisa mengembangkannya lebih cepat. Dan, inilah jadinya." Nerry melebarkan tangan menunjukkan keberhasilan kakaknya."Oke, good." James kembali tersenyum dan mengangguk. Nama Rita dan Simon disebut. James yakin perjalanannya tidak akan sia-sia.James bisa menduga Nerri mungkin belum dua puluh lima tahun. Sikapnya seperti wanita baru dewasa. Tetapi dia terlihat cerdas dan penuh semangat."Aku masih penasaran, Tuan Hadyen datang ke kota ini, pasti