Si gadis yang waktu itu baru saja putus dengan pacarnya akibat menempuh studi S2 di Amerika Serikat, merasa terhibur dengan kehadiran James. Sikap pemuda itu yang cool namun pandai merayu membuatnya bagaikan melayang di awang-awang. Setelah dua bulan pendekatan, gadis itu memutuskan untuk move on dari patah hatinya dan menjalin hubungan percintaan yang baru dengan James.
“James,” kata Aileen sungguh-sungguh. “Gimana kalau kamu kukenalin sama Samuel? Dia orangnya logis, kok. Bisa diajak ngomong. Kalian sesama kaum adam pasti bisa merasakan laki-laki yang dihadapi itu orang baik atau nggak.”
“Nggak perlu,” tandas James tegas. Dia lalu membaringkan dirinya di atas tempat tidur. Matanya dipejamkan, seolah-olah bersiap-siap untuk masuk ke alam mimpi.
“Sayang, jangan tidur, dong,” pinta kekasihnya sendu. Digoyang-goyangkannya bahu pemuda itu. Namun James tak menanggapi. Dia masih berlagak tidur.
Aileen lalu menunduk. Didekatkanya wajahnya pada sang kekasih. Ia bermaksud membisikinya mesra. Tiba-tiba James membuka mata. Direngkuhnya tubuh sang kekasih dan dibaringkannya di atas ranjang. Gadis itu terkejut. Dia berusaha meronta namun bibirnya langsung dikulum hangat oleh sang pemuda.
Pasangan kekasih itu berciuman selama beberapa detik. Tiba-tiba James mengakhiri ciuman panas itu. Dia duduk sambil menatap sang kekasih penuh kemenangan.
“Nah, kamu lihat sendiri, kan? Cowok itu lemah. Nggak tahan berduaan terus dengan lawan jenis. Gimana kalau hal ini terjadi saat kamu sudah menikah dan tinggal satu atap dengan Samuel? Aku mungkin bisa percaya padamu. Tapi tidak mempercayai sesama kaumku sendiri!”
Aileen mendesah. Dia lalu duduk berhadapan dengan sang kekasih. “Makanya aku tadi mengusulkan supaya kalian berdua bertemu saja. Kan bisa berunding gimana enaknya,” ujarnya lirih.
James menggeleng. “Nggak ada gunanya ngobrol sama orang itu, Leen. Cukup kamu saja yang bersepakat dengannya. Aku mau menunggumu bercerai setelah dua tahun menikah dengannya. Tapi dengan syarat….”
“Syarat apa?” tanya si gadis antusias. Semangatnya timbul seketika karena sang kekasih mulai menunjukkan dukungan terhadapnya.
Pemuda itu menatap Aileen lekat-lekat. “Syarat pertama, aku minta kalian kalau sudah menikah nanti nggak pakai jasa pembantu rumah tangga. Karena aku nggak mau kedatanganku untuk menemuimu dimata-matai. Kita kan sudah nggak bisa bebas lagi bertemu muka di depan umum. Terus-terusan pacaran di kamar kosku ini juga nggak mungkin. Jadi dalam satu minggu aku bisa dua-tiga kali datang menemuimu di rumah kalian….”
“Siap, Bos!” seru gadis itu mantap. Dia sendiri sudah biasa melakukan pekerjaan rumah tangga di rumah. Baginya persyaratan James itu tidak sulit dipenuhi.
Pemuda tersebut nyengir melihat antusiasme kekasihnya. Lalu dia berdeham perlahan. Ditatapnya gadis itu sungguh-sungguh. “Setelah kamu menikah, aku mau kamu menjadi milikku seutuhnya, Sayang. Aku nggak percaya suamimu bisa bertahan dua tahun tanpa menyentuh istrinya sama sekali.”
Aileen tertegun mendengar permintaan kekasihnya yang di luar dugaan itu. Apa? Menyerahkan keperawanannya? Harta paling berharga yang telah dijaganya dengan baik selama dua puluh tahun lebih?
Yaaa…, dia memang mencintai James dengan tulus. Tapi…, biar bagaimanapun dia kan belum resmi menjadi suamiku? batin gadis itu gundah. Perasaannya berkecamuk tak karuan.
Meskipun James kerap berusaha menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya, namun Aileen selalu berhasil menghentikan perbuatan nakal kekasihnya itu. Pun dirinya tak menaruh dalam hati. Gadis itu tahu hubungan percintaan zaman sekarang memang semakin bebas.
Berhubungan intim sebelum menikah sudah lazim dilakukan anak-anak muda. Namun gadis itu tetap merasa lebih nyaman jika melakukan hubungan sesakral itu dengan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya.
“James, apakah tidak ada syarat lain?” tanyanya berusaha bernegosiasi. “Kamu kan tahu, aku mau malam pertamaku itu sakral. Kegadisanku kuserahkan pada orang yang sudah resmi menjadi suamiku.”
Emosi pemuda itu naik seketika. “Ya sudah!” teriaknya garang. “Berikan saja keperawananmu pada si Samuel itu. Toh, dia yang akan menjadi suamimu yang sah!”
Aileen terpaku. Rupanya inilah yang dicemaskan James sampai menghendaki kesuciannya. Pemuda itu tak rela mahkota kekasihnya direnggut oleh pria lain.
Akhirnya dengan pasrah gadis itu menganggukkan kepalanya. “Baiklah, James. Akan kupenuhi permintaanmu ini,” ucapnya dengan berat hati. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Seperti ada beban berat yang hendak membuncah keluar.
Selanjutnya air mata gadis itu mengalir deras bagaikan air bah. James mengeluh dalam hati. Nangis lagi, nangis lagi! Haaahhh…. Salahmu sendiri, James. Pacaran sama cewek yang masih perawan. Satu tahun ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain. Cuma ciuman sama pegang-pegang sedikit saja sudah ditampik. Haiz….
Demi menenangkan hati Aileen, pemuda itu terpaksa memeluknya lagi. “Kenapa kamu menangis lagi, Sayang?” tanyanya lembut. “Kamu tahu kenapa aku menghendaki malam pertama denganmu? Karena aku takut Samuel brengsek itu yang akan merenggut kehormatanmu dan membuatmu terlepas dari tanganku….”
Tangisan kekasihnya semakin keras. James mulai merasa sakit kepala. Dibelai-belainya rambut halus gadis itu dengan harapan isak tangisnya mereda.
“I love you so much, Aileen Benyamin. Aku benar-benar takut kehilangan dirimu. Hanya keperawananmulah yang bisa menjadi jaminan bahwa dirimu takkan meninggalkanku. Kamu bisa mengerti kan, Sayang?” ucap pemuda itu semanis madu.
Aileen mengangguk berkali-kali. Dia memahami maksud hati kekasihnya ini. Barangkali diriya pun akan bersikap demikian jika berada dalam posisi James. Meminta harta paling berharga sang kekasih demi mempertahankan cinta kasih mereka berdua….
Gadis itu tak menyadari bahwa pemuda yang tengah memeluknya erat itu tersenyum licik. Kena kau, Aileen Benyamin, batinnya penuh kemenangan. Akhirnya berhasil kutaklukkan hatimu untuk menyerahkan mahkota kesucianmu. Setelah keinginanku itu tercapai, kita lihat saja nanti bagaimana perkembangan hubungan kita.
***
Malam itu Aileen menelepon calon suaminya. “Pacarku menyetujui rencanamu, Sam,” ujarnya memberitahu laki-laki itu. “Tapi dia mengajukan syarat….”
“Syarat apa?” tanya Samuel ingin tahu. Dia mencurahkan konsentrasinya pada suara gadis itu di telepon.
Si gadis mendesah sesaat lalu berkata, “James minta supaya kita nanti tidak memakai jasa pembantu rumah tangga. Dia tidak mau dimata-matai setiap kali datang menemuiku. Aku…aku menyanggupi permintaannya itu.”
Lawan bicaranya berdeham sejenak. “Kayaknya sulit untuk mengabulkan syarat itu, Leen,” sahutnya terus terang.
Aileen terkejut. “Lho, kenapa? Aku sudah biasa melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, kok,” kilah gadis itu. Dia merasa tidak puas dengan jawaban calon suaminya tersebut.
“Yaaa…, itu kalau rumah kita nanti sebesar rumahmu, Nona,” celetuk suara di seberang sana penuh teka-teki.
“Hah?! Apa maksudmu, Sam? Memangnya rumah kita nanti sebesar apa?”
“Kamu belum pernah datang ke rumahku, sih. Kalau kita menikah, rumah kita nanti setidaknya sama besar dengan rumah orang tuaku.”
“Memangnya sebesar apa rumah papa-mamamu?”
Terdengar suara mendesah di seberang sana. Aileen semakin penasaran. Didengarkannya kata-kata Samuel selanjutnya dengan seksama.
“Tempat tinggal orang tuaku ini luas tanahnya delapan ratus meter persegi. Ada kolam renang di halaman belakang. Bangunan rumah terdiri dari dua lantai. Pemandangan di lantai dua bagian belakang menghadap golf view….”
Glek! Aileen menelan ludah. Ternyata dia dijodohkan dengan anak konglomerat! Gadis lain mungkin merasa beruntung. Sebaliknya dirinya justru merasa ini adalah sebuah malapetaka.
“Halo? Kamu masih ada di sana, Leen?” tanya Samuel setelah suasana menjadi hening selama beberapa saat. “Kenapa jadi diam?”“Sam…,” kata gadis itu parau. “Apakah rumah kita nanti harus sebesar tempat tinggalmu yang sekarang? Aku…aku nggak terbiasa memakai jasa pembantu rumah tangga. Nggak enak menyuruh-nyuruh orang lain mengerjakan hal-hal yang bisa kukerjakan sendiri. Aku merasa lebih nyaman tinggal di rumah yang biasa-biasa saja. Yang kukenal seluk-beluknya dengan baik. Takut kalau malam hari terasa sepi sekali. Lagipula pasti nggak cukup mempekerjakan satu orang pembantu di rumah sebesar itu. Bisa tiga atau empat orang. Lha, tuan rumahnya sendiri cuma dua orang. Nggak sepadan menurutku,” komentar Aileen panjang lebar. Begitulah kebiasaan gadis itu kalau bermaksud meyakinkan orang lain.Samuel akhirnya mengalah. “Baiklah. Akan kubicarakan hal ini dengan orang tuaku. Tapi apakah rumah kita nanti harus satu lantai juga seperti rumahmu?”“Kalau bisa begitu ya, lebih baik. Jadi aku ngg
Beberapa hari kemudian Samuel membawa calon istrinya ke sebuah rumah baru berlantai dua yang bernuansa serba putih. Luas tanahnya tidak besar. Hanya seratus lima puluh meter persegi.“Jadi ini rumah yang akan kita tempati setelah menikah?” tanya Aileen penasaran. Samuel mengangguk. Pemuda itu menerangkan, “Aku akhirnya bicara dengan orang tuaku mengenai permintaanmu. Ternyata mereka tidak keberatan. Papa dan Mama malah senang mempunyai calon menantu yang tidak materialistis dan mau mandiri melakukan pekerjaan rumah tangga.”“Hah?!” sergah calon istrinya tak percaya. “Benarkah begitu? Apa aku nggak salah dengar?”Pemuda di hadapannya terkekeh. “Papaku akhirnya mengaku kalau dia sengaja mencarikanku pasangan hidup gadis kelas menengah. Dia menyukai kepribadian Om Harris yang baik, rendah hati, dan rajin bekerja. Papa meyakini anak beliau mewarisi sifat-sifat yang sama….”Aileen tersenyum mendengar pujian yang diucapkan secara tidak langsung itu. Terselip kebanggaan dalam hatinya menja
Setelah urusan rumah dan interior beres, Samuel mengungkapkan kepada ayah dan ibunya bahwa Aileen sudah telanjur terikat kontrak untuk proyek penerjemahan novel online selama delapan bulan ke depan sehingga terpaksa tidak bisa menjalani bulan madu keliling Eropa setelah menikah.Saat itu sang pemuda sedang bercengkerama dengan kedua orang tuanya di ruang keluarga rumah mereka. Tina, sang ibu, langsung bangkit berdiri dan berkata dengan nada suara tidak senang, “Calon istrimu itu kok susah banget diajak menikmati hidup, ya? Mau dibelikan rumah besar malah ditolak. Terus dikasih hadiah paket honeymoon keliling Eropa juga nggak diterima. Mama jadi bingung. Kok ada perempuan kayak gitu.”Ditolehnya sang suami yang masih duduk tenang di atas sofa. Ditegurnya pasangan hidup yang telah menemaninya selama hampir tiga puluh tahun itu, “Kamu sih, Mas. Cari jodoh buat anak kita kok sembarangan. Kan lebih baik dari lingkungan pertemanan kita saja. Jadi seleranya sama dan nggak bikin masalah seper
Ruben merangkul istrinya. Pria setengah baya itu menghela napas panjang. “Bukankah ini siklus yang akan dilalui setiap orang dalam hidup ini, Sayang? Menjadi anak, suami atau istri, orang tua, lalu kakek-nenek. Kita berdua sudah melalui ketiga tahap awal itu. Tinggal tahap yang terakhir, yaitu menjadi kakek dan nenek. Sudahlah, jangan bersedih. Masih ada aku yang akan selalu menemanimu di rumah ini.”Tina mengangguk. Direbahkannya kepalanya pada dada suaminya yang bidang. Ruben membelai-belai punggung wanita itu mesra. Pasangan suami-istri romantis itu tak menyadari bahwa putra semata wayang mereka tengah memperhatikan dari void lantai dua. Ekspresi wajah pemuda itu tampak terharu menyaksikan kemesraan orang tuanya yang tak lekang oleh waktu.Kapan aku bisa merasakan kehangatan seperti itu? batinnya pedih. Terbayang olehnya wajah Aileen, gadis yang tak lama lagi akan menjadi pendamping hidupnya. “Ah, jangan konyol, Samuel Manasye!” cetusnya pada dirinya sendiri. “Perkawinan kalian n
Demikianlah Aileen kemudian mencoba beberapa gaun pengantin pilihan calon ibu mertuanya. Gadis itu akhirnya menyadari bahwa gaun yang tampak indah dilihat belum tentu nyaman dipakai. Juga belum tentu sesuai dengan bentuk tubuh maupun karakter pemakainya. Setelah bersabar berganti-ganti gaun, keluar-masuk ruang ganti, dan berdiri di depan Samuel, Tina, dan Ernie untuk meminta pendapat mereka, gadis itu akhinya jatuh hati dengan gaun putih polos ala Meghan Markle, istri Pangeran Harry dari kerajaan Inggris. Kain gaun tersebut halus sekali dan terasa sangat lembut di kulit tubuhnya. Modelnya yang simpel sesuai dengan kepribadian Aileen yang praktis dan apa adanya. Ibunya sendiri langsung bersorak gembira begitu menyaksikan sang putri muncul dengan langkahnya yang lemah gemulai mengenakan gaun tersebut.“Wah, gaun ini sepertinya paling pas buatmu, Nak. Sederhana tapi kelihatan anggun dan elegan sekali,” puji wanita itu spontan. Ekspresi wajahnya tampak berseri-seri memandang aura kecanti
“Sori ya, Leen. Mamaku tadi cerewet sekali soal gaun pengantin. Untung kamu dan Tante Ernie sabar sekali menuruti kemauannya. Aku sungguh berterima kasih,” kata Samuel malam harinya di telepon. Baru pukul enam petang tadi dia mengantar Aileen dan Ernie pulang ke rumah. Sementara Tina diantar pulang oleh sopir pribadinya.Sesampainya di rumah Aileen, Samuel sebenarnya diajak mampir ke rumah dulu oleh Ernie. Tapi dengan halus pemuda itu menolaknya. Dia berkata harus segera pulang untuk membicarakan hal penting dengan ayahnya. Padahal sebenarnya dirinya ingin memberikan Aileen kesempatan untuk segera beristirahat. Pemuda itu dapat merasakan calon istrinya tersebut merasa kelelahan mencoba begitu banyak model gaun pengantin demi memenuhi selera Tina yang perfeksionis.“Nggak apa-apa, Sam,” jawab Aileen lirih. “Lagipula gaun yang untuk acara pemberkatan di gereja itu bisa dibilang pilihanku sendiri. Aku sangat menyukainya. Mamaku juga.”“Aku juga,” sela lawan bicaranya spontan. “Kamu canti
Air mata gadis itu jatuh bercucuran. Suaranya mulai terisak-isak. James yang mendengarnya di seberang sana jadi sakit kepala. Nangis lagi, nangis lagi! keluh pemuda itu dalam hati. Jengkel sekali dia pada kekasihnya ini. Salah ngomong sedikit saja sudah baperan. Aduh!“Ya sudahlah, Sayang. Sori aku salah ngomong. Sori kamu jadi sakit hati karenanya. Sori…,” ucap pemuda itu panjang lebar. Mudah-mudahan tangisannya segera berhenti, batinnya semakin dongkol. Kalau nggak, mending kututup saja teleponnya dan kutinggal tidur!Akan tetapi seperti biasanya hati Aileen langsung adem begitu mendengar permintaan maaf sang kekasih. Entah kata-katanya itu tulus atau sekadar untuk menenangkan hatinya saja. Selanjutnya pembicaraan mereka mulai teralihkan pada hal-hal lain yang tak berkaitan sama sekali dengan pernikahan Aileen.Setelah puas ngobrol dengan pemuda pujaan hatinya, gadis itu bersiap-siap untuk tidur. Perasaannya terasa ringan sudah melampiaskan kerinduannya pada James meskipun hanya mel
Ucapan wanita itu tiba-tiba terhenti. Dia tak sanggup melanjutkan kata-katanya sampai selesai. Takut kekuatirannya itu akan menjadi kenyataan. Sementara itu sang suami mulai memejamkan matanya rapat-rapat. Tina menghembuskan napas kesal. Namun dirinya merasa kasihan juga melihat raut wajah suaminya tampak kelelahan.Perlahan dia berbisik pada laki-laki itu, “Mas…ayo tidur yang benar. Jangan dalam posisi duduk begini. Ayo berbaring saja….”Selanjutnya dibantunya Ruben tidur dalam posisi miring dengan memeluk guling. Diselimutinya tubuh kekar itu dengan selimut tebal. Terdengar suara dengkuran halus pria itu yang menandakan dirinya sudah terlelap.Tina menghela napas dalam-dalam. Dia lalu berkata pada dirinya sendiri, “Firasatku mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan pernikahan ini. Aileen Benyamin memang seorang gadis baik-baik. Tapi terlihat jelas dia tidak menaruh perasaan pada anakku. Beda dengan Sam yang sepertinya mulai menaruh hati pada calon istrinya itu. Aku takut kalau…k
Samuel menganggukkan kepalanya. Dia lalu mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya. Diberikannya pada James sebagai biaya untuk pengobatan luka-lukanya. James menerimanya sembari mengucapkan terima kasih. Kedua laki-laki itu sudah tak lagi menyimpan beban. Permasalahan di antara mereka kini sudah selesai.Samuel menutup pintu taksi. Dikatakannya pada sopir agar segera mengantar James dan Sheila ke rumah sakit terdekat. Tak lama kemudian mobil taksi itu meluncur meninggalkan rumah tersebut. Samuel merangkul istrinya mesra. Diajaknya wanita itu masuk ke dalam rumah.Begitu pintu ditutup, pasangan suami-istri itu saling berpelukan erat. “Sori ya, Sam,” ujar Aileen meminta maaf. “Aku memberimu kejutan yang tak menyenangkan seperti ini. Ini sebenarnya adalah ide dari psikiater yang kudatangi….”“Apa?!” seru suaminya kaget. “Kamu menemui psikiater?”Aileen mengangguk mengiyakan. Dia lalu menjelaskan, “Aku menemui jalan buntu, Sam. Nggak tahu lagi gimana caranya memulihkan kejantananmu
Suatu sore Samuel pulang dari kantor dalam keadaan lelah sekali. Hari ini perundingan dengan pihak supplier bahan baku pabrik peralatan dapur miliknya berjalan alot dan belum mencapai kata sepakat. Persaingan penjualan di pasar semakin ketat. Pembeli semakin jeli dalam memilih produk. Harga dan kualitas menjadi poin utama dalam membeli produk peralatan dapur. Oleh karena itulah selama beberapa tahun ini perusahaan milik Ruben tak menaikkan harga jual produk dengan tujuan agar tidak ditinggalkan konsumen. Meskipun margin yang dihasilkan tipis sekali, tapi mereka tetap berusaha menghasilkan produk dengan kualitas terbaik namun dengan harga terjangkau. Sayangnya tadi pihak supplier berkata bahwa ketersediaan bahan baku semakin menipis dan biaya transportasi untuk memperolehnya semakin mahal. Oleh karena itu mereka terpaksa harus menaikkan harga jual bahan baku kepada pabrik milik Ruben. Karena tak tercapai kesepakatan, maka perundingan dengan pihak supplier tersebut harus dilanjutk
Setelah mengatakan hal itu, mantan kekasih James tersebut menghela napas panjang. Terbayang kembali dalam benaknya ketika pertama kali memergoki pemuda itu berjalan dengan mesra sambil merangkul Yashinta. Selang beberapa waktu kemudian eh, dia bertemu kembali dengan pasangan itu tapi dalam keadaan digiring pihak yang berwajib akibat dugaan kepemilikan narkoba!Benar-benar ironis. Apakah ini hukuman yang harus dijalani James akibat menelantarkannya dalam keadaan hamil?Ah, tapi dia kan nggak tahu aku hamil, cetus Aileen dalam hati berusaha pikiran buruk dalam benaknya. Sudahlah. James adalah masa lalu bagiku. Tak berarti apa-apa lagi, batin wanita itu memutuskan. Fokusku sekarang adalah mencari kesembuhan buat suamiku.Akhirnya Aileen tak lagi membahas tentang pemuda itu dengan psikiater. Dia kembali mengeluarkan uneg-unegnya tentang Samuel.“Meskipun kondisi suami saya itu sudah berlangsung lama, tapi saya punya keyakinan masih ada harapan untuk membuatnya menjadi laki-laki seutuhnya
Ah, sudahlah, pikir Aileen tak peduli. Cuek aja kalau aku nanti melewati restoran James. Nggak usah noleh kanan-kiri. Jalan santai aja. Pandangan lurus ke depan. Kayak pake kacamata kuda!Demikianlah perempuan itu menguatkan batinnya untuk melewati tempat kerja pemuda yang pernah mengisi relung hatinya yang terdalam. "Let's go!" tegasnya pada dirinya sendiri.Sesampainya di ujung eskalator, dia lalu melangkah dengan mantap dan penuh rasa percaya diri. Dilewatinya koridor mal yang kanan-kirinya terdapat restoran-restoran yang menjual berbagai menu masakan kelas menengah keatas. Pengunjung tidak terlalu ramai karena waktu itu sudah lewat jam makan siang.Tiba-tiba pandangan Aileen terarah pada sebuah restoran di sebelah kiri depan yang dikerumuni beberapa orang laki-laki berbadan tegap. Pakaian yang dikenakan orang-orang itu biasa saja. Tapi sikap mereka yang sangat serius begitu menarik perhatian.Seketika itu juga perasaan Aileen menjadi tidak enak. Dia menyadari bahwa restoran terseb
Begitu keluar dari ruang ibadah, Aileen berjalan menuju ke kantin. Dia merasa haus dan ingin membeli minuman. Ketika melewati papan pengumuman gereja, perempuan itu berhenti sejenak untuk mengetahui informasi terkini yang berkaitan dengan tempat ibadahnya tersebut. Tiba-tiba pandangannya terarah pada sebuah poster berwarna biru terang yang berjudul Tips-tips Jitu Menjaga Keharmonisan Pasutri. Judul tersebut membuat Aileen semakin tertarik untuk membaca lebih lanjut. Ternyata poster itu merupakan promosi tentang seminar rumah tangga yang akan diadakan di aula gereja pada hari Minggu depan. Narasumbernya adalah seorang psikiater yang berpengalaman dalam menangani persoalan-persoalan yang kerap dihadapi pasangan suami-istri.Aileen menatap foto wajah psikiater tersebut dengan rasa ingin tahu. Seorang perempuan berusia sekitar lima puluh tahunan dengan rambut pendek sebahu, wajah tirus, dan sorot mata bijaksana. Senyuman yang tersungging dari bibirnya tampak pas. Tidak terlalu lebar nam
Percobaan ketiga itu lagi-lagi berujung pada hal yang sama seperti percobaan-percobaan sebelumnya. Kejantanan Samuel sama sekali tidak bangkit. Pria itu pun lagi-lagi menstimulasi bagian-bagian intim tubuh Aileen agar istrinya itu mencapai puncak kenikmatan.Hebatnya Aileen tak putus asa. Beberapa hari kemudian wanita itu membuatkan suaminya ramuan jamu yang menurut testimoni para pria di internet mampu membangkitkan kejantanan mereka hingga membuat pasangan klepek-klepek."Apa ini, Sayang?" tanya sang suami saat disodori satu gelas besar minuman berwarna tidak jelas. Bagaikan kombinasi antara coklat muda dengan hijau tua. Samuel menatap cairan tersebut dengan perasaan jijik."Jamu ajaib buatmu, Sayang," jawab Aileen sembari menatap lembut suami tercintanya itu.Tatapan khas istrinya itu selalu membuat hati Samuel tersentuh. Haizzz..., keluhnya dalam hati. Penampakan ramuan itu saja sudah membuatku merinding. Gimana harus meminumnya? Bisa-bisa aku mual dan muntah-muntah!"Aku sudah m
Dua hari kemudian Samuel memberitahu istrinya bahwa dia ditugaskan sang ayah untuk mengunjungi klien-klien besar dan loyal mereka di Bali selama tiga hari."Ini merupakan kunjungan rutin setiap tahun, Sayang," kata pria itu menjelaskan. "Biasanya Papa sendiri yang pergi. Tujuannya untuk memantau kinerja manajer marketing sekaligus menjalin hubungan baik dengan hotel-hotel, restoran-restoran, dan kafe-kafe yang biasa membeli produk-produk peralatan dapur pabrik kita. Persaingan di bisnis ini semakin ketat sekarang. Jadi menjalin tali silaturahmi yang intens dengan klien-klien berpotensi mempertahankan loyalitas mereka untuk tetap memakai produk-produk buatan kita."Aileen manggut-manggut tanda mengerti. Apalagi kalau yang datang berkunjung adalah anak si bos yang merupakan pewaris tunggal perusahaan? Klien-klien itu pasti lebih merasa dihargai daripada sekadar dikunjungi oleh manajer marketing biasa! pikir wanita itu jeli."Kamu pergi saja, Sayang. Aku nggak apa-apa kok, tinggal sendir
Hari-hari selanjutnya Aileen semakin bersikap mesra terhadap Samuel. Dalam hati wanita itu sama sekali tak ada perasaan merendahkan suaminya yang belum mampu menunjukkan keperkasaannya sebagai seorang laki-laki itu.Perempuan itu cukup bahagia menikmati stimulasi-stimulasi dari sang suami dalam bentuk lain. Dia senang pria itu berusaha membuatnya mencapai puncak kepuasan dengan berbagai cara meskipun tanpa melibatkan pedang pusakanya.Akan tetapi tak pelak perasaan rendah diri Samuel masih tergambar jelas di raut wajahnya setiap kali berhubungan intim dengan sang istri. Hal itu justru membuat Aileen semakin terpacu untuk mencoba cara lain demi memulihkan kemampuan 'adik kecil' pria yang dicintainya itu.Pada suatu malam Samuel dikejutkan lagi oleh Aileen. Istrinya itu mengajaknya menonton film porno!"What?! Kamu dapet dari mana?" seru pria itu terperanjat.Matanya terbelalak lebar. Tak disangkanya sang istri yang kelihatannya alim itu bisa mengakses tontonan semacam itu.Aileen menye
Setengah jam kemudian Samuel memasuki kamar tidur utama di lantai dua. Kamar yang dulu ditempatinya sendirian, namun akhirnya dihuninya berdua dengan Aileen semenjak pulang kembali dari rumah orang tua istrinya itu. Ketika Samuel membuka pintu kamar, penerangan di dalamnya tampak remang-remang. Hanya beberapa lampu downlight yang dinyalakan.Harum bunga lavender menggugah indra penciumannya. Suami Aileen itu sangat menyukainya. Wanginya lembut namun seksi. Selanjutnya tatapan pria itu mengarah pada ranjang yang sudah ditata dengan rapi. Kelopak-kelopak bunga mawar merah dirangkai dengan indah membentuk hati besar di tengah-tengah peraduan. Samuel tersenyum penuh sukacita. Senang sekali rasanya melihat sang istri berupaya maksimal di malam pertama mereka akan melakukan hubungan intim. Dia menoleh kesana-kemari. Memanggil-manggil nama Aileen dengan nada suara yang teramat mesra.Tiba-tiba muncullah sosok orang yang dicari-carinya. Aileen keluar dari dalam kamar mandi dengan berlenggak-