Selanjutnya Samuel menjelaskan idenya, “Kupikir saat ini kita menuruti saja kehendak orang tua untuk menikah. Setelah itu kita kan, tinggal di rumah sendiri. Sudah nggak usah berpura-pura lagi. Kita jalani hidup kita masing-masing. Bagaimana?”
Aileen mengerutkan kening. Ide bagus, cetus gadis itu dalam hati. Tapi mau sampai kapan bersandiwara seperti itu? Lalu bagaimana dengan James?
“Kita cukup menikah dua tahun saja. Setelah itu bercerai,” lanjut Samuel seperti memahami kerisauan hati lawan bicaranya. “Akan lebih baik kalau pernikahan kita dikaruniai seorang anak….”
“Hah?!” sergah si gadis terperanjat. “Dua tahun itu waktu yang nggak sebentar, Sam. Terus gimana cara kita punya anak?”
“Ya kamu pura-pura hamil. Terus kita adopsi anak,” jawab sang pemuda enteng.
“Gila! Nggak mungkin!”
“Kenapa nggak? Kamu pakai aja bantal untuk membuat perutmu kelihatan besar seperti orang hamil. Beres, kan?”
“Kalau mamaku mau menyentuh perutku gimana?” tanya Aileen panik.
Samuel memandanginya sambil tersenyum. “Kalian kaum wanita biasanya kan pintar berstrategi. Kamu orang yang paling mengenal karakter mamamu. Pasti bisa menemukan cara agar dia tak sampai menyentuh perutmu. Apalagi waktu itu kalian kan sudah tidak tinggal seatap.”
Si gadis menggigit bibirnya. Perasaannya kalut sekali. Masa dia sampai hati membohongi ibunya sendiri? Tapi...tapi…Mama juga tega memintaku menjalani perjodohan yang tak kuinginkan ini, batinnya membela diri.
Aileen berusaha menguatkan hatinya. Dia lalu bertanya pada Samuel, “Terus rencana selanjutnya bagaimana? Sesudah bayi itu lahir, apa yang akan kita lakukan?”
“Tunggu sampai beberapa bulan,” sahut pemuda itu tangkas. “Lalu kita berdua ribut-ribut. Kamu menemukanku berselingkuh. Karena kecewa berat, kamu menggugat cerai dan tak mau mengurus anak kita. Akhirnya perkawinan berakhir dan hak asuh anak jatuh ke tanganku. Selesai!”
Si gadis terbelalak tak percaya. “Anak itu akan tetap kau asuh?” tanyanya meminta penjelasan.
Samuel mengangguk mantap. “Betul. Jadi orang tuaku takkan memaksaku untuk menikah lagi. Yang penting keluarga Manasye sudah mempunyai penerus. Bagus bukan rencanaku? Berakhir happy ending bagi kita berdua. Kau hidup bebas melajang lagi. Aku juga takkan diusik untuk menikah lagi karena orang tuaku kecewa dengan kegagalan pernikahan kita.”
“Kamu sudah merencanakan semuanya sebelum datang kemari,” cetus Aileen takjub. “Cuma…ehm…ada satu pihak yang dirugikan dalam hal ini. Yaitu James, pacarku.”
Sang pemuda menatapnya penuh arti. “Karena itulah tadi aku bertanya apakah kamu sudah mempunyai kekasih. Kalau ya, it’s ok. Ceritakan saja rencana ini padanya. Jika pacarmu itu benar-benar mencintaimu, takkan menjadi masalah baginya menunggumu dua tahun lagi. Toh, kalian tetap bisa bebas bertemu selama kita menikah. Aku takkan melarang dia datang ke rumah. Pacaran saja sebebas-bebasnya. Aku nggak peduli. Asalkan jangan sampai ketahuan orang lain. Bisa-bisa skenarionya nanti berubah. Kamu yang berselingkuh. Bukan aku. Hahaha….”
Aileen terdiam selama beberapa saat. Dia sedang memikirkan baik-buruknya rencana Samuel bagi masa depannya. Gadis itu meringis. Setelah menikah dengan Samuel, dirinya mungkin akan lebih bebas berpacaran dengan James. Tidak ada jam pulang seperti yang selama ini berlaku di rumahnya. Tapi dia dan kekasihnya itu harus berhati-hati mencari tempat yang aman untuk memadu kasih.
Nggak bisa bebas pergi ke tempat umum lagi seperti sebelumnya, dong! kilah gadis itu dalam hati. Bergandengan tangan, berangkulan, makan di piring yang sama…. Semuanya itu harus dilakukan sembunyi-sembunyi. Aduh, James mau nggak ya, diajak backstreet kayak ABG? pikir Aileen cemas.
“Mikirin apa, sih? Kok lama banget?” tanya tamunya ingin tahu. Lucu juga cewek ini kalau lagi gundah, pikirnya geli.
Dipandanginya Aileen dengan sungguh-sungguh. Pilihan Papa sebenarnya bagus juga, batinnya memuji gadis itu. Cewek ini cantik. Penampilannya juga tak mengecewakan. Tubuhnya tinggi langsing. Penampilannya pun modis meski berada di rumah. Seandainya saja diriku tidak bermasalah, barangkali aku bisa belajar menyukainya….
“Dua tahun itu kok lama banget rasanya, ya,”cetus gadis itu membuyarkan lamunan Samuel. Pemuda itu sampai tergagap menanggapi komentarnya. “La…lama maksudmu? Itu…itu sudah waktu tersingkat yang sanggup kupikirkan untuk perkawinan kita. Kalau diperpendek, takutnya malah ketahuan. Bisa berabe nanti.”
“Aku mesti mendiskusikannya dulu dengan pacarku. Belum tentu dia setuju,” kata Aileen bersikeras.
“Silakan saja. Barangkali dia bisa mengusulkan ide yang lebih baik. Tapi seperti yang tadi kubilang. Kalau dia sungguh-sungguh mencintaimu, waktu dua tahun menunggumu itu tak ada artinya. Apalagi hanya sekadar formalitas saja. Kalian tetap berpacaran seperti biasa. Asal jangan menyolok di depan umum.”
Aileen menggigit bibirnya. Dia lalu mengungkapkan kekuatirannya, “Walaupun begitu, statusku sudah berubah menjadi istri orang, Sam. Kalau kita bercerai nanti, aku akan menjadi janda. Kamu tahu kan, bagaimana pandangan orang sini terhadap janda? Aku kuatir keluarga James tak bersedia menerimaku lagi karena status itu….”
“Itu adalah tugas pacarmu untuk menjelaskan pada keluarganya. Membuat mereka mengerti bahwa kamulah satu-satunya wanita yang dicintainya. Jangan kamu tanggung sendiri beban itu, Leen. Namanya sepasang kekasih ya harus saling berbagi suka dan duka. Bukan cuma mau sukanya aja….”
Masuk akal juga kata-katanya, pikir gadis itu. Justru ini dapat merupakan pembuktian seberapa besar cinta James padaku. Kalau aku yang berada dalam posisinya, bagiku tak masalah menunggu dua tahun saja. Toh, kami saat ini juga belum kepikiran untuk menikah.
“Ok,” cetus gadis itu mengambil keputusan. “Akan segera kubicarakan hal ini dengan pacarku. Kamu akan kuhubungi secepatnya.”
“Sip,” sahut lawan bicaranya lega. Pemuda itu lalu meraih ponselnya. “Berapa nomor WA-mu? Aku mau menyimpannya.”
Aileen menyebutkan sejumlah angka. Setelah menyimpan nomor itu dalam ponselnya, Samuel langsung meneleponnya. Ponsel gadis itu berbunyi.
“Nggak usah diangkat,” kata pemuda itu. “Itu telepon dariku. Supaya kamu bisa menyimpan nomor WA-ku.”
Gadis di hadapannya mengangguk. Dia menghela napas lega. Ditatapnya Samuel penuh terima kasih.
“Syukurlah kita berdua sepakat, Sam. Semoga semuanya berjalan lancar,” ucapnya lirih. Sorot matanya kini jauh lebih bersahabat.
Pemuda di hadapannya mengangguk mengiyakan. “Kalau ada apa-apa, jangan sungkan-sungkan menghubungiku kapan saja. Keberhasilan sebuah rencana membutuhkan kerja sama yang baik di antara kedua belah pihak.”
Giliran Aileen yang mengangguk. Terima kasih, Tuhan, batin gadis itu bersyukur. Kalaupun aku harus menikah dengan laki-laki yang tak kucintai, setidaknya dia bukan orang yang menyebalkan. Perkawinan itu juga untuk sementara waktu. Selanjutnya diriku akan bebas merdeka lagi sebagai Aileen Benyamin!
***
“Apa katamu? Kita backstreet?” cetus James tak mengerti. Ditatapnya Aileen penuh tanda tanya. Kekasihnya itu mengangguk mengiyakan.
Dia lalu menceritakan perjodohan antara dirinya dengan Samuel, putra kawan lama ayahnya. Dijelaskannya pula tentang ide pemuda itu untuk sekadar menikah di atas kertas dan bercerai dua tahun kemudian.
James termangu mendengar penuturan sang kekasih. Dirinya merasa tak terima dengan pengaturan pernikahan Aileen oleh orang tuanya.
Zaman modern begini kok masih ada perjodohan, protesnya dalam hati. Pemuda itu dongkol setengah mati.“Kita kabur aja, yuk,” ajaknya tiba-tiba. Ditatapnya sang kekasih penuh harap.“Hah?!” seru Aileen terkejut. “Kamu mengajakku kawin lari?” tanya sang kekasih tak percaya. Dia tak menduga James mempunyai ide senekad itu.“Siapa yang mengajakmu kawin lari?!” sergah pemuda itu. “Aku cuma mengajakmu minggat.”Aileen melongo. “Maksudmu kita kabur tanpa ikatan pernikahan begitu? Ogah, ah. Takut!” tolaknya tegas.Sang kekasih menatapnya jengkel. “Kenapa mesti takut? Kita ini kan sudah dewasa. Bukan anak ingusan lagi. Sudah cukup umur untuk menentukan jalan hidup sendiri.”“Tapi aku nggak mau menyakiti hati orang tuaku, James. Kalau aku minggat, Papa dan Mama pasti sedih sekali. Aku kan anak mereka satu-satunya,” ucap Aileen beralasan.Kekasihnya menatapnya tak senang. “Maksudmu orang tuaku nggak akan sedih kalau aku kabur? Mentang-mentang saudaraku banyak. Jadi papa-mamaku pasrah saja kalau
Si gadis yang waktu itu baru saja putus dengan pacarnya akibat menempuh studi S2 di Amerika Serikat, merasa terhibur dengan kehadiran James. Sikap pemuda itu yang cool namun pandai merayu membuatnya bagaikan melayang di awang-awang. Setelah dua bulan pendekatan, gadis itu memutuskan untuk move on dari patah hatinya dan menjalin hubungan percintaan yang baru dengan James.“James,” kata Aileen sungguh-sungguh. “Gimana kalau kamu kukenalin sama Samuel? Dia orangnya logis, kok. Bisa diajak ngomong. Kalian sesama kaum adam pasti bisa merasakan laki-laki yang dihadapi itu orang baik atau nggak.”“Nggak perlu,” tandas James tegas. Dia lalu membaringkan dirinya di atas tempat tidur. Matanya dipejamkan, seolah-olah bersiap-siap untuk masuk ke alam mimpi.“Sayang, jangan tidur, dong,” pinta kekasihnya sendu. Digoyang-goyangkannya bahu pemuda itu. Namun James tak menanggapi. Dia masih berlagak tidur. Aileen lalu menunduk. Didekatkanya wajahnya pada sang kekasih. Ia bermaksud membisikinya mesra.
“Halo? Kamu masih ada di sana, Leen?” tanya Samuel setelah suasana menjadi hening selama beberapa saat. “Kenapa jadi diam?”“Sam…,” kata gadis itu parau. “Apakah rumah kita nanti harus sebesar tempat tinggalmu yang sekarang? Aku…aku nggak terbiasa memakai jasa pembantu rumah tangga. Nggak enak menyuruh-nyuruh orang lain mengerjakan hal-hal yang bisa kukerjakan sendiri. Aku merasa lebih nyaman tinggal di rumah yang biasa-biasa saja. Yang kukenal seluk-beluknya dengan baik. Takut kalau malam hari terasa sepi sekali. Lagipula pasti nggak cukup mempekerjakan satu orang pembantu di rumah sebesar itu. Bisa tiga atau empat orang. Lha, tuan rumahnya sendiri cuma dua orang. Nggak sepadan menurutku,” komentar Aileen panjang lebar. Begitulah kebiasaan gadis itu kalau bermaksud meyakinkan orang lain.Samuel akhirnya mengalah. “Baiklah. Akan kubicarakan hal ini dengan orang tuaku. Tapi apakah rumah kita nanti harus satu lantai juga seperti rumahmu?”“Kalau bisa begitu ya, lebih baik. Jadi aku ngg
Beberapa hari kemudian Samuel membawa calon istrinya ke sebuah rumah baru berlantai dua yang bernuansa serba putih. Luas tanahnya tidak besar. Hanya seratus lima puluh meter persegi.“Jadi ini rumah yang akan kita tempati setelah menikah?” tanya Aileen penasaran. Samuel mengangguk. Pemuda itu menerangkan, “Aku akhirnya bicara dengan orang tuaku mengenai permintaanmu. Ternyata mereka tidak keberatan. Papa dan Mama malah senang mempunyai calon menantu yang tidak materialistis dan mau mandiri melakukan pekerjaan rumah tangga.”“Hah?!” sergah calon istrinya tak percaya. “Benarkah begitu? Apa aku nggak salah dengar?”Pemuda di hadapannya terkekeh. “Papaku akhirnya mengaku kalau dia sengaja mencarikanku pasangan hidup gadis kelas menengah. Dia menyukai kepribadian Om Harris yang baik, rendah hati, dan rajin bekerja. Papa meyakini anak beliau mewarisi sifat-sifat yang sama….”Aileen tersenyum mendengar pujian yang diucapkan secara tidak langsung itu. Terselip kebanggaan dalam hatinya menja
Setelah urusan rumah dan interior beres, Samuel mengungkapkan kepada ayah dan ibunya bahwa Aileen sudah telanjur terikat kontrak untuk proyek penerjemahan novel online selama delapan bulan ke depan sehingga terpaksa tidak bisa menjalani bulan madu keliling Eropa setelah menikah.Saat itu sang pemuda sedang bercengkerama dengan kedua orang tuanya di ruang keluarga rumah mereka. Tina, sang ibu, langsung bangkit berdiri dan berkata dengan nada suara tidak senang, “Calon istrimu itu kok susah banget diajak menikmati hidup, ya? Mau dibelikan rumah besar malah ditolak. Terus dikasih hadiah paket honeymoon keliling Eropa juga nggak diterima. Mama jadi bingung. Kok ada perempuan kayak gitu.”Ditolehnya sang suami yang masih duduk tenang di atas sofa. Ditegurnya pasangan hidup yang telah menemaninya selama hampir tiga puluh tahun itu, “Kamu sih, Mas. Cari jodoh buat anak kita kok sembarangan. Kan lebih baik dari lingkungan pertemanan kita saja. Jadi seleranya sama dan nggak bikin masalah seper
Ruben merangkul istrinya. Pria setengah baya itu menghela napas panjang. “Bukankah ini siklus yang akan dilalui setiap orang dalam hidup ini, Sayang? Menjadi anak, suami atau istri, orang tua, lalu kakek-nenek. Kita berdua sudah melalui ketiga tahap awal itu. Tinggal tahap yang terakhir, yaitu menjadi kakek dan nenek. Sudahlah, jangan bersedih. Masih ada aku yang akan selalu menemanimu di rumah ini.”Tina mengangguk. Direbahkannya kepalanya pada dada suaminya yang bidang. Ruben membelai-belai punggung wanita itu mesra. Pasangan suami-istri romantis itu tak menyadari bahwa putra semata wayang mereka tengah memperhatikan dari void lantai dua. Ekspresi wajah pemuda itu tampak terharu menyaksikan kemesraan orang tuanya yang tak lekang oleh waktu.Kapan aku bisa merasakan kehangatan seperti itu? batinnya pedih. Terbayang olehnya wajah Aileen, gadis yang tak lama lagi akan menjadi pendamping hidupnya. “Ah, jangan konyol, Samuel Manasye!” cetusnya pada dirinya sendiri. “Perkawinan kalian n
Demikianlah Aileen kemudian mencoba beberapa gaun pengantin pilihan calon ibu mertuanya. Gadis itu akhirnya menyadari bahwa gaun yang tampak indah dilihat belum tentu nyaman dipakai. Juga belum tentu sesuai dengan bentuk tubuh maupun karakter pemakainya. Setelah bersabar berganti-ganti gaun, keluar-masuk ruang ganti, dan berdiri di depan Samuel, Tina, dan Ernie untuk meminta pendapat mereka, gadis itu akhinya jatuh hati dengan gaun putih polos ala Meghan Markle, istri Pangeran Harry dari kerajaan Inggris. Kain gaun tersebut halus sekali dan terasa sangat lembut di kulit tubuhnya. Modelnya yang simpel sesuai dengan kepribadian Aileen yang praktis dan apa adanya. Ibunya sendiri langsung bersorak gembira begitu menyaksikan sang putri muncul dengan langkahnya yang lemah gemulai mengenakan gaun tersebut.“Wah, gaun ini sepertinya paling pas buatmu, Nak. Sederhana tapi kelihatan anggun dan elegan sekali,” puji wanita itu spontan. Ekspresi wajahnya tampak berseri-seri memandang aura kecanti
“Sori ya, Leen. Mamaku tadi cerewet sekali soal gaun pengantin. Untung kamu dan Tante Ernie sabar sekali menuruti kemauannya. Aku sungguh berterima kasih,” kata Samuel malam harinya di telepon. Baru pukul enam petang tadi dia mengantar Aileen dan Ernie pulang ke rumah. Sementara Tina diantar pulang oleh sopir pribadinya.Sesampainya di rumah Aileen, Samuel sebenarnya diajak mampir ke rumah dulu oleh Ernie. Tapi dengan halus pemuda itu menolaknya. Dia berkata harus segera pulang untuk membicarakan hal penting dengan ayahnya. Padahal sebenarnya dirinya ingin memberikan Aileen kesempatan untuk segera beristirahat. Pemuda itu dapat merasakan calon istrinya tersebut merasa kelelahan mencoba begitu banyak model gaun pengantin demi memenuhi selera Tina yang perfeksionis.“Nggak apa-apa, Sam,” jawab Aileen lirih. “Lagipula gaun yang untuk acara pemberkatan di gereja itu bisa dibilang pilihanku sendiri. Aku sangat menyukainya. Mamaku juga.”“Aku juga,” sela lawan bicaranya spontan. “Kamu canti
Samuel menganggukkan kepalanya. Dia lalu mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya. Diberikannya pada James sebagai biaya untuk pengobatan luka-lukanya. James menerimanya sembari mengucapkan terima kasih. Kedua laki-laki itu sudah tak lagi menyimpan beban. Permasalahan di antara mereka kini sudah selesai.Samuel menutup pintu taksi. Dikatakannya pada sopir agar segera mengantar James dan Sheila ke rumah sakit terdekat. Tak lama kemudian mobil taksi itu meluncur meninggalkan rumah tersebut. Samuel merangkul istrinya mesra. Diajaknya wanita itu masuk ke dalam rumah.Begitu pintu ditutup, pasangan suami-istri itu saling berpelukan erat. “Sori ya, Sam,” ujar Aileen meminta maaf. “Aku memberimu kejutan yang tak menyenangkan seperti ini. Ini sebenarnya adalah ide dari psikiater yang kudatangi….”“Apa?!” seru suaminya kaget. “Kamu menemui psikiater?”Aileen mengangguk mengiyakan. Dia lalu menjelaskan, “Aku menemui jalan buntu, Sam. Nggak tahu lagi gimana caranya memulihkan kejantananmu
Suatu sore Samuel pulang dari kantor dalam keadaan lelah sekali. Hari ini perundingan dengan pihak supplier bahan baku pabrik peralatan dapur miliknya berjalan alot dan belum mencapai kata sepakat. Persaingan penjualan di pasar semakin ketat. Pembeli semakin jeli dalam memilih produk. Harga dan kualitas menjadi poin utama dalam membeli produk peralatan dapur. Oleh karena itulah selama beberapa tahun ini perusahaan milik Ruben tak menaikkan harga jual produk dengan tujuan agar tidak ditinggalkan konsumen. Meskipun margin yang dihasilkan tipis sekali, tapi mereka tetap berusaha menghasilkan produk dengan kualitas terbaik namun dengan harga terjangkau. Sayangnya tadi pihak supplier berkata bahwa ketersediaan bahan baku semakin menipis dan biaya transportasi untuk memperolehnya semakin mahal. Oleh karena itu mereka terpaksa harus menaikkan harga jual bahan baku kepada pabrik milik Ruben. Karena tak tercapai kesepakatan, maka perundingan dengan pihak supplier tersebut harus dilanjutk
Setelah mengatakan hal itu, mantan kekasih James tersebut menghela napas panjang. Terbayang kembali dalam benaknya ketika pertama kali memergoki pemuda itu berjalan dengan mesra sambil merangkul Yashinta. Selang beberapa waktu kemudian eh, dia bertemu kembali dengan pasangan itu tapi dalam keadaan digiring pihak yang berwajib akibat dugaan kepemilikan narkoba!Benar-benar ironis. Apakah ini hukuman yang harus dijalani James akibat menelantarkannya dalam keadaan hamil?Ah, tapi dia kan nggak tahu aku hamil, cetus Aileen dalam hati berusaha pikiran buruk dalam benaknya. Sudahlah. James adalah masa lalu bagiku. Tak berarti apa-apa lagi, batin wanita itu memutuskan. Fokusku sekarang adalah mencari kesembuhan buat suamiku.Akhirnya Aileen tak lagi membahas tentang pemuda itu dengan psikiater. Dia kembali mengeluarkan uneg-unegnya tentang Samuel.“Meskipun kondisi suami saya itu sudah berlangsung lama, tapi saya punya keyakinan masih ada harapan untuk membuatnya menjadi laki-laki seutuhnya
Ah, sudahlah, pikir Aileen tak peduli. Cuek aja kalau aku nanti melewati restoran James. Nggak usah noleh kanan-kiri. Jalan santai aja. Pandangan lurus ke depan. Kayak pake kacamata kuda!Demikianlah perempuan itu menguatkan batinnya untuk melewati tempat kerja pemuda yang pernah mengisi relung hatinya yang terdalam. "Let's go!" tegasnya pada dirinya sendiri.Sesampainya di ujung eskalator, dia lalu melangkah dengan mantap dan penuh rasa percaya diri. Dilewatinya koridor mal yang kanan-kirinya terdapat restoran-restoran yang menjual berbagai menu masakan kelas menengah keatas. Pengunjung tidak terlalu ramai karena waktu itu sudah lewat jam makan siang.Tiba-tiba pandangan Aileen terarah pada sebuah restoran di sebelah kiri depan yang dikerumuni beberapa orang laki-laki berbadan tegap. Pakaian yang dikenakan orang-orang itu biasa saja. Tapi sikap mereka yang sangat serius begitu menarik perhatian.Seketika itu juga perasaan Aileen menjadi tidak enak. Dia menyadari bahwa restoran terseb
Begitu keluar dari ruang ibadah, Aileen berjalan menuju ke kantin. Dia merasa haus dan ingin membeli minuman. Ketika melewati papan pengumuman gereja, perempuan itu berhenti sejenak untuk mengetahui informasi terkini yang berkaitan dengan tempat ibadahnya tersebut. Tiba-tiba pandangannya terarah pada sebuah poster berwarna biru terang yang berjudul Tips-tips Jitu Menjaga Keharmonisan Pasutri. Judul tersebut membuat Aileen semakin tertarik untuk membaca lebih lanjut. Ternyata poster itu merupakan promosi tentang seminar rumah tangga yang akan diadakan di aula gereja pada hari Minggu depan. Narasumbernya adalah seorang psikiater yang berpengalaman dalam menangani persoalan-persoalan yang kerap dihadapi pasangan suami-istri.Aileen menatap foto wajah psikiater tersebut dengan rasa ingin tahu. Seorang perempuan berusia sekitar lima puluh tahunan dengan rambut pendek sebahu, wajah tirus, dan sorot mata bijaksana. Senyuman yang tersungging dari bibirnya tampak pas. Tidak terlalu lebar nam
Percobaan ketiga itu lagi-lagi berujung pada hal yang sama seperti percobaan-percobaan sebelumnya. Kejantanan Samuel sama sekali tidak bangkit. Pria itu pun lagi-lagi menstimulasi bagian-bagian intim tubuh Aileen agar istrinya itu mencapai puncak kenikmatan.Hebatnya Aileen tak putus asa. Beberapa hari kemudian wanita itu membuatkan suaminya ramuan jamu yang menurut testimoni para pria di internet mampu membangkitkan kejantanan mereka hingga membuat pasangan klepek-klepek."Apa ini, Sayang?" tanya sang suami saat disodori satu gelas besar minuman berwarna tidak jelas. Bagaikan kombinasi antara coklat muda dengan hijau tua. Samuel menatap cairan tersebut dengan perasaan jijik."Jamu ajaib buatmu, Sayang," jawab Aileen sembari menatap lembut suami tercintanya itu.Tatapan khas istrinya itu selalu membuat hati Samuel tersentuh. Haizzz..., keluhnya dalam hati. Penampakan ramuan itu saja sudah membuatku merinding. Gimana harus meminumnya? Bisa-bisa aku mual dan muntah-muntah!"Aku sudah m
Dua hari kemudian Samuel memberitahu istrinya bahwa dia ditugaskan sang ayah untuk mengunjungi klien-klien besar dan loyal mereka di Bali selama tiga hari."Ini merupakan kunjungan rutin setiap tahun, Sayang," kata pria itu menjelaskan. "Biasanya Papa sendiri yang pergi. Tujuannya untuk memantau kinerja manajer marketing sekaligus menjalin hubungan baik dengan hotel-hotel, restoran-restoran, dan kafe-kafe yang biasa membeli produk-produk peralatan dapur pabrik kita. Persaingan di bisnis ini semakin ketat sekarang. Jadi menjalin tali silaturahmi yang intens dengan klien-klien berpotensi mempertahankan loyalitas mereka untuk tetap memakai produk-produk buatan kita."Aileen manggut-manggut tanda mengerti. Apalagi kalau yang datang berkunjung adalah anak si bos yang merupakan pewaris tunggal perusahaan? Klien-klien itu pasti lebih merasa dihargai daripada sekadar dikunjungi oleh manajer marketing biasa! pikir wanita itu jeli."Kamu pergi saja, Sayang. Aku nggak apa-apa kok, tinggal sendir
Hari-hari selanjutnya Aileen semakin bersikap mesra terhadap Samuel. Dalam hati wanita itu sama sekali tak ada perasaan merendahkan suaminya yang belum mampu menunjukkan keperkasaannya sebagai seorang laki-laki itu.Perempuan itu cukup bahagia menikmati stimulasi-stimulasi dari sang suami dalam bentuk lain. Dia senang pria itu berusaha membuatnya mencapai puncak kepuasan dengan berbagai cara meskipun tanpa melibatkan pedang pusakanya.Akan tetapi tak pelak perasaan rendah diri Samuel masih tergambar jelas di raut wajahnya setiap kali berhubungan intim dengan sang istri. Hal itu justru membuat Aileen semakin terpacu untuk mencoba cara lain demi memulihkan kemampuan 'adik kecil' pria yang dicintainya itu.Pada suatu malam Samuel dikejutkan lagi oleh Aileen. Istrinya itu mengajaknya menonton film porno!"What?! Kamu dapet dari mana?" seru pria itu terperanjat.Matanya terbelalak lebar. Tak disangkanya sang istri yang kelihatannya alim itu bisa mengakses tontonan semacam itu.Aileen menye
Setengah jam kemudian Samuel memasuki kamar tidur utama di lantai dua. Kamar yang dulu ditempatinya sendirian, namun akhirnya dihuninya berdua dengan Aileen semenjak pulang kembali dari rumah orang tua istrinya itu. Ketika Samuel membuka pintu kamar, penerangan di dalamnya tampak remang-remang. Hanya beberapa lampu downlight yang dinyalakan.Harum bunga lavender menggugah indra penciumannya. Suami Aileen itu sangat menyukainya. Wanginya lembut namun seksi. Selanjutnya tatapan pria itu mengarah pada ranjang yang sudah ditata dengan rapi. Kelopak-kelopak bunga mawar merah dirangkai dengan indah membentuk hati besar di tengah-tengah peraduan. Samuel tersenyum penuh sukacita. Senang sekali rasanya melihat sang istri berupaya maksimal di malam pertama mereka akan melakukan hubungan intim. Dia menoleh kesana-kemari. Memanggil-manggil nama Aileen dengan nada suara yang teramat mesra.Tiba-tiba muncullah sosok orang yang dicari-carinya. Aileen keluar dari dalam kamar mandi dengan berlenggak-