Beberapa hari kemudian Samuel membawa calon istrinya ke sebuah rumah baru berlantai dua yang bernuansa serba putih. Luas tanahnya tidak besar. Hanya seratus lima puluh meter persegi.
“Jadi ini rumah yang akan kita tempati setelah menikah?” tanya Aileen penasaran.
Samuel mengangguk. Pemuda itu menerangkan, “Aku akhirnya bicara dengan orang tuaku mengenai permintaanmu. Ternyata mereka tidak keberatan. Papa dan Mama malah senang mempunyai calon menantu yang tidak materialistis dan mau mandiri melakukan pekerjaan rumah tangga.”
“Hah?!” sergah calon istrinya tak percaya. “Benarkah begitu? Apa aku nggak salah dengar?”
Pemuda di hadapannya terkekeh. “Papaku akhirnya mengaku kalau dia sengaja mencarikanku pasangan hidup gadis kelas menengah. Dia menyukai kepribadian Om Harris yang baik, rendah hati, dan rajin bekerja. Papa meyakini anak beliau mewarisi sifat-sifat yang sama….”
Aileen tersenyum mendengar pujian yang diucapkan secara tidak langsung itu. Terselip kebanggaan dalam hatinya menjadi putri kandung Harris Benyamin.
"Sori ya, Leen. Ini rumah terkecil yang bisa kunegokan dengan orang tuaku. Mereka keberatan kalau kita cuma menempati rumah satu lantai. Takutnya terlalu sempit kalau sudah ada anak-anak...."
Pernyataan Samuel yang terdengar penuh penyesalan itu membuat hati gadis di hadapannya terharu. Dia tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Justru aku yang harus berterimakasih padamu, Sam. Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin memenuhi permintaanku. Rumah ini meskipun terdiri dari dua lantai, tapi ukurannya tidak besar. Masih bisalah kita tangani berdua. Iya, nggak?”
Hati Samuel bagaikan disiram air dingin mendengar perkataan calon istrinya itu. Dia merasa bersyukur gadis itu menghargai usahanya mendapatkan rumah ini. Pemuda itu tidak menceritakan bahwa ibunya sempat merasa tidak setuju dengan permintaannya untuk tinggal di rumah kecil setelah menikah. Untunglah Ruben dengan bijaksana bersedia membantu meyakinkan Tina, istrinya, agar menyerahkan keputusan di tangan anak dan calon menantu mereka.
“Yang penting Samuel dan Aileen berdua sudah sepakat bersama-sama mengarungi kehidupan rumah tangga, Tin,” kata ayah kandung Samuel membujuk sang istri. “Perkara mau tinggal di rumah yang bagaimana biarlah mereka yang mengambil keputusan sendiri. Kan mereka berdua yang menjalani perkawinan. Kita orang tua cuma memberikan support saja dari belakang….”
Tina akhirnya mengalah. “Ya sudahlah, kalau begitu,” sahutnya pasrah. Lalu dia menatap tajam pada putra tunggalnya. “Tapi kalian jangan nego soal pesta pernikahannya ya, Sam. Kamu adalah pewaris keluarga Manasye satu-satunya. Pernikahan yang cuma terjadi sekali seumur hidup itu harus dirayakan secara megah dan meriah. Itu wajib sifatnya. Nggak bisa ditawar-tawar!”
Samuel mengangguk mengiyakan. Dia berpikir Aileen takkan merasa keberatan dengan hal itu. Toh, keinginannya tinggal di rumah yang tidak besar sudah terkabul. Dan benar saja. Ketika pemuda itu menyatakan maksud ibunya itu pada gadis itu, Aileen sama sekali tak mempermasalahkannya.
Toh, pesta pernikahan itu cuma berlangsung satu hari saja, pikirnya simpel. Kalaupun persiapannya lama, yaaa…sudahlah. Aku tidak boleh egois. Yang penting permintaanku yang paling krusial sudah disanggupi oleh papa dan mama Samuel.
“Oya, Leen,” kata Samuel kemudian. “Papa dan Mama juga bermaksud menghadiahi kita bulan madu keliling Eropa selama satu bulan….”
Heh! Gadis itu terbelalak mendengar penuturan sang pemuda. Keliling Eropa satu bulan?! jeritnya dalam hati. Bagaimana mungkin James mengizinkannya? Tiga puluh hari penuh berduaan saja dengan laki-laki lain di luar negeri! Wah, wah, wah….
Ekspresi wajah Aileen yang suram langsung membuat Samuel mengerti betapa calon istrinya itu merasa keberatan dengan hadiah bulan madu dari orang tuanya tersebut.
Pemuda itu menghela napas panjang lalu berkata, “Baiklah, kalau kamu nggak setuju, Leen. Akan kuminta agar Papa dan Mama membatalkan hadiah bulan madu itu. Tolong beri aku waktu untuk memikirkan alasan yang masuk akal untuk menolaknya….”
“Bilang saja aku sedang banyak kerjaan,” sergah Aileen menyela kata-katanya. “Hmm…katakan pada mereka bahwa aku sudah telanjur terikat kontrak sampai delapan bulan ke depan untuk proyek penerjemahan novel-novel online dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Aku harus menepati jadwal penyerahan terjemahan tepat pada waktunya supaya tidak terkena denda. Jadi takkan ada waktu bagiku untuk berekreasi. Apalagi ke luar negeri.”
“Pekerjaanmu kan bisa dilakukan di mana saja,” sela Samuel kemudian. “Tidak harus di rumah. Selama ada laptop dan internet, kamu bisa bekerja. Iya, kan?”
Aileen menatap pemuda itu geregetan. Beginilah sikap orang awam yang tidak memahami beratnya menjadi penerjemah novel online. Sebuah karya itu kan tidak bisa diterjemahkan langsung kata per kata begitu saja. Harus didalami dulu karakter tokoh-tokohnya, gaya penulisannya, isi ceritanya, dan lain sebagainya. Dan itu membutuhkkan waktu serta konsentrasi lebih. Tidak bisa mencuri-curi waktu seenaknya di sela-sela liburan!
Ketika gadis itu menjelaskan panjang lebar hal tersebut kepada Samuel, pemuda itu akhirnya memahami maksudnya. Dia merenung sejenak lalu berkata dengan bijak, “Baiklah, kalau begitu. Aku mengerti sekarang beratnya job desc-mu, Leen. Akan kupikirkan dulu kata-kata yang enak didengar dan mudah dipahami oleh kedua orang tuaku. Sabar ya, Non. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan mereka.”
Calon istrinya mengangguk puas. Lagi-lagi dia bersyukur laki-laki pilihan ayahnya ini bisa diajak berunding dengan baik. Malah sepertinya sikapnya jauh lebih dewasa dibandingkan James yang notabene adalah kekasih resmi Aileen.
Tiba-tiba gadis itu kaget sendiri. Mana bisa aku membanding-bandingkan orang ini dengan pacarku yang sebenarnya? pikirnya heran. Samuel kan baru saja kukenal. Sifat-sifat jeleknya belum kelihatan. Berbeda dengan James yang sudah satu tahun ini menjadi kekasihku. Ada beberapa sikapnya yang sebenarnya tak sesuai dengan harapanku, tapi yaaa…masih dapat kutolerir karena besarnya cintaku padanya.
“Sudahlah, jangan kuatir,” hibur Samuel melihat gadis itu terdiam untuk beberapa lama. “Ayo kita masuk ke dalam rumah untuk melihat-lihat. Barangkali ada bagian-bagian yang kamu nggak sreg dan mau direnovasi. Terus kita nanti bisa memakai jasa desainer interior untuk mengisi perabot. Aku punya teman yang profesional di bidang itu. Besok kamu kukenalkan padanya. Kamu bisa memilih desain yang kamu suka….”
Aileen menatap pemuda itu heran. Dia kok menganggap penting pendapatku, ya? pikirnya tak mengerti. Padahal perkawinan kami nanti kan cuma pura-pura. Sandiwara belaka. Dikasih interior model apa aku juga nggak ambil pusing. Terserah dia-lah. Yang penting rumahnya nggak besar ukurannya, sudah cukup!
“Kenapa, Leen? Apa ada kata-kataku yang salah?” tanya Samuel kemudian. Ditatapnya gadis itu keheranan.
Aileen menggeleng pelan. “Ngg...nggak, kok. Nggak ada yang salah. Sama sekali. Cuma…anu…kita kan nikahnya nggak sungguhan. Kok ribetnya kayak orang nikahan beneran?” selorohnya dengan terbata-bata.
Samuel menatap calon istrinya putus asa. Dia berusaha untuk bersabar. Maklum, Aileen masih muda dan pengalaman hidupnya belum banyak. Sifatnya terkadang masih kekanak-kanakkan, cetusnya dalam hati.
“Leen…,” ucapnya lirih. “Kita berdua kan mau agar sandiwara ini berhasil. Jadi yah harus dibuat se-riil mungkin supaya orang-orang tidak curiga. Sekarang dan besok kita mengurus soal rumah ini dan isinya dulu. Lalu lusa aku akan mengajakmu menemui WO atau wedding organizer untuk mengurus pernikahan kita. Aku sudah tahu WO yang bagus dan biasa menangani pesta pernikahan dengan budget besar. Nanti mereka yang akan mengatur tempat pemberkatan pernikahan, acara pestanya seperti apa sesuai selera kita, mau request artis siapa sebagai bintang tamu….”
“Hah?! Artis?” pekik Aileen tak percaya. “Kita…kita bakalan ngundang artis? Beneran, nih?”
Samuel mengangguk sambil tersenyum simpul. “Soal itu, rencananya aku mau memakai jasa artis cowok dan cewek ibukota sebagai MC di pesta pernikahan. Penyanyinya terserah kamu, deh.”
Oh, My God, cetus si gadis dalam hati. Pernikahan pura-puraku ini bakalan tak terlupakan. Teman-temanku pasti kaget luar biasa. Pernikahan Aileen Benyamin dirayakan secara besar-besaran dan mengundang artis ibukota! Wah, wah, wah….
Namun hatinya yang bagaikan sudah melambung tinggi hingga langit ketujuh tiba-tiba terhempas ke bawah begitu saja. Sayang sekali pasanganku nanti bukan James. Tapi Samuel Manasye, orang yang baru kukenal beberapa hari yang lalu…, keluhnya dalam hati. Dia menggigit bibir pertanda kecewa luar biasa.
Samuel yang melihatnya jadi merasa kasihan. Tenanglah, Aileen Benyamin, ucapnya dalam hati. Aku akan memegang janjiku memberimu kebebasan setelah menikah. Silakan lakukan apapun yang membuatmu merasa bahagia….
***
Setelah urusan rumah dan interior beres, Samuel mengungkapkan kepada ayah dan ibunya bahwa Aileen sudah telanjur terikat kontrak untuk proyek penerjemahan novel online selama delapan bulan ke depan sehingga terpaksa tidak bisa menjalani bulan madu keliling Eropa setelah menikah.Saat itu sang pemuda sedang bercengkerama dengan kedua orang tuanya di ruang keluarga rumah mereka. Tina, sang ibu, langsung bangkit berdiri dan berkata dengan nada suara tidak senang, “Calon istrimu itu kok susah banget diajak menikmati hidup, ya? Mau dibelikan rumah besar malah ditolak. Terus dikasih hadiah paket honeymoon keliling Eropa juga nggak diterima. Mama jadi bingung. Kok ada perempuan kayak gitu.”Ditolehnya sang suami yang masih duduk tenang di atas sofa. Ditegurnya pasangan hidup yang telah menemaninya selama hampir tiga puluh tahun itu, “Kamu sih, Mas. Cari jodoh buat anak kita kok sembarangan. Kan lebih baik dari lingkungan pertemanan kita saja. Jadi seleranya sama dan nggak bikin masalah seper
Ruben merangkul istrinya. Pria setengah baya itu menghela napas panjang. “Bukankah ini siklus yang akan dilalui setiap orang dalam hidup ini, Sayang? Menjadi anak, suami atau istri, orang tua, lalu kakek-nenek. Kita berdua sudah melalui ketiga tahap awal itu. Tinggal tahap yang terakhir, yaitu menjadi kakek dan nenek. Sudahlah, jangan bersedih. Masih ada aku yang akan selalu menemanimu di rumah ini.”Tina mengangguk. Direbahkannya kepalanya pada dada suaminya yang bidang. Ruben membelai-belai punggung wanita itu mesra. Pasangan suami-istri romantis itu tak menyadari bahwa putra semata wayang mereka tengah memperhatikan dari void lantai dua. Ekspresi wajah pemuda itu tampak terharu menyaksikan kemesraan orang tuanya yang tak lekang oleh waktu.Kapan aku bisa merasakan kehangatan seperti itu? batinnya pedih. Terbayang olehnya wajah Aileen, gadis yang tak lama lagi akan menjadi pendamping hidupnya. “Ah, jangan konyol, Samuel Manasye!” cetusnya pada dirinya sendiri. “Perkawinan kalian n
Demikianlah Aileen kemudian mencoba beberapa gaun pengantin pilihan calon ibu mertuanya. Gadis itu akhirnya menyadari bahwa gaun yang tampak indah dilihat belum tentu nyaman dipakai. Juga belum tentu sesuai dengan bentuk tubuh maupun karakter pemakainya. Setelah bersabar berganti-ganti gaun, keluar-masuk ruang ganti, dan berdiri di depan Samuel, Tina, dan Ernie untuk meminta pendapat mereka, gadis itu akhinya jatuh hati dengan gaun putih polos ala Meghan Markle, istri Pangeran Harry dari kerajaan Inggris. Kain gaun tersebut halus sekali dan terasa sangat lembut di kulit tubuhnya. Modelnya yang simpel sesuai dengan kepribadian Aileen yang praktis dan apa adanya. Ibunya sendiri langsung bersorak gembira begitu menyaksikan sang putri muncul dengan langkahnya yang lemah gemulai mengenakan gaun tersebut.“Wah, gaun ini sepertinya paling pas buatmu, Nak. Sederhana tapi kelihatan anggun dan elegan sekali,” puji wanita itu spontan. Ekspresi wajahnya tampak berseri-seri memandang aura kecanti
“Sori ya, Leen. Mamaku tadi cerewet sekali soal gaun pengantin. Untung kamu dan Tante Ernie sabar sekali menuruti kemauannya. Aku sungguh berterima kasih,” kata Samuel malam harinya di telepon. Baru pukul enam petang tadi dia mengantar Aileen dan Ernie pulang ke rumah. Sementara Tina diantar pulang oleh sopir pribadinya.Sesampainya di rumah Aileen, Samuel sebenarnya diajak mampir ke rumah dulu oleh Ernie. Tapi dengan halus pemuda itu menolaknya. Dia berkata harus segera pulang untuk membicarakan hal penting dengan ayahnya. Padahal sebenarnya dirinya ingin memberikan Aileen kesempatan untuk segera beristirahat. Pemuda itu dapat merasakan calon istrinya tersebut merasa kelelahan mencoba begitu banyak model gaun pengantin demi memenuhi selera Tina yang perfeksionis.“Nggak apa-apa, Sam,” jawab Aileen lirih. “Lagipula gaun yang untuk acara pemberkatan di gereja itu bisa dibilang pilihanku sendiri. Aku sangat menyukainya. Mamaku juga.”“Aku juga,” sela lawan bicaranya spontan. “Kamu canti
Air mata gadis itu jatuh bercucuran. Suaranya mulai terisak-isak. James yang mendengarnya di seberang sana jadi sakit kepala. Nangis lagi, nangis lagi! keluh pemuda itu dalam hati. Jengkel sekali dia pada kekasihnya ini. Salah ngomong sedikit saja sudah baperan. Aduh!“Ya sudahlah, Sayang. Sori aku salah ngomong. Sori kamu jadi sakit hati karenanya. Sori…,” ucap pemuda itu panjang lebar. Mudah-mudahan tangisannya segera berhenti, batinnya semakin dongkol. Kalau nggak, mending kututup saja teleponnya dan kutinggal tidur!Akan tetapi seperti biasanya hati Aileen langsung adem begitu mendengar permintaan maaf sang kekasih. Entah kata-katanya itu tulus atau sekadar untuk menenangkan hatinya saja. Selanjutnya pembicaraan mereka mulai teralihkan pada hal-hal lain yang tak berkaitan sama sekali dengan pernikahan Aileen.Setelah puas ngobrol dengan pemuda pujaan hatinya, gadis itu bersiap-siap untuk tidur. Perasaannya terasa ringan sudah melampiaskan kerinduannya pada James meskipun hanya mel
Ucapan wanita itu tiba-tiba terhenti. Dia tak sanggup melanjutkan kata-katanya sampai selesai. Takut kekuatirannya itu akan menjadi kenyataan. Sementara itu sang suami mulai memejamkan matanya rapat-rapat. Tina menghembuskan napas kesal. Namun dirinya merasa kasihan juga melihat raut wajah suaminya tampak kelelahan.Perlahan dia berbisik pada laki-laki itu, “Mas…ayo tidur yang benar. Jangan dalam posisi duduk begini. Ayo berbaring saja….”Selanjutnya dibantunya Ruben tidur dalam posisi miring dengan memeluk guling. Diselimutinya tubuh kekar itu dengan selimut tebal. Terdengar suara dengkuran halus pria itu yang menandakan dirinya sudah terlelap.Tina menghela napas dalam-dalam. Dia lalu berkata pada dirinya sendiri, “Firasatku mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan pernikahan ini. Aileen Benyamin memang seorang gadis baik-baik. Tapi terlihat jelas dia tidak menaruh perasaan pada anakku. Beda dengan Sam yang sepertinya mulai menaruh hati pada calon istrinya itu. Aku takut kalau…k
Sementara perasaan Ernie sibuk berkecamuk sendiri, putri kandungnya yang sejak tadi memperhatikan mobil Samuel dari balik jendela kamar tidurnya menghembuskan napas lega.“Akhirnya pergi juga mereka. Lagian ngapain sih, dari tadi kok nggak segera berangkat? Ngobrol apa aja Mama sama Sam?” celoteh Aileen pada dirinya sendiri. Dia bergegas merapikan meja kerjanya. Setelah itu diraihnya ponselnya untuk memesan taksi online.Setelah memperoleh driver yang siap mengantarkan dirinya ke tempat yang hendak dituju, Aileen lalu menelepon James. Terdengar nada sambung satu kali yang kemudian berganti dengan suara yang teramat dikenalnya.“Halo, Sayang,” sapa suara di seberang sana ceria. “Sudah siap datang ke kos-ku?”“Yes. Sepuluh menit lagi taksi online datang ke rumahku, James. Habis itu aku langsung berangkat ke tempat kos-mu. See you.”“Siap, Sayang,” jawab James sembari tersenyum senang.Demikianlah kedua anak muda itu bertemu dengan sembunyi-sembunyi untuk memadu kasih di dalam kamar kos
Dengan perasaan getir mempelai pria itu menelan ludah. Ditepuk-tepuknya tangan pasangannya lembut. “Tenanglah, Aileen. Kalaupun ada yang harus mendapat hukuman dari Tuhan, akulah satu-satunya orang yang akan menanggungnya. Karena aku yang mengusulkan sandiwara pernikahan ini. Bukankah begitu?”Aileen menatapnya ragu. Samuel menganggukkan kepalanya tegas. Sorot matanya begitu teduh. Membuat hati Aileen berangsur-angsur tenang kembali.“Thank you, Sam,” ucap perempuan itu tulus.“For what?” tanya sang pria heran.“For…being a very good friend to me,” jawab Aileen sambil tersenyum manis.Hati Samuel luluh seketika. Aku duduk di samping bidadari yang hatinya tak kumiliki, batin pemuda itu nelangsa. Ya sudahlah. Yang penting dia bisa bahagia dan tak merasa tertekan menikah denganku.***Hari itu terasa bagaikan mimpi bagi Aileen. Dia melangkah ke altar gereja didampingi oleh Samuel yang dalam hitungan menit akan resmi menjadi suaminya di mata agama dan hukum negara ini. Ketika dia menguca
Samuel menganggukkan kepalanya. Dia lalu mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya. Diberikannya pada James sebagai biaya untuk pengobatan luka-lukanya. James menerimanya sembari mengucapkan terima kasih. Kedua laki-laki itu sudah tak lagi menyimpan beban. Permasalahan di antara mereka kini sudah selesai.Samuel menutup pintu taksi. Dikatakannya pada sopir agar segera mengantar James dan Sheila ke rumah sakit terdekat. Tak lama kemudian mobil taksi itu meluncur meninggalkan rumah tersebut. Samuel merangkul istrinya mesra. Diajaknya wanita itu masuk ke dalam rumah.Begitu pintu ditutup, pasangan suami-istri itu saling berpelukan erat. “Sori ya, Sam,” ujar Aileen meminta maaf. “Aku memberimu kejutan yang tak menyenangkan seperti ini. Ini sebenarnya adalah ide dari psikiater yang kudatangi….”“Apa?!” seru suaminya kaget. “Kamu menemui psikiater?”Aileen mengangguk mengiyakan. Dia lalu menjelaskan, “Aku menemui jalan buntu, Sam. Nggak tahu lagi gimana caranya memulihkan kejantananmu
Suatu sore Samuel pulang dari kantor dalam keadaan lelah sekali. Hari ini perundingan dengan pihak supplier bahan baku pabrik peralatan dapur miliknya berjalan alot dan belum mencapai kata sepakat. Persaingan penjualan di pasar semakin ketat. Pembeli semakin jeli dalam memilih produk. Harga dan kualitas menjadi poin utama dalam membeli produk peralatan dapur. Oleh karena itulah selama beberapa tahun ini perusahaan milik Ruben tak menaikkan harga jual produk dengan tujuan agar tidak ditinggalkan konsumen. Meskipun margin yang dihasilkan tipis sekali, tapi mereka tetap berusaha menghasilkan produk dengan kualitas terbaik namun dengan harga terjangkau. Sayangnya tadi pihak supplier berkata bahwa ketersediaan bahan baku semakin menipis dan biaya transportasi untuk memperolehnya semakin mahal. Oleh karena itu mereka terpaksa harus menaikkan harga jual bahan baku kepada pabrik milik Ruben. Karena tak tercapai kesepakatan, maka perundingan dengan pihak supplier tersebut harus dilanjutk
Setelah mengatakan hal itu, mantan kekasih James tersebut menghela napas panjang. Terbayang kembali dalam benaknya ketika pertama kali memergoki pemuda itu berjalan dengan mesra sambil merangkul Yashinta. Selang beberapa waktu kemudian eh, dia bertemu kembali dengan pasangan itu tapi dalam keadaan digiring pihak yang berwajib akibat dugaan kepemilikan narkoba!Benar-benar ironis. Apakah ini hukuman yang harus dijalani James akibat menelantarkannya dalam keadaan hamil?Ah, tapi dia kan nggak tahu aku hamil, cetus Aileen dalam hati berusaha pikiran buruk dalam benaknya. Sudahlah. James adalah masa lalu bagiku. Tak berarti apa-apa lagi, batin wanita itu memutuskan. Fokusku sekarang adalah mencari kesembuhan buat suamiku.Akhirnya Aileen tak lagi membahas tentang pemuda itu dengan psikiater. Dia kembali mengeluarkan uneg-unegnya tentang Samuel.“Meskipun kondisi suami saya itu sudah berlangsung lama, tapi saya punya keyakinan masih ada harapan untuk membuatnya menjadi laki-laki seutuhnya
Ah, sudahlah, pikir Aileen tak peduli. Cuek aja kalau aku nanti melewati restoran James. Nggak usah noleh kanan-kiri. Jalan santai aja. Pandangan lurus ke depan. Kayak pake kacamata kuda!Demikianlah perempuan itu menguatkan batinnya untuk melewati tempat kerja pemuda yang pernah mengisi relung hatinya yang terdalam. "Let's go!" tegasnya pada dirinya sendiri.Sesampainya di ujung eskalator, dia lalu melangkah dengan mantap dan penuh rasa percaya diri. Dilewatinya koridor mal yang kanan-kirinya terdapat restoran-restoran yang menjual berbagai menu masakan kelas menengah keatas. Pengunjung tidak terlalu ramai karena waktu itu sudah lewat jam makan siang.Tiba-tiba pandangan Aileen terarah pada sebuah restoran di sebelah kiri depan yang dikerumuni beberapa orang laki-laki berbadan tegap. Pakaian yang dikenakan orang-orang itu biasa saja. Tapi sikap mereka yang sangat serius begitu menarik perhatian.Seketika itu juga perasaan Aileen menjadi tidak enak. Dia menyadari bahwa restoran terseb
Begitu keluar dari ruang ibadah, Aileen berjalan menuju ke kantin. Dia merasa haus dan ingin membeli minuman. Ketika melewati papan pengumuman gereja, perempuan itu berhenti sejenak untuk mengetahui informasi terkini yang berkaitan dengan tempat ibadahnya tersebut. Tiba-tiba pandangannya terarah pada sebuah poster berwarna biru terang yang berjudul Tips-tips Jitu Menjaga Keharmonisan Pasutri. Judul tersebut membuat Aileen semakin tertarik untuk membaca lebih lanjut. Ternyata poster itu merupakan promosi tentang seminar rumah tangga yang akan diadakan di aula gereja pada hari Minggu depan. Narasumbernya adalah seorang psikiater yang berpengalaman dalam menangani persoalan-persoalan yang kerap dihadapi pasangan suami-istri.Aileen menatap foto wajah psikiater tersebut dengan rasa ingin tahu. Seorang perempuan berusia sekitar lima puluh tahunan dengan rambut pendek sebahu, wajah tirus, dan sorot mata bijaksana. Senyuman yang tersungging dari bibirnya tampak pas. Tidak terlalu lebar nam
Percobaan ketiga itu lagi-lagi berujung pada hal yang sama seperti percobaan-percobaan sebelumnya. Kejantanan Samuel sama sekali tidak bangkit. Pria itu pun lagi-lagi menstimulasi bagian-bagian intim tubuh Aileen agar istrinya itu mencapai puncak kenikmatan.Hebatnya Aileen tak putus asa. Beberapa hari kemudian wanita itu membuatkan suaminya ramuan jamu yang menurut testimoni para pria di internet mampu membangkitkan kejantanan mereka hingga membuat pasangan klepek-klepek."Apa ini, Sayang?" tanya sang suami saat disodori satu gelas besar minuman berwarna tidak jelas. Bagaikan kombinasi antara coklat muda dengan hijau tua. Samuel menatap cairan tersebut dengan perasaan jijik."Jamu ajaib buatmu, Sayang," jawab Aileen sembari menatap lembut suami tercintanya itu.Tatapan khas istrinya itu selalu membuat hati Samuel tersentuh. Haizzz..., keluhnya dalam hati. Penampakan ramuan itu saja sudah membuatku merinding. Gimana harus meminumnya? Bisa-bisa aku mual dan muntah-muntah!"Aku sudah m
Dua hari kemudian Samuel memberitahu istrinya bahwa dia ditugaskan sang ayah untuk mengunjungi klien-klien besar dan loyal mereka di Bali selama tiga hari."Ini merupakan kunjungan rutin setiap tahun, Sayang," kata pria itu menjelaskan. "Biasanya Papa sendiri yang pergi. Tujuannya untuk memantau kinerja manajer marketing sekaligus menjalin hubungan baik dengan hotel-hotel, restoran-restoran, dan kafe-kafe yang biasa membeli produk-produk peralatan dapur pabrik kita. Persaingan di bisnis ini semakin ketat sekarang. Jadi menjalin tali silaturahmi yang intens dengan klien-klien berpotensi mempertahankan loyalitas mereka untuk tetap memakai produk-produk buatan kita."Aileen manggut-manggut tanda mengerti. Apalagi kalau yang datang berkunjung adalah anak si bos yang merupakan pewaris tunggal perusahaan? Klien-klien itu pasti lebih merasa dihargai daripada sekadar dikunjungi oleh manajer marketing biasa! pikir wanita itu jeli."Kamu pergi saja, Sayang. Aku nggak apa-apa kok, tinggal sendir
Hari-hari selanjutnya Aileen semakin bersikap mesra terhadap Samuel. Dalam hati wanita itu sama sekali tak ada perasaan merendahkan suaminya yang belum mampu menunjukkan keperkasaannya sebagai seorang laki-laki itu.Perempuan itu cukup bahagia menikmati stimulasi-stimulasi dari sang suami dalam bentuk lain. Dia senang pria itu berusaha membuatnya mencapai puncak kepuasan dengan berbagai cara meskipun tanpa melibatkan pedang pusakanya.Akan tetapi tak pelak perasaan rendah diri Samuel masih tergambar jelas di raut wajahnya setiap kali berhubungan intim dengan sang istri. Hal itu justru membuat Aileen semakin terpacu untuk mencoba cara lain demi memulihkan kemampuan 'adik kecil' pria yang dicintainya itu.Pada suatu malam Samuel dikejutkan lagi oleh Aileen. Istrinya itu mengajaknya menonton film porno!"What?! Kamu dapet dari mana?" seru pria itu terperanjat.Matanya terbelalak lebar. Tak disangkanya sang istri yang kelihatannya alim itu bisa mengakses tontonan semacam itu.Aileen menye
Setengah jam kemudian Samuel memasuki kamar tidur utama di lantai dua. Kamar yang dulu ditempatinya sendirian, namun akhirnya dihuninya berdua dengan Aileen semenjak pulang kembali dari rumah orang tua istrinya itu. Ketika Samuel membuka pintu kamar, penerangan di dalamnya tampak remang-remang. Hanya beberapa lampu downlight yang dinyalakan.Harum bunga lavender menggugah indra penciumannya. Suami Aileen itu sangat menyukainya. Wanginya lembut namun seksi. Selanjutnya tatapan pria itu mengarah pada ranjang yang sudah ditata dengan rapi. Kelopak-kelopak bunga mawar merah dirangkai dengan indah membentuk hati besar di tengah-tengah peraduan. Samuel tersenyum penuh sukacita. Senang sekali rasanya melihat sang istri berupaya maksimal di malam pertama mereka akan melakukan hubungan intim. Dia menoleh kesana-kemari. Memanggil-manggil nama Aileen dengan nada suara yang teramat mesra.Tiba-tiba muncullah sosok orang yang dicari-carinya. Aileen keluar dari dalam kamar mandi dengan berlenggak-