Clarabelle membuka pintu mobil, turun, dan berdiri berhadapan dengan James. Clarabelle masih tidak mengerti mengapa pria itu mengikutinya. Sebenarnya apa yang James inginkan dari Clarabelle?
“Apa yang kamu ingin bicarakan denganku?” Suara CLarabele terdengar serak, sedikit bergetar. Emosinya masih belum kembali normal. Tapi Clarabelle berusaha setenang mungkin menghadapi James.
“Kamu sudah bertemu Jordan. Apa yang akan kamu lakukan? Kamu tahu adikku seperti apa. Ini yang aku pikirkan dulu, waktu dia membawa kamu pulang. Dia hanya menganggap pernikahan itu permainan.” James bciara lembut, tidak ada nada ketus atau menyindir.
Rasa takut dan kesal pada James tiba-tiba saja memudar dari hati Clarabelle.
“Awalnya aku mengira kamu sama seperti Jordan, tidak serius dengan hubungan ini. Kupikir …”
“Aku menerima Jordan karena dia Hayden.” Clarabelle memotong kalimat James.
James menatap Clarabelle dan mengangguk. Dia memasukkan kedua tangan pad
Clarabelle menguatkan hati, menahan air mata yang sudah di ujung dan ingin tumpah. Dia memandang Jordan, menunggu pria itu memberikan alasan mengapa dia bertingkah bodoh dan lagi-lagi menipu Clarabelle."Kamu ingat masalah yang aku hadapi di kantor? Kerugian karena aku tertipu dalam bisnis?" Jordan memulai dengan menarik pikiran Clarabelle pada situasi di kantor."Ya, aku ingat." Clarabelle menjawab datar. Aneh, apa hubungan urusan kantor dengan wanita simpanan Jordan?"Karen, dia yang menolong aku mengatasi masalahku. Aku sangat panik dan kacau. Dia muncul dan dalam waktu beberapa hari semua mampu dia selesaikan. Hanya saja, dia memintaku ..." Jordan menarik nafas dalam. Ini bagian yang pasti sulit diterima Clarabelle jika dia katakan.Clarabelle mengerutkan keningnya, menatap tajam pada Jordan."Kami akhirnya membuat kesepakatan. Jika dia mampu menyelesaikan masalah bisnisku yang berantakan, aku akan bersedia bersamanya. Jadi teman tidurnya
Tangan dan tubuh Clarabelle rasanya gemetar. Adriano kembali jatuh sakit. Kondisinya turun drastis. Dokter minta agar Adriano dirawat di rumah sakit. Clarabelle berulang kali menangis karena merasa bersalah, membuat papanya drop karena mendengar masalahnya dengan Jordan.Pasti Adriano terpengaruh dengan situasi yang Clarabelle dan Jordan hadapi. Dia pasti sangat kepikiran karena itu. Apalagi Adriano merasa dia penyebab Clarabelle harus menderita gara-gara pernikahan yang dia lakukan.“Sayang … maafkan Papa …” Dengan tangan hampir tak ada daya, Adriano memegang lengan putrinya.“Papa, kenapa masih berpikiran begitu? Aku janji akan baik-baik saja. Entah dengan Jordan atau tidak, aku pasti baik-baik saja.” Clarabelle memandang papanya dengan ujung mata sudah kembali basah.“Sayang, apa kamu akan berpisah dengan Jordan?” Adriano memandang nanar dengan wajah pucat.Clarabelle tidak langsung menjawab pert
Baru beberapa menit Clarabelle dan Susan duduk di depan kamar Adriano, muncul Jordan bersama dengan Lorenz. Hati Clarabelle berdenyut. Perih kembali menghujam. Tapi dia menekan rasa itu, tidak mau menunjukkannya di depan Susan dan Lorenz. Apalagi jika nanti di depan papanya. “Honey … how is papa?” Jordan berdiri di depan Clarabelle. Dia mengulurkan tangan, memegang kedua bahu Clarabelle. Clarabelle enggan memandang Jordan. Dia sedikit menunduk. “Papa sedang tidur. Kondisinya buruk.” Jordan menghela nafas panjang. “Bisakah aku melihatnya?” Clarabelle mengangguk. Tanpa bicara dia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar diikuti Jordan. Di dalam kamar Adriano masih terlelap. Tapi jelas dia tampak pucat dan sangat lemah. Jordan berdiri di dekat ranjang, memandang pada pria sederhana yang penyabar itu. Saat Adriano tahu perbuatan Jordan, dia tidak mengusir Jordan agar pergi dari Clarabelle. Adriano meminta hati Jordan terbuka, mau berubah, dan han
“Papa sedang sakit, sangat sakit. Jika dia tahu aku dan kamu seperti ini …” Clarabelle menatap Jordan. Dia merasa hatinya berantakan. Tapi dia tidak mau kalah dengan keadaan. Dia hanya mau papanya sehat kembali. “Lala …” Jordan lega, tapi hatinya juga menciut. Clarabelle memutuskan tetap bertahan, mau di sisi Jordan, demi Adriano. Itu artinya bukan tulus karena memang ingin bersama Jordan. “Aku hanya mau papa sehat. Apapun caranya aku akan lakukan. Jika berada di sisimu bisa membuat papa kembali kuat, aku tidak akan pergi.” Clarabelle menyelesaikan kalimatnya. “Thank you.” Jordan berkata lirih. Baiklah, memang Adriano adalah alasan Clarabelle bertahan. Tidak apa-apa. Setidaknya dia, dan Clarabelle tidak akan berpisah dan Jordan punya kesempatan untuk sekali lagi berjuang membuktikan dia memang telah jatuh cinta pada istrinya. “Jadi, di depan papa, kita akan bersandiwara semuanya baik. Oke?” Tatapan Clarabelle kembali tajam. Jordan tidak mengatak
Karen sangat terkejut dengan keberanian Clarabelle. Dia sama sekali tidak menciut meskipun Karen terus saja mencoba membela diri, dan justru mempersalahkan Clarbelle masuk dalam hidup Jordan karena menikah dengan pria itu. “Aku memang punya pikiran kuno, tidak sebebas kamu. Tapi aku bangga dengan itu, Karen. Sebab aku memegang sesuatu yang benar dan bukan sesuatu yang tercela. Kamu seharusnya yang tahu diri, dan menyingkir dari hidup seorang pria yang sudah menikah.” Tangan Clarabelle terkepal, makin berani dia bicara. “Siapa yang mau peduli ucapan kamu? Aku cinta Jordan, aku akan mendapatkan dia lagi, apapun caranya,” tegas Karen. Dia tidak mungkin mau mengalah pada wanita sederhana seperti Clarabelle. “Sayang sekali, kamu harus menerima kenyataan. Jordan tidak mungkin bersama kamu lagi.” Karen makin tajam menatap Karen. Dia harus membuat Karen pergi dari hidup Jordan. “Kalau begitu kamu juga harus terima kenyataan jika di belakangmu, aku dan J
Karen maju dua langkah dan dengan erat dia memeluk Jordan. Dia rasakan harum maskulin Jordan yang dia suka. Setelah ini semua akan berlalu. Karen memejamkan mata, menikmati kuatnya lengan dan dada Jordan dengan makin erat memeluknya. Dia tidak ingin melakukan lebih, hanya memeluk saja.“Aku harus pergi, Karen. Maafkan aku.” Jordan melepaskan Karen. Lalu dia berjalan keluar kamar tanpa menoleh lagi.Karen menatap Jordan dengan butiran bening hampir tumpah di ujung matanya. “You will never be mine, Joy. Never.” Karen berkata lirih.Jordan tidak ingin sedikitpun menoleh lagi, dia langkahkan kaki dengan kelegaan yang perlahan memenuhi hatinya. Karen tidak akan ada lagi di antara dia dan Clarabelle. Tahap selanjutnya dia akan berjuang lebih keras membuat Clarabelle kembali tersenyum. Mengawali perjuangan kali ini, Jordan akan memberi kejutan pada Clarabelle. Dia belum tahu seperti apa, tapi harus sesuatu yang sangat istimewa sehingga Clarabell
Ucapan Adriano membuat hati Clarabelle terasa berantakan. Apakah memang papanya tidak akan bertahan? Tidak. Clarabelle tidak mau jika dia harus kehilangan Adriano. Dia belum siap. Dia masih ingin bersama papanya lebih lama.“Papa … aku panggil dokter sekarang.” Clarabelle melepas genggaman tangan Adriano.Adriano menggeleng. Dengan sedikit gemetar dia meraih tangan Clarabelle dan menyatukannya lagi dengan tangan Jordan.“Sedikit lagi, Lala …” ucap Adriano.Clarabelle tak bisa membendung air matanya. Tubuhnya terasa limbung. Sungguhkah ini saat terakhir dia bersama papanya?“Kalian … berjanji …” Adriano memandang dengan mata kuyu dan tatapan lelah. “Berjanjilah … apapun … jangan berpisah …”“Iya, aku janji, aku ga akan pisah sama Jordan, aku akan jadi istrinya seumur hidupku. Tapi Papa harus sehat. Papa lihat aku dan Jordan akan terus sama-s
James segera melepaskan pegangannya dari tangan Clarabelle. Dia memandang pada Jordan yang menatap padanya dengan penuh kebencian.“Jordan …” Hampir bersamaan James dan Clarabelle menyebut nama itu.“Nice, very nice.” Jordan tersenyum getir. Wajahnya memerah dengan tangan terkepal di sisi badannya. “Aku tidak heran kalau kamu mengulangi lagi yang kamu pernah lakukan, James. Memang kamu selalu ingin menghancurkan aku.”“Jordan, jangan salah paham. Aku dan Lala tidak ada apa-apa. Dia hanya sedih, dan aku …”“Sudahlah, James. Kamu akan terus jadi pecundang. Tidak mau mengakui perbuatanmu. Belum puas kamu membuat aku remuk? Belum puas kamu singkirkan Annette?” Tatapan kebencian Jordan makin dalam. Kata-katanya meluapkan emosi dan luka yang dia pendam.“Jordan! Kamu tahu semua itu tidak benar!” Dengan tegas, sedikit berteriak, James meminta Jordan tidak memaksa pikiran