Beranda / Urban / Married at First Sight? / 5. Mengucapkan Janji Setia

Share

5. Mengucapkan Janji Setia

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adriano berdiri memandang Clarabelle yang tampak begitu cantik dan anggun. Balutan gaun putih tulang yang membungkus tubuh mungil Clarabelle, membuatnya makin menarik dan mempesona. Mahkota bunga yang menghiasi kepalanya menambah dia makin tampak rupawan.

“Sayang, kamu siap?” Adriano mengulurkan tangan pada Clarabelle. Ada senyum tipis muncul di bibirnya.

Dengan hati berdebar tak karuan, Clarabelle mengangguk. Dia menyambut tangan kanan ayahnya, berjalan di sisinya, bersiap menuju tempat dia akan menemui mempelai pria yang telah menanti. Clarabelle sedikit gemetar. Jantungnya tak bisa berdetak dengan normal. Tubuh terasa panas dingin. Perut terasa mual seolah diaduk-aduk.

Clarabelle tidak tahu akan jadi bagaimana hidupnya setelah ini. Pria seperti apa yang akan dia temui? Apakah dia baik? Apakah dia tampan? Seorang pekerja keras dan penyayang atau … Semua pertanyaan beruntun berkejaran di kepalanya, sementara selangkah demi selangkah Clarabelle memasuki area yang telah disiapkan dan didekorasi begitu cantik untuk menyambut hari istimewa dalam hidupnya itu.

Tamu-tamu sudah datang duduk di tempatnya. Tidak banyak yang hadir. Beberapa teman, termasuk dua sahabatnya Susan dan Jack, yang masih saja kurang lega dengan keputusan Clarabelle. Mereka masih kuatir jika pria yang datang dengan cara ajaib ini nantinya akan menorehkan luka pada Clarabelle seperti kekasih-kekasihnya yang terdahulu.

“Tersenyum, Sayang. Dengan begitu kamu akan sedikit lebih tenang. Ini hari bahagiamu. Siapapun pria itu, yakinlah dia pasti pria yang baik.” Adriano berbisik sementara mereka berjalan di atas karpet merah, di antara deretan bangku tamu yang hadir.

Clarabelle menarik nafas panjang, memaksa dirinya melihat seperti bagaimana Adriano melihat. Ini hari bahagianya. Pria itu, yang menantinya di sana, pasti pria yang baik. Sebenarnya, Adriano sedang menenangkan dirinya sendiri. Dia tidak mau memikirkan yang buruk. Dia ingin putrinya bahagia di momen paling penting dalam hidupnya.

“Yes, Papa. I will.” Carabelle menjawab dengan tegas, meskipun suaranya pun bergetar karena dia begitu gugup.

Suara gemerisik mulai terdengar. Khususnya di deretan keluarga mempelai pria. Bisik-bisik memuji Clarabelle yang cantik, gadis yang sederhana, atau sebaliknya, bukan seperti wanita yang biasanya ada di sisi Jordan.

Di altar, bukan altar sungguhan - sebab acara pernikahan itu digelar di ruang terbuka, taman cantik di salah satu restoran paling mewah di kota itu - Jordan menatap tak berkedip pada Clarabelle yang berjalan perlahan di sisi sang ayah menuju ke arahnya. Semakin dekat semakin jelas.

Jordan memandangnya lekat-lekat. Cantik, sangat cantik. Wajahnya lembut dan enak dilihat. Tapi wanita ini tidak begitu tinggi, juga tidak berambut merah. Rambutnya coklat gelap hampir hitam. Jordan bisa memastikan wanita yang akan menjadi pendampingnya ini bukan murni berkulit putih. Jelas sekali, sebab ayahnya terlihat sangat Asia.

Namun begitu, ada sesuatu yang menarik dari wajahnya. Jordan tidak kecewa, karena ini kali pertama dia akan bersama wanita yang punya darah Asia. Sepertinya akan menarik perjalanan kisahnya di reality show ini.

Ketika berjalan di sisi ayahnya, Clarabelle tidak benar-benar mengarahkan pandangan pada mempelai pria. Ada rasa ragu dan takut, jika yang dia hadapi tidak seperti yang dia pikirkan.

Begitu dekat dan memandang Jordan, ternyata dia pria yang sangat tampan dan gagah. Matanya coklat terang, dengan rambut juga kecoklatan, sangat pas dengan dirinya. Secara fisik dia lebih oke dari mantan kekasihnya. Dan melihat tatapan matanya, tampak dia pria yang baik dan ramah.

“Oh, my God …” Clarabelle berucap dalam hati. Rasa gugup semakin besar memenuhi hatinya.

“Hai … Apa kabar?” Jordan menyapa Clarabelle. Suaranya renyah, tidak berat, dan enak didengar.

“Hai … baik, aku baik.” Gugup, Clarabelle membalas sapaan itu.

Semua yang hadir tertawa melihat sikap kaku kedua mempelai. Terlebih Clarabelle yang terkesan malu-malu.

“Ya, silakan berkenalan lebih dulu. Supaya tidak salah menyebut nama saat upacara berlangsung.” Pemimpin acara menggoda keduanya. Tawa kembali meledak di antara yang hadir.

“Aku Jordan. Jordan Gerald Hayden.” Jordan mengulurkan tangannya.

Clarabelle menyambut tangan Jordan. Dia semakin gugup. “Aku … aku Lala … ups, Clarabelle Aimee Johan.”

“You look great. Lala?” Jordan tersenyum.

“Yeah, Lala is my nick name. Thank you. You too, are great.” Dengan wajah merona Clarabelle membalas memuji Jordan.

“Wow, tanganmu dingin sekali. Nervous?” Jordan belum melepas jabat tangan mereka.

“Yeah, sure. I don’t know you, but …”

“I will be your husband,” sahut Jordan dengan mata mencermati wajah cantik Clarabelle.

Clarabelle mengurai senyum dan senyum itu cukup menawan. Jordan makin lega. Para ahli ternyata pintar memiilihkan istri buatnya.

“Well, it is the time. Are you ready?” Pemimpin upacara mengambil alih memandang pada kedua mempelai.

“Yes, I am.” Dengan cepat Jordan menyahut.

Tawa kembali terdengar dari deretan tamu yang datang. Semua tidak sabar menunggu pernikahan itu segera dilangsungkan.

Berhadapan dan bergandeng tangan. Clarabelle memandang Jordan dengan kepala sedikit mendongak. Clarabelle terpesona. Di mana para ahli menemukan pria sekeren ini? Ah, bakal suaminya tampak begitu mempesona dan menawan.

Jordan melihat Clarabelle dengan kepala sedikit menunduk. Meskipun dengan high heels, Clarabelle masih terlihat mungil. Walau begitu postur tubuhnya cukup sintal dan bagus. Jordan ingin segera memeluknya, memeluk istrinya.

“Sebelum kalian disahkan menjadi suami istri, silakan ucapkan janji setia kalian.” Pemimpin upacara memandu kembali. “Silakan mempelai pria lebih dulu disusul mempelai wanita.”

Jordan melepas genggaman tangannya, mengeluarkan kertas putih dari saku tuxedo hitam yang dia kenakan. Di atas kertas itu Jordan menorehkan sebuah janji yang dia tidak pernah berpikir satu kali akan mengucapkannya. Apalagi dia ucapkan pada wanita asing yang beberapa menit lagi akan menjadi istrinya.

“Aku Jordan Gerald Hayden, menerima engkau menjadi istriku, Lala …” Jordan berpikir, dia belum ingat nama Clarabelle dengan benar. Tapi panggilan Lala, lucu juga. “Well, Clarabelle, right?”

Clarabelle tersenyum, mengangguk dengan wajah merona. Semua yang hadir tertawa. Lucu sekali pernikahan di antara dua orang yang belum saling mengenal itu.

“I know … Clarabelle Aimee Johan. Yes, I can do it.” Jordan tersenyum lebar. “Aku berjanji, akan mengasihi engkau seumur hidupku dalam semua situasi yang akan kita hadapi. Aku akan belajar mengenalmu dari hari ke hari, dan akan mengijinkan diriku menjadi pendamping setia yang akan bertanggung jawab untuk hidupmu.

“Aku akan menjadikanmu terang hidupku, membawamu menuju kebahagiaan meskipun sangat mungkin banyak hal yang tidak terduga kita alami. Aku berjanji, tidak akan melepasmu, namun akan semakin erat memelukmu dengan kasih yang aku, dengan sadar, akan memberikannya untukmu.” Jordan memandang Clarabelle. Dia tatap bola mata bening, yang tidak terlalu lebar, namun lentik indah alami. Kedua mat aitu juga menarik.

Teman-teman Jordan berusaha menahan diri tidak tertawa. Rasanya buat mereka Jordan sedang shooting sebuah film. Aneh sekali melihat playboy itu mengucapkan janji seolah dia pria yang bisa diandalkan dalam hal kesetiaan.

Sedang Clarabelle, mendengar ucapan itu, merasa ada kesejukan mengaliri rongga dadanya. Dia tidak dapat mengingat semua yang Jordan ucapkan sebagai janji, tetapi yang dia tangkap pria itu akan mau berjuang untuk mengasihinya seumur hidup. Manis sekali.

Giliran Clarabelle tiba. Dengan tangan sedikit gemetar, Clarabelle membacakan tulisan di atas kertas yang sudah dia siapkan.

“Aku Clarabelle Aimee Johan, menerima engkau …” Clarabelle memandang Jordan. Tampan sekali. Namun ada rasa takut juga menyusup di hati Clarabelle. Sungguhkah pria ini benar-benar pria yang tepat untuknya? Dia akan mengucapkan janji ini hingga akhir hidupnya. Dia akan hidup dengan pria ini yang tidak dia kenal, seumur hidupn! Sungguhkah?

Jordan menunggu. Pemimpin acara juga menunggu. Semua yang hadir menunggu.

“Miss Johan?” ucap pemimpin acara seraya memandang Clarabelle.

Bab terkait

  • Married at First Sight?   6. Awkward With The Groom

    Detak jantung Clarabelle semakin laju. Berdiri di depan pria ini, meskipun tampan, gagah, dan mempesona, pikiran Clarabelle berkecamuk. Sungguhkah dia tidak salah langkah? "Miss Johan?" Sekali lagi pemimpin acara memanggil Clarabelle. Semua yang hadir mulai gelisah, Clarabelle masih terpaku menatap mempelai prianya. Clarabelle menarik nafas dalam, dia tak bisa mundur. Dia harus melanjutkan apa yang sudah dia putuskan. “Aku menerima Jordan Gerald Hayden …” “Wow, kamu langsung hafal namaku?” Jordan menyahut. Gelak tawa kembali terdengar dari deretan bangku tamu. Senyum tipis pun muncul di bibir Clarabelle. “… aku akan mengasihimu, apapun yang akan aku lewati, aku tidak akan mengucapkan kata cerai. Kita disatukan dalam pernikahan ini, sebuah ikatan suci, yang tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Aku akan sekuat tenaga memeliharamu, memberikan dukungan dan kegembiraan dalam hidupmu. Aku ingin seutuhnya menjadi istri yang setia untukmu.” Kem

  • Married at First Sight?   7. Bali, Sweet Honeymoon

    “Aku ingin membersihkan diriku. Maaf …” Clarabelle berdiri dan melangkah menuju ke kamar mandi. Dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia sangat paham jika Jordan akan marah, tetapi Clarabelle punya alasannya dan dia harus tegas dengan itu. Jordan hanya memandangi saja saat Clarabelle menghilang di balik pintu kamar mandi. Terasa getaran dari saku celananya. Jordan merogoh kantung celana dan mengeluarkan ponsel yang tersimpan di sana. Ronald menelpon. “Dasar,” umpat Jordan. Bagaimana bisa temannya itu menghubungi di saat seperti ini. “Mau apa menghubungi aku sekarang?” Sedikit kesal Jordan menerima juga panggilan Ronald. “Haa … haa …” Suara tawa Ronald memekakkan telinga Jordan hingga dia menjauhkan ponsel. “Lagi ngapain? Sudah seru-seruan dengan is-tri-mu?!” Jordan melotot kesal. Temannya yang satu itu paling suka bikin emosi naik. Sengaja juga dia mengatakan istrimu dieja begitu. “Bagaimana mau seru kalau ada setan lewa

  • Married at First Sight?   8. Merengkuh Manis Belahan Jiwa

    “Kita sampai," ucap Jordan sembari melemparkan senyum riang. Jordan membuka lebar pintu kamar hotel mereka. Lagi-lagi hamparan menakjubkan ada di depan mata. Kamar pengantin yang berikutnya mereka lihat. Unik, dengan ciri khas Bali sebagai pernak-pernik ruangan indah itu. “It is amazing.” Clarabelle masuk ke tengah ruangan. Dia memandang sekeliling, rasa takjub memenuhi hatinya. “I love it, really.” Senyum Clarabelle mengembang, melihat ke arah Jordan. Dia mulai terbiasa dengan Jordan di sisinya. Tidak ada rasa canggung seperti hari yang lalu. “Lebih dari yang kubayangkan. Thank you, At the First Time I Meet You. Aku tidak akan lupa semua ini.” Jordan melangkah lebih jauh. Dia membuka pintu yang mengarah ke balkon kamar hotel. Dari balkon, lautan lepas terhampar begitu cantik. Biru gelap, langit di atas biru cerah. Awan berarak indah tak lelah bergerak. Sementara angin terasa menerpa wajah. Suasana pantai sangat terasa. “Wow … it is in

  • Married at First Sight?   9. You Are So Unique

    Jordan tersenyum lebar saat mengirim pesan itu pada ketiga sahabatnya. Selama ini buat mereka bersama wanita manapun, asal suka sama suka sah-sah saja. Tetapi jika bisa mendapatkan seseorang yang masih murni, rasanya seperti menang lotere yang besar. Karena itu Jordan ingin teman-temannya tahu, taruhan mereka membawa banyak kesenangan buat Jordan. Benar saja, beberapa menit berikut Warren menelponnya. Jordan tertawa kecil. Dia bisa membayangkan apa yang Warren akan katakan. Tidak ingin membangunkan Clarabelle, Jordan memilih menuju balkon dan bicara dengan Warren di sana. “Sial! Kamu tidak bercanda?” Kalimat yang Warren ucapkan tepat seperti yang muncul di kepala Jordan. “Aku memang pria ga jelas, tapi kamu tahu, aku bukan orang yang suka bohong. Kecuali terpaksa. Hee … hee …” Jordan terkekeh. “Kenapa malah kamu dapat banyak untung, hah?” kesal Warren. Bagaimana tidak? Dia dan kedua temannya ingin mengerjai Jordan, kenapa situasi justru seolah terbali

  • Married at First Sight?   10. Di Minggu Terakhir

    Minggu terakhir. Para peserta reality show dipulangkan. Mereka diberi waktu satu minggu berpikir apakah akan meneruskan hubungan mereka di dunia nyata, di luar acara itu, atau memilih berpisah dari pasangan yang mereka temui. Tidak boleh ada kontak sama sekali di antara mereka. Jordan kembali ke apartemennya dan Clarabelle kembali pada Adriano. Dengan senyum kemenangan Jordan menemui teman-temannya. Di tempat biasa, mereka berkumpul dengan riang dan penuh tawa. Tentu saja teman-temannya tidak mengira Jordan bisa bertahan hanya dengan satu wanita dalam waktu hampir dua bulan. Ini rekor dan mereka mengakuinya. “Lalu, kamu masih sanggup berdiam diri, tidak cari camilan? Lihat itu, tatapan rindu Jean dan senyuman manis Leony tertuju padamu.” Warren mulai memanas-manasi Jordan. “Biar saja. Aku sedang malas berurusan dengan mereka.” Jordan tidak memperhatikan wanita-wanita yang mengharapkannya untuk mendekat. “Mereka kesal kamu ikut acara itu. Tapi juga mer

  • Married at First Sight?   11. Menggandengmu Sampai Kapanpun

    Jordan berdiri di hadapan Clarabelle. Senyumnya menawan membuat jantung Clarabelle tak bisa berdetak normal. Jordan juga tidak mengelak, dia suka memandang wajah lembut Clarabelle. Dia memang pengagum wanita cantik. Dan ada sesuatu yang beda, saat sadar wanita cantik di depannya ini adalah istrinya. “Babe, how are you?” Jordan memeluk Clarabelle. Mendapat sambutan itu Clarabelle membalas memeluk Jordan erat. “I am great,” ucap Clarabelle dengan senyum lebar. “You miss me?” tanya Jordan sembari kembali menatap dua bola mata bulan indah milik Clarabelle. Merona, itu yang tampak di wajah Clarabelle saat Jordan bertanya. “Ya … sure ….” Sedikit malu, Clarabelle jujur mengakuinya. Setelah dua bulan bersama, dia mulai terbiasa dengan Jordan di sisinya. Sepanjang waktu, hampir dua puluh empat jam setiap hari, mereka terus berdua. Rindu itu ada di hati Clarabelle. Jordan makin lebar tersenyum. Ternyata menyenangkan punya seorang istri y

  • Married at First Sight?   12. Ternyata Dia Hayden!

    Jordan meraih tangan Clarabelle, dia merapatkan kembali tubuh mereka. Jordan bisa melihat tatapan Clarabelle yang sedikit bingung dengan perkataannya. “Babe, selama bersama papa kamu, kamu bahagia. Dan kebahagiaan papa kamu adalah kamu.” Jordan mencari kata yang tepat, mengembalikan suasana hati Clarabelle. “Kalau memang tinggal bersama papa kamu itu lebih baik, aku akan berusaha menyesuaikan diri.” Seketika senyum Clarabelle melebar. Sejauh itu Jordan memikirkan dia dan papanya. Pria ini makin membuat Clarabelle kagum saja. “I am so lucky to have you here, Jordan. Really.” Tulus dari hatinya, Clarabelle mengucapkan itu. “Aku tidak sabar memulai semuanya bersama kamu.” “Me too, Sweet heart.” Dan kecupan lembut Jordan kembali membuat hati Clarabelle membuncah dengan rasa cinta yang makin melebar. Clarabelle bahkan tidak bisa mengerti dirinya sendiri. Setelah sekian tahun menjauh dari semua bentuk cinta, Jordan hanya dalam delapan minggu, mampu meruntuh

  • Married at First Sight?   13. Berhadapan dengan Keluarga Hayden

    Jantung Clarabelle kembali berdetak begitu cepat. Dia memandang pada wanita tua yang cantik di depannya. Tangannya menangkup pipi Clarabelle dengan senyum yang belum juga menghilang. “What’s your name again?” Dia bertanya dengan mata berseri. “I am Clarabelle Aimee Johan. Just call me Lala.” Clarabelle kembali memperkenalkan diri. “Beautiful name. As you are,” ucap nenek dengan dagu lancip itu. Dia menoleh pada Jordan. “Joy, kamu akhirnya menikah juga. Kenapa kamu tidak undang aku datang di hari pernikahan kalian? Justru orang lain yang datang. Aku kesal. Harusnya aku ikut masuk acara itu.” “Grandma!” James terkejut dengan kata-kata neneknya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal sekonyol itu. Mereka keluarga Hayden! Dengan cepat nenek menoleh pada James. “Kamu kenapa harus marah? Lihat, istri Jordan begitu manis.” Clarabelle yang tegang sedari pertama datang, mulai sedikit lega. Setidaknya nenek Jordan bersikap ramah dan senang dengan keh

Bab terbaru

  • Married at First Sight?   Extra Part 3 - You Will Be The Last

    "Mana cucuku? Aku sudah tidak sabar mau memeluknya!" Suara ceria itu, terdengar renyah. Clarabelle sangat merindukannya. Dengan cepat Clarabelle menemui Crystal yang baru melangkah masuk ke dalam rumah. "Oh, my God!" Crystal terbelalak begitu melihat Clarabelle. "Lihat, Sayang. Bayimu sudah tumbuh sebesar ini?" Crystal memegang perut Clarabelle dan mengusapnya dengan rasa gembira yang meluap. Clarabelle tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Sambutan hangat itu rasanya membalut semua hal yang dulu ingin dia lupakan. Keluarga Hayden. Keluarga itu akan terus menjadi bagian hidupnya. "Apa kabar, Lala?" Ann-Mary ganti memeluk Clarabelle. Suara manisnya yang elegan, Clarabelle juga rindu. "Aku sangat baik." Clarabelle tersenyum. Ada rasa tidak nyaman juga mengumpul di hatinya. "Aku minta maaf, karena pergi diam-diam. Sungguh, aku tidak ingin mengecewakan siapapun. Aku minta maaf." "Anakku yang tidak tahu menjaga istrinya. Kenapa kamu minta maaf? Jordan yang harus minta maaf. Dulu dia berj

  • Married at First Sight?   Extra Part 2 - Welcome Home, Sweet Heart

    Matahari cerah. Salju mulai mencair perlahan-lahan. Musim dingin kian bergeser, musim semi akan datang beberapa minggu lagi.Clarabelle duduk di pinggir jendela. Dia memandang ke jalanan dan pemandangan di depan rumah tempat dia tinggal. Tenang, hening, dan meneduhkan. Dari arah belakangnya, aroma harum kopi panas terasa masuk ke penciuman.Clarabelle menoleh, Jordan berdiri dengan dua cangkir di tangannya. Wajah tampan itu tidak tersenyum, tetapi tatapan ceria muncul dari sorot matanya."Minuman hangat buat jantung hatiku. Susu saja. Kopi buat aku." Jordan memberikan satu cangkir kepada Clarabelle."Ah, aku sudah membayangkan meneguk kopi panas dan harum. Kenapa susu lagi?" Clarabelle cemberut tetapi dia terima juga cangkir dari Jordan."Biar sehat. Nanti saja kalau sudah lahir kesayangan kita, kamu minum kopi." Jordan duduk di sebelah Clarabelle. Dia menghirup harum kopi di cangkirnya, lalu meneguk beberapa kali."Hm, ibu hamil ga masalah

  • Married at First Sight?   Extra Part 1 - Yes, She Is!

    Salju baru beberapa menit lalu berhenti. Mobil hitam James berhenti dan terparkir di garasi rumah besar itu. James turun dari mobil dan dengan cepat berputar, membuka pintu mobil dari sisi lainnya. "We are here. Come on, Babe." James mengulurkan tangannya. Nerry menyambut tangan James dan keluar dari mobil. Dia melihat ke sekeliling. Tempat parkir saja begitu luas. Ada beberapa mobil ada di dalam garasi. Semua jelas mobil berkelas, mobil tidak terlalu sering tampak di jalanan. "They are waiting." James tersenyum. Dia menggandeng Nerry dan mengajak masuk ke rumah dari pintu samping, langsung ke ruang keluarga. "Tuan, aku sangat gugup." Nerry memperhatikan James. Wajah gadis itu merah merona. Sedangkan James tersenyum lebar penuh keceriaan. "Tenang saja. Kamu tidak akan dihukum karena jatuh cinta pada Hayden. Dan jangan panggil aku Tuan," kata James. "Iya, Tuan. Oh, James? Aneh." Nerry tersenyum

  • Married at First Sight?   124. Hold Me Tight

    Jordan menghentikan langkah mendengar pertanyaan itu. Apa yang baru dia dengar? Dia berbalik. Matanya bertemu mata indah yang membuatnya jatuh hati. Mata bulat dan bening Clarabelle. "Are you sure, you wanna leave me? And our baby?" Clarabelle memandang Jordan. Tangannya menyentuh bagian perutnya. Jordan masih mencerna apa yang terjadi. Tatapan matanya makin menghujam. "Setelah semua yang kamu lakukan, toko coklat Lala Joy, meninggalkan rumah mewah di Sydney, tidak peduli kantor Hayden, dan melepas semua wanita itu ... kamu akan pergi dariku?" Clarabelle bicara dengan tenang. Kedua matanya tampak teduh. Perlahan bibirnya tersenyum. "Lala ...." Jordan tak percaya yang dia lihat. Clarabelle mengucapkan sesuatu yang jauh dari bayangannya. "I miss you too, Jordan Gerald Hayden. Deep ini my heart, I always wanna hug you." Bibir tipis Clarabelle kembali menguntai senyum. Jordan segera kembali mendekat dan memegang tangan Clarabelle. "What do

  • Married at First Sight?   123. Tatapan Penuh Arti

    James keluar kamarnya. Dia menelpon Susan dan terpaksa membuat Susan bangun. Kabar yang James berikan tentang Clarabelle mengejutkan Susan. Dia cepat-cepat bersiap dan menemui James di tempat parkir."Susan, kamu bantu aku. Ini situasi buruk. James bertingkah bodoh lagi dan membuat Clarabelle kembali terluka." James mulai melajukan mobil keluar hotel.Hari mulai terang, tetapi matahari tidak mau menunjukkan dirinya."Apa yang Tuan harapkan dariku?" tanya Susan."Aku akan tenangkan Jordan. Dia kembali merasa bodoh dan menyesal. Kurasa dia lebih kacau karena bayi mereka dalam bahaya." James terdengar resah dan cemas. "Kamu, aku minta kamu tenangkan Clarabelle. Aku tidak tahu apa yang dia rasa tentang Jordan setelah kejadian ini. Aku hampir yakin, dia akan meminta bercerai."Deg. Susan menatap James. Apakah seburuk itu? Susan tidak tahu harus menjawab apa. Dia juga tidak tahu apa yang bisa dia katakan nanti pada Clarabelle."Aku rencana h

  • Married at First Sight?   122. Bertahanlah

    Jordan panik. Dia gemetar melihat Clarabelle bahkan kesulitan duduk."Lala ... Lala ...." Jordan tidak tahu harus bicara apa.Sementara darah terus mengalir dan melebar di atas salju."Jordan, sakit ...." ucap Clarabelle sambil memegang perutnya."Dokter ... kita ke dokter. Tunggu, aku ambil mobil. Bertahanlah," ujar Jordan di antara rasa bingung dan ketakutan.Dia berdiri dan berjalan kembali ke tokonya. Dia harus segera mengambil mobil dan membawa Clarabelle ke rumah sakit. Clarabelle makin pucat. Rasa dingin yang menusuk, disertai rasa sakit yang mendera perut, kaki, pinggang, dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia hampir tidak bisa bergerak lagi.Beberapa menit berikutnya, Jordan datang. Dia membantu Clarabelle masuk ke dalam mobil. Clarabelle lunglai, tetapi tubuhnya juga kaku karena kedinginan. Dengan hati tidka karuan, Jordan mulai melajukan kendaraannya. Hari tidak lagi bersalju, tetapi jalanan cukup sulit ditempuh, Jordan tidak

  • Married at First Sight?   121. Meledak Lagi

    Clarabelle terkejut dengan reaksi Jordan. Dia mencoba melepaskan diri, tapi Jordan tidak mau mengalah. Dia bahkan lebih berani bertindak. Dia kecup Clarabelle. Dia lepaskan kerinduan dengan memeluk erat istrinya.Clarabelle awalnya ingin berontak. Sayangnya, hati dan rindunya tidak sejalan. Hati menolak, tetapi rindu yang Clarabelle rasa memaksanya menyambut kemesraan yang Jordan lemparkan. Debaran kuat menguasai Clarabelle. Degupan yang menyenangkan, yang menaikkan hasrat dirinya tak bisa dibendung. Clarabelle menyerah. Dia mulai menikmati sentuhan Jordan."I miss you. So much ...." Jordan berbisik, lembut. Clarabelle makin bergelora.Tidak ada penolakan, Jordan makin melangkah jauh. Permainan dia lanjutkan. Dia menarik Clarabelle naik ke atas ranjang. Mereka meneruskan perjalanan rindu dan cinta yang terlalu lama tertahan karena rasa marah, kecewa, dan juga takut makin terluka.Di luar salju kembali deras. Bahkan suara angin menderu pun terdengar. Rindu

  • Married at First Sight?   120. Don't Go, Please Stay

    Mobil Jordan oleng. Clarabelle mendekap dadanya dengan rasa takut mencuat begitu cepat. Mobil hampir saja bertabrakan. Jordan sigap kembali ke posisi dan mengendalikan setir. Untung, dia mampu menghindar sehingga tabrakan tidak terjadi. "Ya Tuhan ...." Clarabelle masih merasakan dadanya berdetak begitu cepat karena rasa kaget. Jordan sudah kembali menguasai kendaraannya. Tapi dia juga sama terkejutnya. Berulang kali dia mengambil nafas dalam, menenangkan diri. "Sorry, I am sorry," kata Jordan tanpa melihat CLarabelle. Dia fokus menyetir. Clarabelle tidak menjawab. Dalam hati dia bersyukur, tidak terjadi kecelakaan. Dia tidak bisa membayangkan jika benar tabrakan terjadi. Bukan hanya dia dan Jordan yang celaka, tetapi bayi mungil di rahimnya juga. Hening. Sisa perjalanan hingga ke toko Jordan, tidak ada yang bicara. Jordan memarkir kendaraannya, langsung masuk ke garasi. Clarabelle kembali memegang pipi Jordan, lalu ke lehernya.

  • Married at First Sight?   119. Terima Kasih

    James menajamkan tatapannya. Dua bola mata indah dan lentik milik Nerry berair. Apa yang dia risaukan? Mengapa justru gadis itu jadi bersedih? "Nerry, ada apa? Aku sungguh-sungguh dengan niatku. Aku tidak akan mempermainkan kamu. Aku janji ...." "Bukan itu. Maafkan aku," sahut Nerry. James menutup mulutnya. Dia lebih baik mendengar yang Nerry akan utarakan padanya. Mungkin memang dia terlalu cepat meminta Nerry menjadi kekasihnya apalagi masuk dalam pernikahan. Rasanya sama saja dengan kisah Jordan dan Clarabelle. "Mengenal Tuan secara langsung, punya momen bersama, buat aku ... seperti mimpi. Ga masuk akal. Tuan tiba-tiba muncul di depanku. Semua hari-hariku berubah seketika." Nerry mulai mengungkapkan yang sedang berkecamuk di dalam hatinya. James menunggu. Dia tahu Nerry belum selesai. "Jujur, aku jika sungguh bersama Tuan nanti, seperti cinderella. Dari hidup sederhana masuk dalam sebuah istana. Apakah aku bisa, Tuan? Apakah aku cu

DMCA.com Protection Status